HIDUNGKU masih merah sewaktu berkaca di ruang kuliah. Nggak hanya itu, lubang hidungku malah berair terus. Masa cuma nangis sebentar langsung kena flu sih? Alah baperan banget hidung ini!
"Duh, nggak enak," keluhku sembari mengusap hidung dengan tisu. Suaraku jadi serak gara-gara menangis tadi.
Lima menit lagi kelas dimulai, tapi Rena temanku belum juga muncul. Aku sengaja duduk di pojok paling depan dan menaruh tas di kursi sebelahku. Kursi itu kutandai untuk Rena, biar di sebelahku dia dan bukannya Ardian seperti biasanya kalau kami masuk mata kuliah ini.
Biasanya aku duduk di tengah soalnya Ardian nggak suka duduk di depan.
Namun, di menit terakhir sebelum kelas dimulai Rena mengirim chat padaku.
Aku menghela napas lalu mengambil tas dari kursi itu. Yah, nggak apa-apa deh, lagian kayaknya Ardian juga nggak masuk kelas. Dosennya udah masuk juga.
Namun, lagi-lagi dugaanku salah. Jam 10.08 pintu kelas kami diketuk lalu seorang mahasiswa masuk dengan napas terengah. Siapa lagi kalau bukan mantan pacarku, Ardian.
"Permisi, Pak," katanya sungkan. "Maaf saya terlambat."
Jantungku rasanya mencelat keluar. Kata sial muncul di papan tulis lalu memudar.
Dosenku menganggukkan kepala pada Ardian, mempersilakan cowok itu masuk kelas kemudian melanjutkan menjelaskan materi.
Ardian menghela napas lega lalu dia berjalan lurus ke ... arahku. No, nooo! Ngapain kamu malah jalan ke sini, hush-hush! Kursi di belakang masih banyak!
Sayangnya cowok itu mengabaikan tatapan tajamku yang mengusir. Cowok itu akhirnya duduk di sebelahku dan buru-buru mengeluarkan buku catatan. Sialan, tau bakal begini dari awal aja kubiarkan kursi itu diduduki orang lain!
Kuputuskan buat bersikap biasa ke Ardian, tapi kalau cowok itu sampai bertanya bakal aku abaikan saja.
"Sorry," bisik Ardian.
Ha? Sorry-sorry apanya? Huh!
Kuabaikan itu dengan sibuk mencatat materi yang dijelaskan. Tapi ... gatal, nahan bersin itu menyiksa juga ternyata. Akhirnya aku nggak tahan dan bersin kecil.
"Ha-tcing!" Buru-buru kuseka hidungku dengan tisu. Tisu itu lalu kuremas dan kumasukkan ke dalam salah satu kantung tasku. Nanti saja membuangnya sekalian waktu keluar—
"Itu," bisik Ardian tiba-tiba. Badanku langsung kaku karena kaget, dari sudut mataku Ardian terlihat menunjuk cuping hidungnya sendiri lalu berkata, "Di hidung kamu ada tisu."
Aku refleks menyentuh hidung dan ternyata memang ada tisu di hidungku. Lebih tepatnya potongan tisu. Dih, cuma secuil gini. Aku mendengus dan membuang tisu yang cuma seujung kuku itu.
Di sebelahku, cowok itu tertawa kecil tapi langsung pura-pura menulis materi. Meski senyum masih tertarik di bibirnya. Ardian berdeham kecil lalu kembali berekspresi biasa, terlihat santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Word🔞 [End]
Любовные романыJessica selalu menemukan cara untuk menghindari kegilaan ibunya. Berpacaran, berpura-pura akur dengan saudara tirinya, apa saja. Jessica tau ibunya tak waras karena selalu curiga anaknya sendiri akan merusak rumah tangganya. Saat saudara tiri yang s...