23. Kotor

1.4K 44 2
                                    

Aku bangun karena ponselku terus bergetar dan berbunyi. Sialan, sengaja kuhidupkan nada dering biar bangun sewaktu dipanggil Harsya malah begini. Saat kucek aku menyesal belum memblokir nomor si pengirim yang mengirim pesan malam-malam begini.

 Saat kucek aku menyesal belum memblokir nomor si pengirim yang mengirim pesan malam-malam begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa sih, gabut banget repot-repot ngechat aku cuma buat bilang gitu doang. Selain itu, Lestari yang biasanya menggunakan aku kamu tiba-tiba pakai lo gue. Maksudnya apa? Biar kebaca lebih sangar gitu?

Sorry, nggak ada bedanya.

Aku menggaruk pipi yang mengecap lipatan kain bantal. Dengan malas mengetik pesan balasan untuk Lestari yang rasanya nggak perlu dilestarikan.

Tanpa menunggu balasan Lesta, dengan jengkel kutaruh ponsel ke dalam laci lalu kembali berbaring di kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa menunggu balasan Lesta, dengan jengkel kutaruh ponsel ke dalam laci lalu kembali berbaring di kasur. Bodoh amat, masalahku sudah banyak hari ini.

Perutku keroncongan gara-gara melewatkan malam malam, sebab aku ketiduran setelah menangis di di balik selimut. Dari cermin lemari bisa kulihat bahwa bekas tangisku membentuk lingkaran gelap di sekitar mata.

Tanpa bisa kucegah, otakku kembali memutar kejadian sore tadi. Semuanya begitu mendadak, huru-hara, dan sialnya mengingat itu membuatku gusar. Ingatan akan Mama menangis tersedu-sedu membuatku ingin mencabik sesuatu.

Tapi ada yang membuatku lebih gusar.

Kata kotor meremang di sepanjang tulang punggungku. Aku merasa kotor, sangat kotor. Seperti ada tangan dengan jari-jari basah mengelus di setiap jengkal kulitku. Sentuhan nggak senonoh yang membuat bergidik.

Jari pria itu ...

Aku turun dari kasur dan langsung menuju ke kamar mandi. Kucampakkan pakaian sembari berjalan, membiarkan semuanya berserakan di lantai. Kata risi mendesis seperti ular di telingaku.

Segara kuputar keran shower, membiarkan siraman derasnya melunturkan perasaan buruk yang seakan melumuri badan ini. Tapi nihil, nggak ada efek berarti. Malahan aku semakin mengingat apa yang dulu terjadi.

Cara pria itu menyentuhku seperti ...

Aku nggak tahan membayangkannya. Kugosok kulitku kuat-kuat dengan spons mandi, berusaha menghapus sensasi menjijikkan yang masih membayangiku. Namun, sama seperti sebelumnya ... aku gagal. Suara-suara di kepalaku nggak mau berhenti, bahkan kata-kata yang selama ini menemaniku seakan takut dengan suara itu.

Weird Word🔞 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang