"Jessica?" panggil Ardian. Cowok itu terlihat senang melihatku dan nggak menyadari bahwa pria di sampingnya terlihat kaget.
Aku memilih untuk menatap Ardian dan nggak menggubris keberadaan pria bernama Yohan itu. Tapi ...
AYAH? Ayah katanya? Apa telingaku yang bermasalah atau Ardian memanggilnya ayah?
"Kamu kenal Jessica?" tanya pria itu pada Ardian.
Ardian memandangiku dan pria itu bergantian, terlihat bingung. "Iya, ini Jessica dia-"
Cowok itu terdiam dan ragu-ragu. Bingung apa harus menyebutkan fakta bahwa aku mantan pacarnya. Ardian memilih untuk menyatakan perang denganku.
"Pacarku, Jessica pacarku," sambung Ardian.
Aku menahan diri untuk nggak berdiri dari kursi dan mencakar cowok itu. Kali ini aku benar-benar berharap Harsya muncul dan menempeleng kepala Ardian. Sayangnya Harsya nggak mungkin muncul karena kuliah.
"Pacar? Kalian pacaran?" tanya pria itu.
"Iya." Ardian melirikku, menunggu reaksi seperti penolakan atau apalah dariku.
Tapi aku nggak berani bergerak. Aku ingin pura-pura nggak ada di tempat ini. Diamku membuat Ardian berekspresi bingung.
"Kalian ...," kata pria itu ragu-ragu.
"Ayah kenal Jessica? Kok bisa?" tanya Ardian.
Dalam kepalaku aku merangkum informasi apa saja yang baru kudapatkan. Mantan pacarku ternyata putra orang itu. Selama ini aku berurusan dengan anak dari orang itu.
Dan brengsek ternyata orang itu punya anak yang seumuran denganku? Kenapa aku nggak pernah tau?
Ah, tentu saja karena aku nggak pernah mau berurusan dengan keluarga Ardian. Itu kulakukan demi memberi batasan bahwa urusan keluarga bukanlah sesuatu yang perlu kubahas dengan pacar. Agar Ardian nggak perlu bertemu dengan Mama.
"Ayah kenal Jessica karena ... mamanya," jawab Yohan. "Sudah lama sekali."
Karena Mama? Hanya itu?
Bagus sekali, dia nggak berani mengakui yang sebenarnya.
Kata bedebah seakan meledak-ledak di telapak tanganku.
Apa dia ayah kandung Ardian atau dia cuma ayah tiri? Dia menikah lagi? Atau dia kmebali ke keluarga lamanya? Berani sekali dia punya hidup normal sementara hidupku kacau! Apa dia orang tua yang baik di mata Ardian? Bagiku dia cuma mimpi buruk yang harus kupendam rapat-rapat.
Pria itu bertanya lembut padaku, "Jessy, boleh kami duduk di sini?"
Aku tetap membisu dan menatap Ardian tanpa ekspresi.
Entah tatapanku diartikan apa oleh Ardian, tapi cowok itu merasa nggak nyaman. Dia mungkin mengira aku marah karena bohong soal hubungan kami. Ia lalu berkata canggung, "Maaf aku tadi bohong, Yah."
"Bohong?" tanya Yohan.
"Kami sebenarnya ... uhm, sudah putus belum lama ini," kata Ardian. Cowok itu menundukkan kepala sebelum melirikku dengan rasa bersalah. "Kayaknya kita ke kafe lain aja ya Yah, biar Jessica nggak keganggu."
Yohan nggak menyahut putranya untuk beberapa saat. Kata jijik merayapi leherku. Aku ingat bagaimana pria itu menatapku dengan senyum mengejek di wajahnya.
"Oke," kata Yohan. Pria itu lalu berbalik dan melangkah keluar kafe lebih dulu.
"Sori, Jessica," bisik Ardian.
Ardian lalu berjalan keluar dari kafe menyusul ayahnya. Saat akhirnya mobil putih yang mereka naiki meninggalkan pelataran kafe, aku baru berani menghela napas keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Word🔞 [End]
RomanceJessica selalu menemukan cara untuk menghindari kegilaan ibunya. Berpacaran, berpura-pura akur dengan saudara tirinya, apa saja. Jessica tau ibunya tak waras karena selalu curiga anaknya sendiri akan merusak rumah tangganya. Saat saudara tiri yang s...