00. Prolog

451 35 1
                                    

Cahaya matahari pagi masuk melalui celah jendela di kamar megah itu. Membuat si penghuni kamarnya terganggu dan berakhir memilih bangun dari tidurnya. Dia meraba tempat tidur di sampingnya, lalu menghembuskan napas kasar karena tidak menemukan sang istri.

"Tumben sekali Chika tidak membangunkanku."

Pria itu memilih masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar. Setelah itu, dia keluar dari kamarnya. Pemandangan pertamanya langsung disuguhkan oleh beberapa maid yang sedang menjalankan tugasnya masing-masing.

"Selamat pagi, Tuan," sapa salah satu maid yang sedang membersihkan lantai mansion.

"Pagi, apakah kau melihat istriku?"

"Nyonya sedang ada di kamar nona kecil, Tuan. Beliau sempat berpesan kalau tuan sudah bangun disuruh untuk langsung sarapan pagi," penjelasan maid itu membuat pria tersebut mengerutkan keningnya.

"Fey tidak sekolah?" tanya pria itu dengan raut wajah bingung.

"Tidak, Tuan. Pagi tadi nona tiba-tiba terserang demam tinggi."

Setelah mendengar fakta mengenai putri sulungnya, pria itu berpamitan pada maid tersebut. Dia memilih mengunjungi kamar putrinya yang terletak di paling ujung lantai dua itu.

Membuka pintu kamar dihadapannya dengan cepat. Menemukan sang istri yang sedang duduk di atas tempat tidur seraya sibuk mengompres kening putrinya.

"Kenapa tidak membangunkanku kalau Fey sedang sakit?" tanya pria itu membuat istrinya terkejut melihat kehadirannya tanpa diduga.

"Aku takut menganggu tidurmu. Kamu tidak perlu khawatir karena demamnya sudah mulai turun," jawab Chika setelah berhasil menguasi kembali tubuhnya.

Pria itu mengambil tempat di ujung kaki sang anak. Tangannya beralih mengusap pelan telapak kaki kecil yang tertutup oleh selimut tebal.

"Kasihan sekali, baru satu kali sekolah sudah jatuh sakit saja," ujar pria itu dengan lirih. Dia tidak tega melihat keadaan anaknya yang lemas seperti itu. Biasanya anak itu sangat aktif, terkadang membuat dirinya dan sang istri kewalahan menghadapi tingkah hiperaktif-nya.

"Its okay, Daddy. Fey anak yang kuat," sahut Chika yang mewakili Fey.

Pria itu tersenyum mendengar jawaban istrinya. Dia menatap Chika dengan tulus, seorang perempuan yang selalu membuatnya bangga karena tidak salah dalam memilih pasangan hidup. Terlebih lagi untuk seorang Fey.

"Kamu sudah sarapan?"

Pria itu menggelengkan kepalanya sehingga membuat Chika mendengus kesal.

"Kebiasaan. Nanti kalau asam lambung kamu naik baru tahu akibatnya," ucap Chika menatap suaminya dengan kesal.

"Setelah ini aku akan sarapan, Sayang."

"Hm."

Pria itu tersenyum melihat Chika yang membalasnya dengan acuh. Bukannya merasa takut, tapi senang karena berarti Chika benar-benar menyayangi dirinya.

"Kamu tidak kangen sama aku?" tanya pria itu mengalihkan pembicaraan.

"Tidak."

"Yakin?" Seolah tidak menyerah dia terus menggoda sang istri.

"100 persen." Jawab Chika tanpa menatap sang suami. Tanganya sibuk memasukan handuk ke dalam wadah untuk di letakkan di atas kening putrinya.

"Padahal kemarin ada ya--"

"Kamu bisa diam? Fey lagi tidur, Ara." Chika memotong pembicaraan suaminya karena tidak ingin menganggu tidur sang anak.

"Ck, kalau sudah bersama Fey kamu benar-benar melupakanku," lirih Ara menundukan kepalanya.

Heal With TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang