04. Difficult

162 25 6
                                    

Gadis kecil berusia 4 tahun itu sangat fokus menggerakkan pensil warnanya di atas kertas putih. Saat ini dia sedang berada di dalam kamar pribadinya, seorang diri. Sebenarnya lima menit lalu dia ditemani oleh ayahnya. Namun, karena dirinya merasa haus, akhirnya sang ayah izin keluar untuk mengambilkan air minum tersebut.

Fyneen Zarsha Wilson. Nama gadis kecil itu atau yang biasanya dipanggil dengan sebutan Fey oleh kedua orang tuanya. Menggambar adalah salah satu hobi terbesar dalam kehidupannya.

Sampai detik ini Fey masih menjadi satu-satunya kesayangan kedua orang tuanya. Walaupun begitu, kehidupan Fey harus selalu disiplin oleh keduanya.

Bagaimana tidak disiplin. Ibunya merupakan seorang dokter spesialis anak dan sang ayah merupakan pembisnis internasional. Selain itu, Fey juga masih menjadi cucu tunggal dari kedua pihak keluarga.

Ceklek

Pintu kamar itu dibuka oleh seseorang dari arah luar. Seorang pria melangkah masuk dengan membawa baki yang berisi minuman dan beberapa cemilan. Kemudian meletakkannya di atas meja belajar sang putri.

Semua pergerakan dari pria itu sama sekali tidak mengganggu kegiatan Fey yang lagi fokus menggambar.

"Fey?" panggil pria itu.

"Apa Daddy?" jawab Fey tanpa menatap lawan bicaranya.

Dengan tubuh bersandar di meja belajar Fey. Ara tersenyum kecil melihat wajah serius gadis kecil itu.

"Tadi katanya haus, sekarang sudah Daddy bawakan minum dan cemilan Fey masih cuek saja," ujar Ara dengan lembut. Tangannya bergerak merapikan anak poni yang menghalangi penglihatan putrinya.

Tidak ingin membuat sang ayah kecewa. Gadis berlesung pipi itu meletakkan pensil warnanya di atas meja, lalu menatap sang ayah dan memberikannya senyuman manis.

Melihat reaksi yang diberikan Fey membuat Ara tersenyum lebar. "Manis sekali senyum kecil ini," puji Aran mengusap kecil pipi chubby Fey.

"Tentu. Senyum Fey turunan dari mommy," jawab Fey dengan bangga.

Walaupun jawaban Fey tidak seratus persen bebar, tapi Ara tetap menyetujui kalimat itu.

"Sekarang Fey minum dulu atau sekalian makan cemilannya. Menggambarnya istirahat dulu, hmm" ucap Ara kembali pada pembahasan sebelumnya.

"Sebentar daddy gambaran Fey belum selesai," gumam Fey kembali meraih pensil warnanya.

Ara mengangguk paham. "Kalau begitu Fey bisa minum sebentar, nak."

Tidak ingin membuat sang ayah bersedih. Fey meraih gelas tersebut dan meminumnya hingga menghabiskan setengah gelas.

"Ternyata kamu beneran haus ya" goda Ara mengusap puncak kepala Fey dengan gemas.

"Hehehe, itu Daddy tahu" jawab Fey dengan memperlihatkan deretan giginya.

Setelah meletakkan kembali gelas tersebut, Fey segera melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Kegiatan gadis kecil itu tidak pernah luput dari pandangan Ara. Walaupun gambarannya masih terlihat berantakan, namun Ara tetap mengerti objek yang digambar oleh sang anak.

Terlihat lima objek berada di kertas gambar itu. Tiga dari lima objek tersebut tentu saja Ara mengetahui siapa mereka. Kecuali kedua orang yang menjadi tanda tanya besar dalam benar pria itu.

"Ini siapa?" Fey menatap gambaran yang ditunjuk oleh sang ayah, lalu menatap wajah Ara dan kertas gambar itu secara bergantian.

"Daddy tidak tahu?" Ara hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Heal With TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang