Chika baru saja menempelkan pantatnya di kasur kamarnya. Mulai menyamankan tubuhnya di atas kasur itu. Tangannya terangkat mengusap perutnya ketika Chika tak merasa nyaman dengan dirinya sendiri karena asam lambungnya naik sejak siang tadi.
Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Ara belum juga pulang. Sebelumnya pria itu sudah menghubunginya akan pulang telat karena urusan kantor belum juga selesai.
Ingin melarang, tapi dia masih dalam mode silent dengan suaminya itu karena tidak memberikan alasan yang jelas untuk mengizinkan dirinya pulang ke Indonesia.
Drtt ...
Dengan malas, Chika meraih ponselnya yang baru saja bergetar di atas nakas. Menandakan jika sebuah pesan masuk.
Mama Shania
OnlineChika apa kabar, nak?. Maaf mama baru sempat mengirim pesan saat ini. Apa boleh mama minta tolong dengan Chika agar meminta Ara membalas pesan atau menjawab panggilan dari papa dan mama? Karena sampai saat ini pesan atau panggilan satupun dari kami tidak pernah mendapat balasan dari anak bandel itu - 10.02 pm
Chika menghembuskan napas keras. Tidak tau lagi bagaimana menasihati Ara akan hal tersebut. Permintaan ini jelas bukan baru satu kali, tapi sudah kesekian kalinya.
Chika baik, ma. Nanti akan Chika coba bicarakan pada Ara. Mama jangan berlarut dengan semua ini, Chika akan usahakan untuk membuat Ara menghubungi papa dan mama terlebih dahulu. - 10.04 pm
Chika meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Memejamkan mata karena pikirannya terlalu penuh dengan teka-teki suaminya sendiri. Ditambah dengan permintaan sang kakak yang belum bisa dia jawab sampai hari ini.
Larut dengan segala pikiran membuat Chika tak sadar akan kehadiran Ara dihadapannya. Laki-laki itu baru pulang 5 menit lalu. Melihat sang istri yang tak sadar dengan kehadirannya membuat Ara mengusap puncak kepala wanitanya.
Dengan raut wajah terkejut, Chika memukul keras tangan Ara. "Aww ... sakit sayang."
"Salah sendiri buat aku kaget. Kapan kamu pulang?" balas Chika masih dengan wajah kesalnya.
"Baru 5 menit yang lalu, aku tidak ingin menggagalkan lamunanmu itu jadi aku tunggu saja sampai kamu sadar sendiri. Tapi karena sudah terlalu lama melamun dan aku takut kamu kerasukan akhirnya aku usap kepala kamu," jelas Ara santai, sedangkan Chika melongo mendengar penjelasan pria itu.
"Aku melamun juga karena kamu," gumam Chika tanpa menatap wajah Ara.
"Apa sayang?"
"Tidak ada apa-apa, sebaiknya kamu bersih-bersih setelah itu istirahat," jawab Chika malas dan mulai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, entahlah saat ini dia sedang malas berinteraksi dengan Ara.
"Kamu tidak ingin menungguku?" tanya Ara bingung karena tak biasanya Chika menghiraukan dirinya begitu saja.
"Tidak, aku sudah sangat ingin tidur."
Ara menghela napas kasar. Dia duduk di sisi tempat tidur dengan posisi Chika membelakangi dirinya. "Masih marah?"
Tak ada jawaban dari Chika, yang terdengar hanya deru napas wanita itu. Namun, Ara tahu jika Chika belum tidur.
"Dua tahun itu lama sayang dan aku tidak bisa berjauhan denganmu selama itu," ujar Ara sambil mengusap pelan rambut istrinya.
"Lagi pula kamu tega meninggalkan Fey selama itu? Terus, bagaimana dengan klinikmu? Siapa yang akan mengontrolnya jika kamu tinggalkan pergi selama itu?" Lanjut Ara karena tetap tak ada sanggahan sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal With Time
Fanfiction"Sejauh apapun aku berjarak denganmu, kemungkinan cinta ini tidak akan menghilang karena ada penghubung di antara kita." ~ Zaraan Albern Wilson. "Kita hanya dua orang yang tidak sengaja dipersatukan, jadi jangan pernah berharap akan ada cinta dianta...