15. Stays?

188 30 4
                                    

"Telfonnya mati, Nanny," beri tahu Fey pada pengasuhnya sambil menunjukkan layar ponsel yang sudah gelap.

"Nenek yang mematikannya?" tanya Alya yang mendapat anggukan kecil dari gadis di hadapannya tersebut. "Ya sudah berarti nenek dan kakek lagi ada keperluan."

Fey mengerucutkan bibir, padahal ia masih ingin mengobrol dengan orang tua dari sang ibu.

"Sini duduk di samping Nanny," titah Alya menarik pelan pergelangan tangan Fey untuk duduk di sebelahnya.

"Daddy dan Mommy lama perginya," gerutu Fey menyandarkan tubuhnya pada Alya.

Dengan memeluk tubuh anak asuhnya dari samping, Alya mengusap pelan puncak kepala Fey. "Sabar sayang, Daddy dan Mommy sebentar lagi akan pulang."

"Kenapa Fey tidak dibangunkan saja daripada harus ditinggal seperti ini?"

"Mana tega Mommy membangunkan Fey yang sedang tidur dengan nyenyak?"

"Fey!" Panggilan itu membuat keduanya menoleh secara bersamaan. Senyuman lebar terbit di wajah gadis kecil dengan lesung pipi itu.

"Oma," seru Fey berlari menghampiri sang nenek yang sudah lebih dulu merentangkan tangan dengan lebar. "Fey rindu dengan oma," gumam Fey setelah berhasil masuk ke dalam dekapan wanita paruh baya itu.

"Oma juga rindu sekali dengan anak cantik ini." Shania memberikan ciuman bertubi-tubi di seluruh sisi wajah sang cucu.

Tawa riang terdengar di ruang keluarga mansion tersebut. Alya yang melihat pemandangan manis tersebut sangat bahagia, terlebih lagi ekspresi Fey yang kembali ceria sebelumnya sedih karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya pergi keluar.

"Fey tidak rindu dengan Opa?" Fey melepaskan pelukannya untuk berpindah memeluk sang kakek yang sejak tadi berdiri di samping sang nenek.

"Kenapa Opa sudah jarang sekali kesini? Opa tahu, Fey sangat rindu dengan Opa dan Oma."

"Maafkan Opa, sayang. Kemarin pekerjaan Opa tidak bisa ditinggalkan. Fey mau memaafkan Opa?" tanya Bobby menangkup wajah cantik cucunya.

Fey mengangguk berkali-kali. "Fey maafkan, tapi Opa harus memberikan hadiah yang banyak."

Tentu perkataan Fey membuat Bobby dan Shania tertawa. Tanpa diminta, sudah pasti mereka akan memberikan banyak hadiah pada cucu semata wayangnya ini. Sejak Fey lahir hingga saat ini, Shania maupun Bobby sering kali memanjakannya dengan baik sampai Ara pernah protes.

"Tenang saja Princess, Opa dan Oma sudah menyiapkan banyak hadiah untukmu tapi masih tertinggal di mobil," Bobby kembali bicara, lalu menerima kecupan kecil di pipi kirinya dari Fey.

"Terima kasih Opa dan Oma."

Bobby mengangguk kecil. Menegakkan kembali tubuhnya dengan Fey di dalam gendongannya. "Apakah Daddy dan Mommy lagi pergi bekerja?"

"Tidak, Tuan. Mereka sedang pergi ke klinik nyonya Chika katanya ada keperluan sebentar," sahut Alya sambil tersenyum kecil ke arah orang tua majikannya.

"Apakah ada masalah?"

"Saya kurang tahu, mereka hanya mengatakan ada keperluan sebentar saja."

"Jika seperti itu, apakah Fey mau ikut Opa dan Oma jalan-jalan mengelilingi kota Bern?" Ajakan Bobby membuat Fey menatap Alya meminta jawaban yang pasti karena ia tahu pengasuhnya itu sudah pasti diberi pesan oleh orang tuanya. "Kamu juga bisa ikut Alya. Tidak perlu khawatir, saya yang akan meminta izin pada Ara."

Alya berpikir sejenak. Ajakan Bobby tidak sulit untuk ia terima, hanya saja tadi Ara berpesan agar Fey tidak diizinkan untuk keluar rumah hari ini karena malam nanti mereka akan pergi makan malam di luar.

Heal With TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang