Happy Reading gengs!
***
Denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar di ruang makan itu. Terdapat 4 orang berada dalam lingkaran meja makan tersebut. Semuanya fokus pada makanan masing-masing.
Beberapa menit kemudian, sesekali Bobby melirik sang istri. Dia ingin meminta persetujuan untuk memulai pembicaraan.
Pria paruh baya itu menghela napas pelan setelah mendapatkan tatapan dari Shania. Melalui tatapan saja Bobby tahu wanita itu tidak setuju.
"Ada yang ingin papa bicarakan pada kalian berdua," ucap Bobby menatap anak dan menantunya.
Tak terkecuali Shania yang terkejut mendengar penuturan tersebut. Apa Bobby tidak mengerti arti dari tatapannya beberapa detik yang lalu.
"Tentang apa, Pa?" tanya Gracio dengan tatapan penasaran.
"Nanti saja, habiskanlah dulu makanan kalian," sahut Shania dengan cepat sebelum Bobby mengeluarkan suara lagi.
Baik Gracio dan Shani hanya mengangguk dan melanjutkan kegiatan mereka. Walaupun dalam hati Shani terus bertanya-tanya. Topik apa yang akan dibahas ayah mertuanya itu.
Tidak lama setelah itu, Bobby lebih dulu menyelesaikan kegiatan makan malamnya. Tak mengeluarkan satu kata pun, pria itu berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruang makan.
Hal itu membuat Shani dan Gracio menatap heran.
"Tidak perlu khawatir, papa hanya ingin mengambil dokumen yang akan ditunjukan pada kalian." beri tahu Shania sambil meletakkan gelas di atas meja.
"Dokumen apa, Ma?"
"Lihat saja nanti" jawab Shania dengan singkat.
Gracio berdecak kesal. Pasalnya dari tadi dia sangat penasaran. Shani yang mengetahui Gracio sedang kesal segera mengusap pelan punggung tangan pria itu.
Tindakan tersebut tidak lepas dari perhatian Shania. Dia sangat paham jika cinta di antara putra sulungnya dan Shani tidak bisa di ragukan oleh siapapun. Bahkan sudah 6 tahun mereka terpisah, tetap saja bertemu dan akhirnya menikah sampai detik ini.
Perhatian ketiga orang itu teralihkan setelah mendengar langkah kaki yang mendekat. Siapa lagi kalau bukan Bobby. Pria itu datang dengan membawa sebuah dokumen di tangan kanannya.
"Dokumen apa itu, Pa?" tanya Gracio meletakkan alat makannya di atas piring. Entahlah, sekarang dia sudah tidak berselera untuk melanjutkan santapannya itu.
Bobby menoleh sekilas pada Gracio, lalu kembali fokus ke dokumen digenggamannya itu.
"Dokumen ini dari Ara."
Pernyataan Bobby membuat tubuh Shani terasa kaku. Seolah-olah jiwanya terangkat dengan sempurna dari raganya setelah mendengar nama lelaki itu.
Berbeda dengan Shani, ekspresi Gracio terlihat menahan amarah setelah mendengar nama sang adik. Sudah lama dia tidak membahas perihal Ara dalam hidupnya. Hingga sang ayah lah yang menyebutkan dengan sendiri nama adik laki-lakinya itu.
"Untuk apa Ara mengirimkan dokumen itu?" Gracio berucap dengan menahan segala gejolak amarahnya.
"Dokumen ini bukan dikirimkan oleh Ara, tapi baru keluar dari pengadilan. Akhirnya mereka mengirimkan atas nama Ara dan dengan persetujuan Ara sendiri."
Lagi dan lagi, pernyataan dari ayah mertuanya membuat Shani benar-benar mati rasa.
"Pa, aku mohon jangan pernah membahas Ara lagi" ucap Gracio geram.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heal With Time
Fanfiction"Sejauh apapun aku berjarak denganmu, kemungkinan cinta ini tidak akan menghilang karena ada penghubung di antara kita." ~ Zaraan Albern Wilson. "Kita hanya dua orang yang tidak sengaja dipersatukan, jadi jangan pernah berharap akan ada cinta dianta...