34

5.5K 176 0
                                    

Aska memasuki kediaman orang tuanya, di sana sudah ada Hana yang menangis dalam pelukan Kaila. Istrinya terlihat sangat hancur kali ini.

Aska tak pernah melihat Hana yang menangis separah ini, matanya yang sembab serta suaranya yang nyaris tak terdengar lagi. Hatinya berdenyut sakit tanpa dia sadari penyebabnya. Lelaki itu menghampiri Hana dan memeluk wanita itu erat, berusaha menenangkannya walau nyatanya Aska tak pernah tau bagaimana cara menenangkan seorang yang sedang menangis.

"M-as, i-ibu. i-ibu Ha-na uda-h ga ad-da" Hana mencengkram kuat jas yang Aska kenakan. Wanita itu menumpahkan tangisannya di dada bidang suaminya.

Dekapan paling nyaman setelah dekapan ibunya, pelukan hangat yang pertama kali terasa begitu tulus dari seorang lelaki yang di cintai, Ya, ini pelukan ternyaman menurut Hana, Aska memeluknya tanpa sandiwara, lelaki itu tulus memeluknya kali ini.

"Ibu sudah tidak merasa sakit lagi, dia sudah tenang di sana, Hana"

Aska hanya mampu berucap seperti itu, dia tidak tau harus mengatakan apa pada seseorang yang kehilangan karena ikhlas bukanlah hal yang mudah, bukan.

Aska mengelus puncak kepala Hana dengan lembut, rasanya nyaman melakukan hal ini, Aska yakin dia melakukannya atas kehendaknya sendiri bukan karena kini mereka berada di lingkungan orang-orang yang sedang melayat.

"Mas, Hana sudah tidak punya siapa-siapa lagi, tolong jangan tinggalkan Hana" bisik Hana dengan suara lirihnya.

Wanita itu memeluk suaminya erat ketika sadar Aska hanya diam tak menjawab, apa yang bisa dia harapkan dari Aska, jelas lelaki itu tak akan memenuhi keinginannya yang satu itu, Hana bahkan yakin jika Aska sangat ingin berpisah dengan Hana jika saja orang tua lelaki itu tidak melarang.

Sedangkan Aska, lelaki itu bergelut dengan pikirannya sendiri, mendengar permintaan Hana, dan mengingat percakapannya dengan Xavier. Semuanya rumit untuk Aska, dia terlalu tidak mengetahui isi hatinya sendiri.

Jika ada yang bisa melihat isi hati Aska, tolong katakan padanya apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya itu dan apa yang harus dia lakukan sekarang.

Aska tak akan menjawab permintaan Hana, dia tak ingin memberikan sebuah janji yang sebenarnya sudah dia pegang sejak lama. Aska sudah berjanji untuk tidak meninggalkan dan melepaskan Hana, bukan? lalu untuk apa dia berjanji pada wanita itu jika dia saja sudah memiliki janji itu.

Merasakan pelukan yang semakin erat, Aska balas memeluk Hana tanpa keraguan, dia mengelus lembut punggung kecil istrinya ini.

Aska tau, istinya itu memiliki kehidupan yang menyedihkan bahkan setelah mereka menikah, Aska juga tidak menyangka Hana bisa bertahan setelah lima tahuan lebih mereka menikah, padahal istrinya masih di usia remaja kala itu, dan di pandangan Aska, Hana sangat lemah.

Istri kecilnya sangat lemah, dia selalu pasrah dan hanya bisa menangis namun kenapa dia bisa bertahan begitu lama? apa sebenarnya yang Hana lakukan selama ini, tidakkah wanita itu berfikir untuk meninggalkan Aska yang tempramen nya jelek?.

"Hana, jasad ibumu harus segera di kebumikan" ucapan Kaila membuat Hana mengangguk lemah.

Tak ada gunanya menangisi kematian seseorang, itu hanya membuat jasadnya akan lebih berat meninggalkan dunia ini.

Hana menghapus jejak air mata di pipinya, dengan bantuan Aska dia berdiri dan berjalan juga di papah oleh suaminya itu. Sungguh begitu berat kehilangan sosok ibu hingga wanita itu bahkan tak sanggup berjalan sendiri.

Hilda di makamkan di samping makam kakek dan nenek Hana atau lebih tepatnya orang tua Hilda sendiri. Ibunya memang meminta untuk di makamkan di sini pada Hana, dulu tentu sebelum Hana menikah. Perkataan ibunya dulu tak terlaku Hana pikirkan karena toh ibunya masih hidup. Tapi sekarang, dia bersyukur masih bisa mengingatnya karena jika tidak dia akan sangat merasa bersalah.

Selesai pemakaman semua orang pergi, tapi tidak dengan Hana yang masih bersimpuh di samping makam ibunya dengan Aska yang setia di belakang istrinya sedari tadi.

"Ibu, Hana akan lakukan yang ibu minta, tapi tidak sekarang. Ibu sudah bahagia kan di sana? Tolong berbahagialah dan jaga putra Hana di sana" ucap Hana sebelum dia berdiri di bantu oleh Aska yang kebingungan.

Dalam perjalanan dia terus memikirkan perkataan terakhir Hana, permintaan ibu mertuanya apa hingga membuat Hana tak bisa melakukannya sekarang? Itu sangat mengganggu Aska karena hatinya tiba tiba merasa tidak tenang seperti ini.

Namun lebih dari itu, Aska tak menyangka untuk pertama kalinya Hana mengucapkan putranya, dan Aska tidak bodoh untuk mengartikan jika yang sedang Hana bicarakan adalah Hasa, putra mereka yang belum sempat melihat dunia ini.

Apakah Hana masih memikirkan putra mereka? Bukankah selama ini istrinya itu tak pernah sekalipun menyinggung lagi tentang Hasa semenjak dia mengandung Kennan?

Aska menggelengkan kepalanya pusing, terlalu banyak kejadian di hari ini membuatnya lelah dengan semua hal yang nyatanya belum selesai. Apakah dunia ini penuh dengan ilusi? Apakah rahasia memang menguasai dunia ini?

"Mas, Kennan belum di jemput dari sekolah" ucap Hana pelan.

Terlalu hanyut dalam kesedihan membuat Hana lupa jika hari sudah mulai sore dan berarti Kennan sudah selesai kelas sore.

Sekolah Kennan memang ada kelas sore, itu untuk anak yang orang tuanya sibuk bekerja kadi bisa mengisi waktu sebelum mereka di jemput. Hana sengaja meminta Kennan untuk mengikuti kelas itu karena dia tidak ingin Kennan melihatnya yang sangat terluka atas kepergian ibunya.

Anak sekecil Kennan meskipun tau kata meninggal namun mereka masih belum sepenuhnya mengerti bukan, begitu juga dengan Kennan yang meski dia sedih namun dia tidak akan merasa se sedih Hana.

"Sekalian kita jemput saja" ucap Aska.

Hana awalnya ingin menolak karena satu hal, namun dia tak mungkin membiarkan supir yang menjemput Kennan padahal mereka bisa menjemput putra mereka sendiri.

Hana pasrah dengan apa yang akan terjadi, namun dia berdoa semoga tuhan tidak mempertemukan mereka terlebih dahulu sebelum dia sanggup dengan semua ini.

Hana memejamkan matanya ketika mereka sudah hampir sampai, Aska yang melihat Hana memejamkan matanya mengira jika istrinya itu kelelahan hingga tertidur, Aska dengan hati hati memindahkan kepala Hana untuk bersandar di bahunya dan mengelus rambut Hana dengan pelan.

Sesampainya di sekolah Kennan, Aska memerintahkan supir untuk menjemput Kennan kedalam, bukan tanpa alasan, Aska hanya tidak mau Hana terbangun dari tidurnya dan satu hal yang membuatnya enggan.

Sebuah objek yang kini berada di depan mobilnya lebih tepatnya di depan gerbang sekolah.

Seorang wanita yang menggandeng tangan anak kecil berusia sekitar enam tahun sedang berjalan bersama dengan bahagia menghampiri seorang lelaku yang juga tersenyum bahagia. Mereka terlihat seperti pasangan yang sangat bahagia terutama ketika laki-laki dan perempuan itu saling berpelukan dengan mesra sedangan anak kecil itu memeluk lelaki dewasa itu dengan gembira.

" Daddy, ultah Kia yang ke 6 ini harus di rayain di restoran pokonya. Kia mau kita makan bertiga" ucap sang anak yang masih bisa Aska dengar dengan jelas dari dalam mobil.

"Loh, adek gak mau di ajak? kakak ko tega" tanya sng ibu yang terdengar seperti kecewa.

"Iya deh, boleh" ucap gadis kecil itu sedikit lesu.

Aska mendengar dan melihat itu, entah mengapa membuat perasaannya sulit di artikan. Ada rasa tak percaya sekaligus marah di hatinya.

"Dia, benar-benar masih hidup" ucapnya dalam hati.

***

Kalau gak nyambung maafin,

lagi pusing authornya hehe😅

Kalian ini, tim happy atau tim sad ?

Happy Anding?
or
Sad Ending?

see you hari berikutnya


Please, Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang