57. Diary Hana

4.5K 154 5
                                    

Aska memasuki rumah yang terlihat sangat sepi, malam sudah tiba dan Kennan sudah tertidur di kamarnya.

Aska memilih memasuki kamar Hana terlebih dahulu, dia memang pulang sebentar untuk berganti pakaian tapi sepertinya kamar Hana menarik atensi lelaki itu.

Aska memasuki kamar Hana, entah kapan dia terakhir memasuki kamar ini, dia sudah melupakannya karena akhirnya Hana tidur bersama di kamar milik Aska.

Kamar yang begitu rapi dengan aroma khas milik Hana. Sungguh menenangkan membuat Aska ingin berbaring di atas ranjang itu, tapi dia hanya akan melihat-lihat sebentar karena Hana tidak di temani siapapun di rumah sakit, hanya ada perawat dan itu tidak membuat Aska tenang.

Tapi, sebuah buku membuatnya menarik perhatian, tidak ada yang salah namun perasaan aneh menariknya untuk melihat buku bersampul hitam di meja dekat jendela.

Aska duduk di sofa dan mulai membaca acak buku itu, ternyata itu buku diary milik Hana sejak dia masih sekolah. Memang tidak di ceritakan setiap harinya, Aska rasa Hana hanya menuliskan bagian yang du rasa cukup penting.

Semuanya terasa biasa sebelum dia menemukan bagian dimana Hana menuliskan saat mereka menikah.

14Januari....

Hari ini aku akan menikah dengan lelaki yang tidak aku ketahui, tapi tidak apa-apa. Semuanya demi ibu, ya demi ibu.

15 januari
Aku sudah menikah, aku berjanji akan berusaha menjadi isti yang baik, aku akan mencintai suamiku dan tidak akan meninggalkannya kecuali, kalau dia...akh pokonya selama aku masih sanggup aku tidak akan meninggalkannya,

ibu mertua memberikan surat kontrak, atau perjanjian? katanya pernikahan ini berlaku seumur hidupku, agak aneh tapi tak apa

16 januari...
Ternyata, menikah tidak lah membahagiakan, hari pertama sudah mendapatkan luka, tapi tidak apa, dia suamiku dan itu hak dia. Lagian, dia sudah membantu biaya perawatan ibu.

Aska menghela nafas pelan, bagaimana mungkin Hana bisa berjanji untuk mencintainya jika bahkan dalam satu hari Aska sudah membuat Hana terluka.

Aska membuka beberapa lembar kemudian dengan acak,

Hari ini mas Aska memarahiku, entahlah tapi dia sangat marah hingga membuatku kehilangan bayi yang bahkan tidak aku ketahui keberadaanya.

Bayi pertamaku telah pergi,  tapi mas Aska menyalahkan aku lagi, tidak apa, karena ini memang salahku.

_
Hari ini aku ingin tau di mana makam bayiku, tapi akankah mas Aska memberi tahuku? Sepertinya tidak akan
_

_
Ternyata, mas Aska begitu menyayangi bayi kami bahkan  memakamkannya dengan benar, namanya Hasa Marcelo. Namanya begitu bagus dan aku suka.

Nama putra kami Hasa, bukankah itu seperti Hana dan Aska? Entahlah tapi aku akan menganggapnya begitu karena aku senang
_

_
Aku kembali mengandung, tapi, Mas Aska bahkan tidak terlihat senang, dia masih berekspresi datar bahkan tidak menyentuh perutku hanya untuk menyapa bayi kami. Dia, malah lebih sering pergi keluar kota, sedih tapi untungnya Baby tidak rewel, yang sehat baby
_

Aska Lagi dan lagi mengeluarkan air matanya, saat itu dia senang memiliki anak, tapi dia masih merasa bersalah pada Hasa karena bayinya meninggal. Dan, Aska juga merasa bersalah pada Claudia yang sebenarnya sudah tidak dia pedulikan beberapa waktu itu.

Please, Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang