15

6.9K 191 3
                                    

"Mima, dalahnya ndak mau henti" ucap Ken cemberut kesal.

Hana hanya tersenyum kaku, hatinya sangat teriris melihat keadaan Kennan yang meskipun dia sudah mulai berhenti menangis, namun darah dari hidungnya tak berhenti keluar.

Wanita itu mengelap lembut darah yang keluar dari hidung putranya. Kini kedua ibu dan anak itu sedang berada di kamar Kennan, putra kecilnya ini memang sudah di pisahkan tidurnya sejak berusia satu tahun. Itu semua juga karena perintah Aska dan Hana tidak bisa melawan atau membantah.

"Nanti berhenti ko, sayang" ucap Hana lembut. Jauh di lubuk hatinya dia sangat khawatir dengan keadaan Kennan.

Putranya ini selalu mudah terluka, dan darahnya yang keluar tidaklah seperti luka pada umumnya, luka pada Kennan cenderung lebih lama sembuhnya.

"Mima, Ken nakal banget ya sampai papi tampal Ken?"tanya Kennan terlihat sangat sedih.

Hana menggigit bibir bawahnya kuat, dia tak kuasa melihat raut wajah putranya yang terlihat begitu sedih. Hana menarik tubuh mungil Kennan kedalam pelukannya, Dia selalu ingin memeluk Kennan setiap saat untuk memberitahukan putranya jika apapun yang terjadi, Hanya ada Hana yang selalu memeluknya.

Hana tidak ingin menjadi ibu yang jahat, namun dia tidak ingin putranya terlalu menaruh harapan kasih sayang dari Aska yang akan sangat sulit putranya itu dapatkan. Hana ingin, Kennan tidak mengharapkan kasih sayang dari Aska untuk melindungi putranya itu dari kekecewaan yang selalu saja dia dapatkan setiap kali berharap pada sosok ayah dalam hidupnya.

"Ken putra mima ini gak pernah jadi anak bandel, ko" ucap Hana menyangkal perkataan Kennan sebelumnya.

" Tapi, Papi malahin Ken, pasti kalena Ken nakl ya, mima? Ken kan gak sengaja pecahin potonya tante Clau"

Hana menggeleng, bukannya dia ingin mengajari Kennan untuk lari dari kesalahan, namun rasanya ini bukan kesalahan Kennan. Hana tau Kennan selalu berhati hati karena takut membuat kekacauan yang akan membuat Aska memarahinya. Dan meskipun poto itu pecah karena Kennan, bukankah terlalu berlebihan sampai menampar Kennan hingga mimisan?

"Ken mungkin memang salah, namun Ken tidak seharusnya mendapatkan tamparan dari papa" lirih Hana.

Ken melerai pelukannya dari Hana, tangan kecilnya memegang kedua sisi wajah Hana dengan lembut. Kedua bola matanya yang hitam legam nampak sangat jernih menatap dengan lembut ibunya.

Bibir kecil itu tersenyum lebar meski sisa-sisa darah dari mimisan masih jelas terlihat di sekitaran hidung dan mulutnya.

"Mima jangan sedih, meski sakit dikit, tapi ken seneng karena papi sentuh pipi Ken, kata Mima pipi Ken kan lembut" ucap Kennan dengan polosnya.

Hana bukannya merasa lebih baik, dia malah semakin menangis memeluk putranya yang menyedihkan. Sebegitu sayangnya kah  Kennan pada Aska hingga rasa sakit yang di berikan lelaki itu malah membuat Kennan nya tersenyum? Dan sebesar apa harapan Kennan hingga dirinya malah bahagia mendapatkan tamparan dari Aska, satu-satunya cara untuk Kennan bisa merasakan sentuhan Aska pada pipinya malah dengan sebuah tamparan bukan usapan lembut.

"Ken, sayang, Mima sangat menyayangi ken" Hana menangis dalam pelukan Kennan. Sedangkan putranya hanya menepuk lembut punggung bergetar  ibunya, itu adalah cara yang dia lihat dari para pelayan ketika ada yang bersedih.

"Mima tenapa sedih?, Ken sedang bahagia loh" ucap Kennan heran.

Hana melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Kennan, menatap dengan serius wajah putranya yang kini menatap heran.

"Ken sayang, dengerin Mima, oke. Jangan, mengharapkan sesuatu yang gak bisa kita gapai" ucap Hana serius.

Hana yakin, meski putranya masih sangat kecil namun cara Kennan memahami banyak hal dewasa itu sangatlah cepat jadi dia berharap Kennan mengerti dan berhenti mengharapkan kasih sayang dari Aska yang tidak mungkin membuka hati untuk mereka.

Please, Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang