24

5.4K 162 2
                                    

~•~

"Jika ini hanya sebuah sandiwara, aku rela bermain peran untuk selamanya"_Hana

~•~

"Bergegaslah mandi lalu ikut denganku" ucap Aska sembari mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

"Apa ada acara lagi, Mas?" tanya Hana dengan suara seraknya.

Aska menyimpan pengering rambut itu lalu membuka lemari, menunjukan baju baju Hana yang tergantung dan tersusun dengan rapi.

"Lihatlah, kau ingin orang-orang menganggap aku tidak memperhatikanmu?" ujar Aska dengan suara sinis.

Hana menatap pakaiannya dengan tatapan bingung. Bukankan semua pakaiannya pakaian mahal yang di siapkan oleh Aska dan sekertaris Gara? lalu apa yang di permasalahkan oleh suaminya itu, pakaian Hana tidaklah memalukan menurut Hana.

Semenjak Hana menikah dengan Aska, dia sudah membiasakan diri dengan pakaian yang sebenarnya bukanlah style dirinya. Dress selutut  dengan mengekspos bahu serta berkerah V rendah. Itu bukan gaya pakaian Hana tapi semua baju yang di siapkan rata rata memang seperti itu dan Hana tak bisa melawan.

" Baju Hana, bukannya semuanya sesuai keinginan Mas Aska?" suara Hana mengalun pelan takut menyinggung suaminya yang selalu mudah tersulut emosi ini.

"Itu masalahnya, cuaca di sini dingin dan itu akan membuat orang lain berfikir buruk tentangku. Cepat jangan banyak protes"

Mendengar penuturan Aska entah mengapa membuat Hana sedikit tersenyum merasa di perhatikan walau itu semua Aska lakukan hanya demi reputasi semata.

"Jangan senyum seperti itu, ingat Hana aku tidak peduli padamu namun ini demi reputasi ku sebagai pimpinan perusahaan-

"Iya, Mas Aska. Hana ngerti ko" jawab Hana lalu dengan cepat berjalan menuju kamar mandi di kamar apartemen. Dirinya sendiri tak tau berasal dari mana keberanian memotong ucapan Aska barusan rasanya ini kali kedua dirinya melawan setelah membakar poto-poto Claudia.

"Hana, habislah" gerutu Hana dalam kamar mandi.

Sedangkan Aska diam menatap pintu yang sudah tertutup rapat, senyum tipis yang semula terbit langsung padam tergantikan oleh raut wajah datar. Hana tidak menggemaskan, dia wanita yang menyebalkan ingatlah itu.

Aska terus menggerutu dalam hatinya supaya tidak goyah pada perasaannya sendiri. Hana wanita menyebalkan yang membuat hidupnya seperti ini, jika saja Hana tidak hadir di hidupnya maka-

'Jika Hana tidak ada di hidupmu, Hasa tidak akan ada, Aska. Begitu juga dengan Kennan putramu yang kelak akan mewarisi semua aset keluarga kamu'

Sekelebat ucapan Xavier sahabatnya terngiang di kepala Aska membuat lelaki itu mencengkram kepalanya kuat. Dia kesal setiap kali mengingat percakapannya dengan Xavier, Gara atau bahkan ibunya sendiri. Yang mereka bahas selalu tentang Hana dan selalu wanita itu.

'Lihatlah di dalam hatimu, Aska. Aku yakin di sana ada Hana walau hanya setitik'

Sial!

Aska tak suka semua hal yang menyangkut wanita yang sudah mengusik hati dan pikirannya.

Hana. Wanita itu dengan lancang sudah mengganggu hidup dan pikiran ku. Hana,

Aska menggeram marah. Dia tak suka situasi seperti ini, dia ingin mengusir Hana dari pikirannya namun tidak bisa, Wanita itu seakan memiliki celah untuk datang kepada pikiran Aska hingga sejenak pun Aska tak bisa mengenyahkannya.

***

"Bolehkah Hana minta Mas Aska yang memilihkan pakaian untuk Hana?" pinta Hana dengan penuh Harap.

Wanita itu kini mengenakan dress putih dan  mantel coklat susu milik Aska, sangat kebesaran di badan mungilnya.

Aska menatap Hana tajam, wanita ini mulai melunjak ternyata hingga dengan berani meminta hal yang tidak seperti biasanya.

"Kau sudah berni?"

"T-tidak. Hana hanya ingin Mas Aska yang memilih supaya sesuai dengan selera Mas Aska. Hanya itu saja" Hana membantah pikiran Aska.

Hana memang ingin Aska yang memilihnya untuk bisa menyesuaikan dengan apa yang lelaki itu sukai, Hana tidak ingin apa yang dia kenakan justru membuat Aska muak atau bahkan marah.

Aska menghela nafas gusar. Dia menatap sekitar, tempat ini milik keluarga Maxi yang terkenal dan selalu banyak pengusaha yang berlalu lalang belanja di sini. Aska tidak boleh bertindak gegabah, dia harus memerankan suami yang baik di sini.

"Ck, baiklah" ucap Aska lalu merangkul pinggang Hana saat dari ujung matanya dia tak sengaja melihat rekan kerjanya yang sedang berjalan bersama pasangannya.

"Mas?" Hana kaget tentu saja terlebih Aska merangkulnya dengan posesif.

"Diam lah, banyak rekan kerjaku yang bisa saja melihat kita di sini"peringat Aska.

Hana hanya mengangguk mengerti dengan tersenyum lembut, setidaknya Hana merasakan hangatnya rangkulan Aska meski itu hanyalah sebuah kepalsuan.

***

"Mas, Hana ingin yang warna hitam saja" lirih Hana ketika Aska mengambil sebuah mantel berwarna putih untuk Hana.

Aska terdiam menatap Hana lalu menatap dalam mantel berwarna putih di tangannya. Hatinya berkecamuk saat ini, namun sedari awal bukankah dia tidak peduli pada Hana.

"Ini pilihanku,terserah jika kau menginginkan keduanya" ucap Aska lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Hana yang menggigit bibir bawahnya tanpa sadar.

Bukan tanpa alasan Hana menginginkan warna lain dari mantel yang Aska pilihkan, tapi karena mantel itu, hana ingat jelas salah datu poto yang dia bakar adalah poto Aska dan Claudia yang sedang liburan. Di poto itu Claudia mengenakan mantel warna putih yang sama persis dengan yang barusan Aska pilihkan untuknya.

Dalam hati Aska, mungkin setiap kenangannya bersama Claudia akan tetap tersimpan namun bisakah Aska memberikan sedikit ruang untuk Hana?

"Hana"

Panggilan itu membuat Hana tersadar dan membawa mantel berwarna hitam itu dan menghampiri Aska yang kini sedang memilih pakaian hangat lainnya untuk Hana kenakan.

Hana kadang bingung, jika tau suhu di sini dingin mengapa Aska tidak membelikan baju hangat sejak awal? Bahkan dress yang Aska belikan untuknya cukup terbuka dan tidak cocok untuk suhu di sini.

"Mas Aska, Hana rasa ini sudah cukup" ucap Hana ketika melihat belanjaan mereka sudah sangat banyak.

Aska memang memilih pakaian untuk Hana dan dirinya, mungkin dirinya. Hana baru ingat jika pakaian hangat Aska juga hanya beberapa yang dirinya kemas makannya Aska juga membeli untuk dirinya sendiri.

"Kau benar, aku akan membawanya untuk di bayar" ucap Aska lalu pergi membawa pakaian yang dia pilih di bantu oleh satu bodyguard.

Mereka memang hanya di antar supir dan membawa satu bodyguard tak seperti biasanya yang selalu ada Gara dan enam bodyguard. Ini adalah perintah dari Aska dan karena Gara harus mengurus jadwal Aska selama di sini.

"Entah kenapa sikap kamu selalu berubah ubah, Mas. Semenjak di sini aku rasa bisa melihat sisi dirimu yang lain meski kadang aku bingung membedakan antara sandiwara dan kenyataan " lirih Hana ketika melihat Aska yang sudah memberikan kartu miliknya pada bodyguard untuk membayar.

"Hana, mari makan. Aku sudah sangat lapar"


Please, Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang