Kepala Magnus terbentur teralis besi saat ia terbangun. Sambil mengusap keningnya, Magnus melihat ke sekeliling. Ia di tempat yang cukup asing. Seperti di dalam sel kandang-kandang budak. Di sekelilingnya banyak terdapat aneka ukuran sangkar dengan pintu terbuka, tak berisi. Magnus sendiri berada di dalam sebuah sangkar. Tangannya terikat di belakang punggung.
Ini energi sihir? Magnus menyadari kalau tangannya diikat dengan suatu mantra. Ia memejamkan matanya, menggumamkan mantra untuk membebaskan dirinya.
Tali yang terbuat dari energi sihir di pergelangan tangannya seketika lenyap. Magnus menggunakan sihirnya lagi dan membuka pintu kandang yang mengurungnya.
Saat ia menapak di lantai yang terbuat dari semen dingin, Magnus baru menyadari kalau ia telanjang bulat.
"Kemana pakaianku?" Magnus mengerjap bingung, kepalanya pusing.
Tidak, bukan itu yang seharusnya aku khawatirkan sekarang. Magnus mencoba mengingat kembali, momen terakhirnya sebelum menghilang. Hanako, Dylan dan dirinya disergap oleh salah satu Jenderal Wilayah Kegelapan—Infection. Dia menteleportasi semua orang, termasuk dirinya.
Hanako, dimana kau berada sekarang?
Mengingat kegagalannya melindungi gadis itu membuat Magnus terpuruk. Kepalanya tertunduk, menatap kaki. Ia merasa bersalah dan seperti orang gagal.
"Bisa-bisanya aku membiarkan dia menghilang di depan mataku begitu saja." Gigi Magnus bergemelatuk, tangannya mengepal menahan emosi.
Sorot matanya berubah tajam dan ekspresi wajahnya mengeras. Ia bertekad untuk menemukan Hanako, apa pun caranya. Ia tidak peduli bahkan walau harus membunuh orang lain—Magnus akan kembali ke sisi gadis itu.
Setelah lebih tenang, Magnus coba menganalisis sekelilingya. Ia berada di dalam sebuah tenda yang atapnya warna-warni. Ada banyak kurungan seukuran tubuh manusia, kemungkinan dia berada di tempat eksploitasi manusia. Lalu, saat Magnus menarif nafas, udara yang berputar di sekelilingnya terasa aneh.
Sebagai penyihir, ia merasakan sesuatu yang berbeda di tempat itu. Aliran sihir terasa di semua tempat, kuat dan berkesinambungan. Seakan, tempat itu adalah tanah para penyihir.
"Wilayah Kegelapan," simpul Magnus. Dirinya terlempar ke suatu tempat di Wilayah Kegelapan. Magnus hanya berharap Hanako tidak bernasib sama sepertinya.
Terdengar suara langkah kaki mendekat. Magnus buru-buru bersembunyi di samping pintu tenda. Tirai itu disibak dan seorang wanita masuk. Ia bertelinga panjang, memiliki ekor panjang dengan ujung runcing berwarna hitam. Pakaiannya sangat minim hingga hanya pantatnya yang bulat terlihat. Payudaranya besar dan bergoyang saat ia berjalan. Rambutnya hitam panjang sepunggung dan wajahnya sangat cantik.
Succubus, tidak salah lagi.
Magnus tersenyum. Di sini keahliannya sebagai penyihir hasrat bisa berguna.
"Kemana perginya manusia berbadan bagus itu—aaangh!" Succubus itu mendesah saat Magnus menarik ekornya dengan kencang. Ia menoleh ke belakang, melihat Magnus sudah menyeringai dengan sorot mata tajam.
"Kau, bagaimana caramu keluar?" tanya Succubus itu dengan suara menggoda. Matanya berkabut, mulai bernafsu. Ekor Succubus adalah salah satu bagian sensitif mereka.
Magnus tidak menjawab dan justru mendorong Succubus itu sampai terjerembab. Batang-batang tanaman rambat tumbuh dari tanah, mengikat lengan dan kaki Succubus itu.
"A—apa yang kau lakukan? Tunggu, kau penyihir?" Succubus itu tampak terkejut, tetapi ia lebih takut saat melihat benda milik Magnus berdiri.
Magnus melakukan hal yang diinginkan succubus itu untuk membuatnya terpedaya dan lengah. Kepuasaan adalah yang disukai para succubus dan Magnus memberikannya dengan segenap tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!
FantasyCerita ini repost. ⚠️ WARNING! KONTEN DEWASA! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN! ⚠️ 🔞 Berisi adegan dewasa dan vulgar, risiko membaca ditanggung sendiri!🔞 Volume ketiga dari seri Priestess Temptation. Seri 1: The Priestess and the Wizard sudah tersedi...