Magnus sampai di depan gerbang menara yang menjad pusat dari Kota Semmorah. Di luar dugaannya, menara itu lengang tanpa penjagaan. Namun, ia tidak boleh lengah. Kewaspadaannya tidak boleh menurun.
Sambil berjalan memasuki pelataran menara, ia mengamati. Di balik dinding batu bata hitam terdapat taman yang cukup luas. Ada bangku-bangku panjang dan bahkan tempat makan.
Karena taman buatannya yang indah, penduduk Kota Semmorah banyak menjadikan pelataran menara itu sebegai tempat wisata. Magnus mencoba berbaur dan masuk ke dalam area menara itu. Matanya cermat mengawasi sekitar, tidak tampak penjaga di sekitar tempat itu.
Kalau Magnus mengikuti jalan di hadapannya ia akan langsung tiba di depan pintu masuk menara. Ia perhatikan, beberapa orang terlihat keluar masuk ke menara dengan bebas. Kemungkinan mereka adalah orang-orang yang akan menggunakan alat teleportasi atau pegawai yang bekerja di menara.
Masih tidak ada penjaga di pintu gerbang menara, Magnus melewati pintunya tanpa masalah. Ia langsung disambut aula utama yang luas, lantainya berwarna hitam, ada pilar-pilar menjulang tinggi di beberapa titik. Di tengah ruang terdapat meja informasi, di sisi kanan terdapat deretan bangku-bangku panjang. Di sebelah kiri ruangan ada lift yang digerakkan dengan tenaga sihir untuk mengangkut para pegawai atau pun pengunjung menara ke lantai-lantai lain.
Magnus bisa menyelinap karena di Kota Semmorah masih banyak terdapat manusia. Di menara itu pun banyak manusia yang berkeliaran, jadi keberadaan Magnus tidak terlalu mencolok. Ia hanya tidak mengira kalau menara itu tidak seketat perkiraannya. Hannah bercerita kepadanya seakan menara adalah tempat yang terlarang dan dipenuhi penjaga.
Magnus menghela nafas, tidak merasa terlalu tegang seperti sebelumnya. Mungkin ia bisa mencapai Teleport Point jauh lebih cepat dan aman dari yang diperkirakan.
Sekarang, dimana Teleport Point itu berada?
Mata Magnus mengedar ke sepenjuru ruang, ia tidak menemukan pintu menuju ruang lain. Satu-satunya tempat yang Magnus curigai sebagai tempat keberadaan Teleport Point adalah lantai bawah.
Magnus melihat lagi ke arah lift. Di depan lift itu ada dua penjaga yang mengenakan jubah hitam yang dipadukan dengan baju zirah. Magnus mengira, tidak semua orang diizinkan mengakses alat teleportasi itu. Walau menara tampaknya tempat yang terbuka bagi masyarakat umum, tetapi sepertinya hanya orang-orang tertentu yang bisa menggunkan teleport point.
Kalau tidak begitu, kenapa mereka meletakkan dua penjaga khusus di depan lift?
Magnus melihat ke arah meja di tengah ruang. Ada seorang wanita bertelinga panjang runcing, berkulit agak gelap dan berambut putih. Ia mengenakan pakaian ketat dengan selendang dan jubah tipis berwarna ungu. Wanita itu tengah berbicara dengan salah satu pengunjung menara. Lalu pengunjung pria itu pergi ke lift sambil menunjukkan benda berbentuk persegi panjang kepada kedua petugas. Petugas itu pun langsung mengizinkannya menggunakan lift.
Kepala Magnus manggut-manggut pelan. Begitu cara mendapatkan akses lift.
Ia melangkah mendekati meja informasi tersebut, tetapi langkahnya tiba-tiba terhenti. Magnus teringat kalau ia tidak tahu harus berbicara apa agar bisa diberikan izin memakai Teleport Point. Salah bicara, petugas itu nanti malah curiga padanya.
Pria itu mendesah pelan, tidak ada cara aman yang terpikirkan kepalanya, kecuali satu. Magnus bergumam memantrai dirinya sendiri.
"Delusio caetus." Mantra itu berfungsi meningkatkan sex appeal Magnus. Berkali-kali lipat. Baik wanita maupun pria, siapa pun yang mencium aroma feromon pria itu akan terangsang seketika. Jika sangat efektif, seketika akan takluk pada Magnus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!
FantasyCerita ini repost. ⚠️ WARNING! KONTEN DEWASA! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN! ⚠️ 🔞 Berisi adegan dewasa dan vulgar, risiko membaca ditanggung sendiri!🔞 Volume ketiga dari seri Priestess Temptation. Seri 1: The Priestess and the Wizard sudah tersedi...