Magnus menggunakan sihirnya untuk membuat permadani rumput yang empuk di pinggir danau. Anak-anak itu beristirahat setelah usai berenang. Tidak ada rasa terancam dan takut karena Magnus sudah membuatkan barier di sekitar danau. Hanako meninggalkan keranjang dari anyaman bambu, berisi bekal makan siang mereka.
Satu per satu dari mereka mengambil jatah makan siang. Ada sekitar dua belas anak di sana, mereka duduk melingkar menikmati pie daging, buah kupas dan perasan jus jeruk yang nikmat. Anak-anak itu asik berceloteh sambil menghabiskan makanan mereka. Hanako tersenyum melihat mereka dari kejauhan, lalu tangannya digenggam lembut oleh Magnus.
Ia menoleh ke depan dan pria itu mengedikkan kepalanya. Hanako tersenyum lalu mengangguk.
Mereka berdua meninggalkan anak-anak tersebut dan masuk lebih jauh ke dalam hutan. Hanako tidak khawatir karena Magnus juga sudah meninggalkan burung pengintainya di dekat anak-anak tersebut. Jika terjadi sesuatu, pria itu pasti langsung tahu.
Hanako tersipu karena tangannya lama tidak digenggam oleh Magnus. Tangan Magnus besar dan berurat, permukaannya kasar karena kapalan. Namun, Hanako merasa sangat nyaman saat tangannya digenggam oleh pria itu.
Ia melihat punggung Magnus yang lebar berjalan di depannya. Punggung itu kokoh dan kuat. Ia bisa membayangkan cetakan ototnya di balik pakaian tersebut. Jantung Hanako berdegup, pipinya memanas.
Seiring mereka berjalan semakin dibuat tidak karuan perasaan Hanako.
"Magnus, apakah masih jauh?" tanyanya, tiba-tiba.
Magnus melirik sedikit ke belakang. Ia tersenyum. "Sebentar lagi."
Mereka tiba di bagian hutan yang cukup lebat dengan dominasi pohon-pohon kastanye. Daun-daun berwarna merah, coklat dan kuning memenuhi lantai hutan tersebut. Saat angin bertiup tidak hanya terdengar suara gemerisik, tetapi beberapa daun dari pohon maple berterbangan dan gugur di sekeliling mereka.
Hanako tertegun, matanya terhipnotis oleh fenomena cantik tersebut. Namun, perhatiannya teralikan saat Magnus mulai menggunakan sihirnya.
Pria itu menggerakkan kedua tangannya dan seketika akar-akar yang kokoh tumbuh dari tanah. Daun-daun dari semak belukar melebar, berterbangan dan menumpuk di atas akar kokoh yang menjadi pondasi. Sekejap saja, di depan mereka suda terdapat ranjang yang terbuat dari dedaunan.
Magnus juga membuat selubung tidak kasat mata di sekitar tempat tersebut. Ia mendekat dan berbisik di telinga Hanako.
"Aku sudah membuat selubung kedap suara agar kau bisa bebas mendesah."
Wajah Hanako memerah. "Vulgar sekali! Aku tidak seperti itu—aaaah!"
Hanako langsung melanggar ucapannya. Ia mendesah saat tangan Magnus mulai berani menyentuhnya.
Magnus merengkuh tubuhnya dari belakang, erat. Tangannya menjelajahi area-area intim yang membangkitkan gairah gadis tersebut.
"Aku menginginkanmu, Hanako," bisik Magnus dengan nafas beratnya.
Hanako menengadah dan bersandar di dada pria itu. Mulutnya terbuka, mengundang. "Aku juga."
Tidak butuh lama sampai akhirnya kedua orang itu kembali menyatu dalam cumbuan yang panas. Magnus membimbing Hanako ke atas tempat tidur, dan dalam sekejap keduanya sudah melakukan penyatuan.
Percintaan itu berlangsung dengan intens dan memuaskan. Setelah mencapai puncak masing-masing, Magnus dan Hanako beristirahat di tempat itu selama beberapa saat.
Sampai akhirnya Hanako memandangi langit. Ia bisa melihat posisi matahari dari celah-celah daun kanopi pepohonan.
"Sudah terlalu siang, kita harus kembali sekarang, Magnus," kata Hanako.
Magnus mengangguk setuju.
Setelah keduanya sudah berpakaian rapi. Magnus menjentikkan jarinya dan seluruh tempat itu kembali seperti semula. Ranjang yang mereka pakai untuk bercinta kembali menjadi semak belukar dan akar rambat biasa, lalu selubung kedap suara di sekeliling area tersebut juga menghilang.
Magnus dan Hanako kembali ke pinggir danau untuk menemui anak-anak tadi. Mereka sedang beristirahat di sana, sebagian bahkan sudah tertidur karena tadi kelelahan bermain.
Magnus pun membantu membawakan anak-anak yang tertidur. Ia melayangkan tubuh mereka, mengangkut anak-anak itu seperti balon udara. Sementara anak-anak lainnya berjalan mengikuti Hanako sampai keluar dari hutan.
Mereka kembali ke desa Aetherwind.
----------------------
Bab ini aslinya ada 2700 kata.
Tentu saja saya sensor habis-habisan karena isi bab ini ya.... Magnus dan Hanako 😅Buat yang mau versi lengkapnya nanti beli aja PDF nya di akun karyakarsa Author (link di bio profil)
Berhubung volume 3 masih on going jadi jelas PDF nya masih coming soon
Harap bersabar menanti :')Maaf atas ketidaknyamannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!
FantasyCerita ini repost. ⚠️ WARNING! KONTEN DEWASA! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN! ⚠️ 🔞 Berisi adegan dewasa dan vulgar, risiko membaca ditanggung sendiri!🔞 Volume ketiga dari seri Priestess Temptation. Seri 1: The Priestess and the Wizard sudah tersedi...