27. Broken

510 39 11
                                    

Thomas menatap catatan penelitian di hadapannya. Ia memang tampak sedang membaca kertas kuning tersebut, tetapi pikirannya sedang tidak berada di tempat. Ia belum pernah melamun dengan pikiran kosong seperti itu sebelumnya.

Karla yang mengamatinya sejak tadi, tiba-tiba terkekeh.

"Master, sudahlah. Aku tahu kau ingin pergi ke festival."

Perkataan Karla membuat Thomas menoleh. Pria itu menggeleng dengan ekspresinya yang serius. "Tidak, aku masih harus mengerjakan... ."

"Tidak ada." Potong Karla. Ia berkacak pinggang. "Kau sengaja mengurung diri di lab sejak kemarin. Seperti menghindari seseorang?"

"Itu konyol. Kenapa aku harus bermain petak umpet di rumahku sendiri." Thomas menoleh ke arah lain, menghindari tatapan Karla. Di dalam hati, ia tahu asistennya benar.

Ketika ia keluar laboratorium, matanya hanya akan menemukan Magnus dan Hanako bersama. Bahkan semalam ia baru mendengar mereka bercinta di ruang santai. Ia sungguh tidak ingin mengingatnya, tetapi alih-alih, Thomas justru mengintip aktivitas menggairahkan itu. Hatinya seperti dihantam oleh palu besar. Perasaan jijik dan menyakitkan menorehnya, hingga membuat pria itu mual.

Di satu sisi, ia juga kesal dengan dirinya sendiri karena terangsang. Dia terangsang melihat percintaan mereka berdua. Tubuh Hanako yang tidak tertutup sehelai benang pun, suara desahannya yang erotis serta pose vulgar yang mereka lakukan di atas matras hangat tersebut membuat jantungnya berdebar antuasias.

Thomas tidak memahami perasaannya yang terasa campur aduk tersebut. Ia marah, kesal, malu, tetapi juga terangsang.

"Manusia sungguh membingungkan," keluhnya, tiba-tiba.

Karla yang mendengar kalimat itu hanya bisa mengerutkan dahi. "Apanya?"

Thomas menggeleng. "Tidak, lupakan saja."

Gadis itu pun mendesah, kesal. "Master, kau bicara sendiri lagi. Pergilah ke luar, kau butuh udara segar dan hiburan."

"Aku lebih suka berada di dalam laboratorium."

Karla mendengkus. "Tidak setiap tahun kita datang ke festival seperti ini. Tidak ada salahnya ikut menikmati, bukan?"

"Lalu, kenapa kau juga di laboratorium?" Thomas menarik sebelah alisnya, menatap Karla. "Kau terdengar antusias dengan festival ini, bukankah seharusnya kau sedang berada di sana?"

"Aku ingin pergi bersamamu dan Marina," jawab Karla.

Mendengar nama monster slime itu disebut membuat Thomas teringat padanya. "Marina? Di mana dia?"

"Dia tadi menunggu di ruang santai." Karla mendekat lalu memeluk punggung Thomas dari belakang. Sambil tersenyum nakal, gadis itu menggodanya. "Master, kalau kau tidak mau keluar, aku akan pakaikan parfum penggodaku ke tentakelmu."

Ia tahu Thomas akan bergidik setelah digoda diseperti itu. Dugaannya tepat, Thomas berbalik lalu mendorong pundaknya pelan.

Pria itu berdehem dan menenangkan dirinya. "Oke, ayo pergi."

Karla bersedekap. "Huh, digoda seperti itu baru mau bergerak."

Thomas tidak punya pilihan. Karla benar-benar akan melakukannya kalau ia tidak mau menurut. Dinamika hubungan mereka memang agak aneh. Di luar tugas penelitian, Karla selalu lebih dominan dibandingkan Thomas. Bahkan Thomas yang lebih sering mengalah padanya.

Akhirnya setelah mematikan peralatan di laboratoriumnya, Thomas mengikuti Karla dan Marina. Mereka menelusuri pinggir pantai, menuju ke lokasi festival. Di depannya, ia melihat Karla sudah akrab mengobrol dengan Marina.

Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang