Kaanos membuka matanya perlahan. Ia tengah duduk di ruang perjamuan yang lapang. Langit-langit ruangan itu tinggi dengan kristal indah yang melayang di atasnya.
Pilar-pilar yang menjadi penopang bangunan tersebut ditumbuhi sulur-sulur tanaman. Kelopak bunga berguguran dari tanaman hias rambat di dinding ruangan tersebut. Kabut tipis berwarna merah muda berembus di telapak kakinya. Dari luar, cahaya masuk menembus jendela-jendela tinggi besar, memberi penyinaran yang cukup di ruangan tersebut.
Di depan Kaanos terdapat meja bundar besar. Ada empat kursi di sana, tetapi salah satu kursi tersebut kosong. Kursi itu memang selalu kosong, entah kapan pemiliknya akan kembali.
"Kaanos, kau habis melihat masa depan lagi?" pertanyaan itu dilontarkan santai oleh saudaranya, Velkos. Entitas berambut pirang tersebut menggoyangkan cawan peraknya yang dilapisi permata, lalu menegak minuman berwarna kemerahan dari sana. Ia menghela nafas setelahnya, ekspresinya dipenuhi kepuasan. "Mmh, minuman dari manusia ini sangat enak. Mau coba?"
"Namanya anggur," potong Kaanos, cepat. "Aku sudah pernah coba, bukan favoritku."
"Kau lebih suka yang terbuat dari olahan kakao itu, bukan?" sahut entitas lainnya. Di kepalanya melayang sebuah mahkota dengan lapisan kristal berwarna safir. Sorot matanya yang tajam memandang Dewa Waktu itu disertai senyuman yang hangat sekaligus menawan. "Kalau tidak salah, namanya coklat? Mereka membuat minuman manis dengan itu."
"Ah, iya, itu." Kaanos mengangguk pelan. Matanya menghindari tatapan Sang Dewa Tunggal, penguasa sejati di dunia mereka, Acaros.
Ia tidak pernah berani memandang mata Acaros—Dia Yang Tertua di antara mereka, sekaligus Yang Terkuat. Kaanos menghormatinya dan mempercayai semua keputusan yang dibuat oleh Acaros. Termasuk, mencoba untuk percaya kepada manusia.
Berbeda dengannya, Acaros menyukai manusia dan selalu penasaran dengan perkembangan para mortal tersebut.
"Aku mendengar dari doa Pendeta Agung, banyak manusia yang memanjatkan namamu, Kaanos." Acaros berkata sambil menopang wajahnya dengan kepalan tangan. "Sepertinya kau menerima saranku dengan baik."
Kaanos enggan mengakuinya, tetapi setelah ia mencoba turun ke dunia dan beberapa kali berinteraksi dengan manusia, rasanya ia mulai menyukai mereka.
"Tidak seburuk perkiraanku," jawab Kaanos, pendek.
Ia lalu menoleh pada Velkos karena merasa berutang jawaban pada Dewa Harapan tersebut. "Ya, aku baru melihat masa depan."
"Coba ceritakan, kali ini apa yang kau lihat?" Velkos mencondongkan tubuhnya, tertarik mendengar kisah dari Sang Dewa Waktu. Namun, sosok anak laki-laki itu justru melemparkan senyum mengejek.
"Acaros akan mati dan kau akan menjadi Dewa Tunggal berikutnya." Kaanos tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa. Ia menepuk meja keras-keras sambil memegangi perutnya karena melihat ekspresi geram yang dibuat Velkos.
"Aku tidak mau jadi Dewa Tunggal!" seru Velkos.
Acaros yang mendengar keributan dua saudaranya hanya tertawa sambil menikmati anggur di gelasnya sedikit demi sedikit.
Velkos langsung menoleh pada Acaros. "Kumohon, berjanjilah padaku kau tidak akan meninggalkan takhta-Mu."
"Tidak akan." Alih-alih Acaros, justru Kaanos yang menjawabnya. "Aku hanya bercanda, Velkos. Acaros akan tetap menjadi Dewa kita. Bahkan tanpa melihat masa depan pun aku tahu."
Velkos menatap Acaros, raut wajahnya masih gusar. Ia belum bisa tenang kalau tidak mendengar konfirmasi langsung dari Acaros.
Dewa Tunggal itu tersenyum tipis pada saudaranya. "Jangan khawatir. Aku tidak akan mati."
Velkos tertawa lega setelahnya. Walau ia masih sedikit kesal karena dikerjai Kaanos.
Percakapan hangat dan penuh warna seperti tadi adalah hal biasa yang mereka lalui. Ketiga Dewa yang berkuasa di dunia saat itu, Acaros, Velkos, Kaanos—ketiganya membimbing manusia dengan cara masing-masing.
Kaanos mengira, sampai ribuan tahun mendatang semuanya akan berjalan dengan lancar dan penuh kedamaian. Sampai suatu hari, penglihatan dari masa depan menyusup ke dalam dirinya, memberitahunya tentang peperangan yang akan terjadi serta kabar kematian.
Kaanos saat itu bimbang. Sebagai Dewa Waktu, ia sebenarnya tidak boleh menceritakan kematian yang berhubungan langsung dengan orang tersebut. Namun, Kaanos yang naif mempercayainya—ia yakin Acaros akan mengambil keputusan yang bijaksana agar mencegah bencana yang lebih besar terjadi.
Lalu, di malam dengan cuaca buruk, Kaanos mendatangi Acaros dan menceritakan penglihatannya. Ia berharap Acaros membuat keputusan yang tepat, bahkan jika itu mengubah masa depan—Kaanos tidak keberatan. Namun, hal itu tidak pernah terjadi.
Acaros membuat keputusan paling buruk. Keputusan yang berbuntut kepada terjadinya perang kepanjangan antara Wilayah Kegelapan dan Wilayah Cahaya. Ucapannya yang dulu hanya sekedar candaan, berubah menjadi kenyataan dengan sendirinya.
Acaros mati. Namun, kekuasaan Dewa Tunggal tidak dimiliki siapa pun karena Acaros menghancurkan takhta-Nya. Yang tersisa di antara para dewa hanyalah Velkos—yang berusaha menjaga peninggalan Acaros dan Dekaros—yang berusaha merebutnya.
Tidak cukup manusia mengecewakannya, bahkan para Dewa pun mengkhianati kepercayaan Kaanos. Sang Dewa Waktu akhirnya mengasingkan dirinya dan memilih kematian untuk menyembunyikan kekuatannya dari siapa pun. Ia membenci seluruh dunia. Para dewa dan manusia—mereka tidak ada bedanya bagi Kaanos.
Dewa Kaanos terlelap panjang di dalam makamnya. Sampai akhirnya, tiba hari dimana kekuatannya terbangun karena makamnya ditemukan oleh sekelompok petualangan.
------------------------
Malam, maaf ya update kali ini side story aja (pendek pula).
Sekaligus, saya mau bawa pengumuman kalo bab 35 kemaren adalah bab terakhir di wattpad.
Jadi masih ada beberapa bab lain yang hanya tersedia di versi PDF.Selamat menunggu, PDF nya akan rilis bulan Mei ini di Karyakarsa.
Ehem, sambil menunggu versi PDF rilis, kalo kalian mau tau beberapa detail kisah karakter yang gak kuceritain di alur cerita utama, nanti bisa aku bikinin side story nya di wattpad. Tinggal request aja di kolom komentar ini.
Priestess Temptation Volume 4 akan berlanjut di wattpad ini, setelah PDF nya rilis.
Terima kasih atas pengertiannya :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!
FantasyCerita ini repost. ⚠️ WARNING! KONTEN DEWASA! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN! ⚠️ 🔞 Berisi adegan dewasa dan vulgar, risiko membaca ditanggung sendiri!🔞 Volume ketiga dari seri Priestess Temptation. Seri 1: The Priestess and the Wizard sudah tersedi...