Side Story #2: The Prince and The Priestess

957 23 4
                                    

Cerita ini berlatar lima belas tahun sebelum Kerajaan Holy Land dihancukan oleh pasukan Kegelapan. 

***

Hanabi baru menginjak usia enam belas tahun saat dirinya dibawa ke Kerajaan Lightborn untuk diperkenalkan kepada kandidat Ksatria Terpilih. Sebagai Pendeta Agung, ia memilki kewajiban menikah dengan Ksatria Terpilih, membuat keturunan, lalu berangkat ke medan perang. Rutinitas yang sama seperti Pendeta Agung sebelum dirinya.

Gadis berambut merah muda panjang itu mengeluh sembari melihat pemandangan dari jendela keretanya. Pohon-pohon scymore yang berbatang besar mulai berkurang, berganti hamparan lumput hijau yang luas. Sesekali terlihat rumah peternak dengan sapi-sapinya yang sedang memakan rumput.

Semakin dekat dengan kerajaan, makin banyak rumah yang rombongan kereta itu lewati. Hingga akhirnya terlihat dinding putih yang tinggi besar, mengitari kota pusat Kerajaan Lightborn.

Hanabi menengadah saat kereta melintasi gerbang utama Luxeria—kota pusat Kerajaan Lightborn. Gerbang itu terlihat megah, ketat oleh penjagaan. Kereta mereka menarik perhatian para penduduk yang sedang beraktifitas.

Hanabi merasa perutnya melilit saat mata-mata orang asing memandangi keretanya. Ia tahu mereka sedang melihat keretanya, bukan dirinya, tetapi tetap saja Hanabi merasa tidak nyaman.

Terlepas dari itu, Luxeria adalah kota yang indah. Bangunannya tertata rapi. Ada area perumahan, pertokoan, hiburan sampai taman untuk dinikmati bersama. Memasuki bagian yang lebih dalam adalah area yang lebih eksklusif bagi kaum bangsawan. Jarak antara rumah lebih jarang karena para bangsawan rata-rata tinggal di mansion yang besar dan memiliki halaman pribadi.

Tidak lama, jalanan menjadi lebih lengang, mereka memasuki wilayah keluarga kerajaan. Kereta melewati jalanan berbatu yang disusun rapi. Kanan kiri adalah padang rumput yang sesekali diselingi pepohonan.

Setelah melewati gerbang lagi, mereka baru memasuki wilayah istana. Istana dikelilingi oleh hutan yang asri, banyak terdapat taman dan lahan kosong yang ditumbuhi rumput serta bunga liar. Angin yang berembus menggoyangkan dahan-dahan pepohonan. Daun-daunnya beterbangan, mengiringi rombongan Kerajaan Holy Land yang sedang melintasi hutan.

Pemandangan di luar keretanya begitu damai, tetapi tidak dengan suasana hati Hanabi. Kedua tangannya mengepal di atas lutut, ia masih belum ingin menyerahkan hidupnya ke Ksatria Terpilih. Masih banyak yang ingin Hanabi lakukan.

Sesak di dadanya makin menyiksa, Hanabi merasa sulit bernafas. Ia pun menggedor dinding kereta yang dekat dengan kusir.

Kereta itu seketika berhenti, termasuk seluruh rombongan yang kebingungan.

Sebelum pelayan turun dan membukakan pintu, Hanabi tiba-tiba menendang pintu keretanya. Ia melompat turun dan berlari kencang ke dalam hutan.

"Pendeta Agung!" Para pelayan dan pengawal panik melihat gadis itu menghilang begitu saja. Pasukan berkuda yang mengawal langsung mengejar Hanabi, beberapa pelayan juga ikut mencari.

Hanabi bergerak dengan gesit. Rok panjang dan jubah yang dikenakannya tidak menjadi halangan. Memusatkan kekuatannya, Hanabi mengubah tubuhnya menjadi partikel cahaya yang tidak kasat mata. Ia berbelok, mengelabui pasukan berkuda yang mengejarnya. Sambil mempertahankan wujud tembus pandangnya, gadis itu menuju ke arah lain. Semakin jauh dari rombongan.

Akhirnya, Hanabi sampai di tepi danau yang besar. Ada pohon dedalu besar, dan ia berteduh di sana sambil menikmati panorama yang membentang.

Dada gadis itu naik turun, nafasnya tidak beraturan. Ia kelelahan karena berlari cukup lama, tetapi rasanya begitu puas dan lega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang