Jendela di kamar itu terbuka, membiarkan angin laut yang dingin menyusup ke dalam. Namun, sebanyak apa pun angin yang masuk tidak akan bisa menurunkan hawa panas yang menguar di ruangan tersebut.
Suara ranjang berderit bercampur dengan desahan dan lenguhan. Pakaian dua orang di atas ranjang itu berserakan di lantai.
Tubuh Hanako yang putih dan mulus berada dalam kurungan lengan Magnus yang berotot dan kokoh. Jemari gadis itu menelusuri punggungnya yang liat, lalu menancapkan kukunya seiring dengan tiap gigitan yang Magnus berikan di puncak gunung kembarnya.
Tubuhnya gemetar saat hidung dan bibir Magnus yang penuh menyusur perutnya, terus turun hingga mengecup belahan indah di antara dua pahanya.
Tangan Magnus melebarkan kedua tungkainya. Matanya yang seperti kristal sapphire memandangi belahan surgawi milik Hanako, jakunnya bergerak naik turun menelan saliva.
"Indah," gumamnya. "Milikmu selalu indah, Hanako."
Wajah tampan yang dipahat tanpa cela itu turun ke bawah, mendekap ke sangkar kenikmatan yang sudah lembab dan basah oleh cairan cinta.
Magnus merangkak naik ke atas tubuhnya lagi. Pinggulnya berada di antara selangkangan gadis itu. Hanako bisa merasakan benda miliknya yang besar berada di dalam tubuhnya.
Kabut gairah mengusai keduanya. Hanako bisa mendengar irama jantung Magnus yang cepat, degupannya seperti disalurkan melalui kulit mereka yang saling bersentuhan. Tubuh pria itu panas dan sedikit gemetar, mungkin karena menahan nafsunya sejak tadi. Nafasnya hangat dan berat, bibirnya setengah terbuka dan netranya menatap gadis itu lekat.
Hanako menyentuh rahang tegas miliknya, menelusurinya lembuat. Tatapannya berubah penuh kasih sayang. Bibirnya yang kecil berwarna merah muda itu bergerak.
"Aku mencintaimu."
Hanako mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Walau rasa sakit menyeruak setelahnya karena ia mengingat statusnya sebagai Pendeta Agung dan kenyataan bahwa suatu hari nanti mereka harus mengakhiri hubungan tersebut.
Magnus merendahkan pandangannya dan mendaratkan kecupan pada bibir gadis itu. Ia menatap Hanako dalam-dalam, berbisik dengan suara rendah.
"Sayangku. Aku mencintaimu lebih dari apa pun,"
Matanya menatap sedih gadis itu, mengetahui kalau kalimat tersebut bisa saja menjadi yang terakhir. Hanako bisa pergi kapan pun, saat ia akhirnya menemukan Ksatria Terpilih yang sudah ditakdirnya untukknya.
Persetan dengan Dewa, batin Magnus, muak. Ia mencintai gadis itu dan tidak akan menyerahkannya semudah itu dengan Ksatria Terpilih.
Ia akan melakukan apa pun, bahkan jika harus membuatnya hamil. Bahkan jika harus mengorbankan nasib seluruh Wilayah Cahaya.
Kenapa ini tidak adil bagimu?
Magnus meraup bibir gadis itu lagi, lebih kasar dan agresif. Emosinya mengalir bersama dengan pagutan itu. Hanako bisa meraskaan kemarahan di ciuman Magnus, emosinya yang melimpah bercampur dengan hawa nafsunya yang membara.
Kenapa kau tidak bisa menentukan pilihan hidupmu sendiri?
Pertanyaan itu menggaung terus di kepala Magnus. Semakin dalam ciuman mereka, semakin dibuat frustasi Magnus oleh keserakahannya dirinya sendiri. Ia ingin Hanako menjadi miliknya, selamanya. Memikirkan suatu hari nanti Hanako akan berjalan bersama pria lain membuatnya marah.
Magnus mencengkeram kedua tangan Hanako, menariknya ke samping kepala gadis itu. Jemari mereka bertaut erat.
Hanako menjengit karena nikmat yang menyerang sekujur tubuhnya. Sensasi gelanyar menyebar seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam pembuluh nadinya.
Gerakan Magnus makin cepat dan kuat saat Hanako sudah bisa mengimbangi permainannya. Desahan dan lenguhan keluar dari bibir keduanya, sesekali saling memanggil satu sama lain.
"Aaaah, Sayang," racau Hanako. Kedua tangannya yang sudah bebas memeluk punggung Magnus.
Matanya keduanya kembali bertemu, saling memberitahu bahwa puncak kenikmatan akan segera tiba.
"Akan kuberikan semua milikku," ucap Magnus.
Hanako mengangguk, lalu membenamkan wajahnya di pundak Magnus. Keduanya bernafas dengan cepat. Desahan makin keras terdengar, lalu tubuh Hanako menegang disusul dengan getaran pada seluruh badannya.
Magnus juga mencapai klimaksnya. Pria itu memeluk erat tubuh Hanako selagi mengeluarkan cairan cintanya di dalam tubuh gadis itu.
Setelah sesi yang panas, keduanya berbaring di kasur, beristirahat sambil memeluk satu sama lain.
Hanako tidur menyamping, kepalanya bersandar di dada Magnus yang bergerak naik turun. Pria itu masih mengatur deru nafasnya. Tubuhnya panas dan mengkilat karena peluh. Hanako menggeliat di dalam kurungan lengannya yang posesif dan ia menyukainya. Rasanya hangat dan nyaman.
"Kenapa kau sangat ingin aku hamil?" tanya Hanako, tiba-tiba.
Magnus merendahkan pandangannya, menatap Hanako. "Kau tidak ingin punya anak?"
"Tentu saja ingin, tetapi aku sudah pernah cerita konsekuensi kalau Pendeta Agung hamil bukan?"
"Lalu kenapa kau setuju?"
"Karena aku ingin hidup bersamamu." Hanako berkata malu-malu, tidak berani memandang pria itu. Ia takut Magnus menganggapnya konyol dan tidak dewasa. Gadis yang egois, mengorbankan seluruh umat manusia demi hasrat dan kepentingan pribadinya.
Namun, yang diterimanya justru kecupan di kening. Hanako mengangkat wajahnya dan Magnus menatapnya sambil tersenyum. Kebahagiaan memancar di mata pria itu, membuat irisnya yang indah seakan bersinar. Magnus mencium bibirnya lembut, mengecupnya beberapa kali sebelum menarik wajahnya kembali.
"Aku menginginkan hal yang sama denganmu," bisik Magnus, mesra. "Aku tidak peduli dengan yang lain Hanako. Aku hanya mau dirimu."
Magnus berkata yang sejujurnya dan Hanako bisa merasakan keinginan yang kuat dari kalimat itu. Namun, pikiran mereka buntu saat mencoba mencari cara untuk mewujudkannya. Tidak ada yang bisa memastikan masa depan itu.
Yang bisa keduanya lakukan hanya menikmati momen saat ini, tidak menyia-nyiakan sedetik pun.
-------------------
Sudah jelas ya, bab ini saya sensor habis-habisan karena memang isinya adegan wikwik Magnus sama Hanako.
Versi dengan narasi lebih eksplisit dan lengkap ada di PDF nya.
Silakan cek di akun KaryaKarsa saya di https://karyakarsa.com/alistairmagma13Terima kasih buat yang selalu support tulisan saya
Buat jaga-jaga, saya menyarankan pembaca cerita ini juga memfollow akun cadangan wattpad saya: penulispemula00
KAMU SEDANG MEMBACA
Tides of Plague and Time | 21+ Adult Only!
FantasíaCerita ini repost. ⚠️ WARNING! KONTEN DEWASA! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN! ⚠️ 🔞 Berisi adegan dewasa dan vulgar, risiko membaca ditanggung sendiri!🔞 Volume ketiga dari seri Priestess Temptation. Seri 1: The Priestess and the Wizard sudah tersedi...