👸🏼 25. Kebenaran ++

1.4K 18 3
                                    

Happy Reading!
18++




"Aku lebih mencintaimu Azura" ucap Raxy disela-sela ciuman mereka, gairahnya semakin membara tangan kekarnya sekarang sudah menyelip meremas gundukan kenyal putri Azura yang pas pada genggamannya

"Mphh ahh"
Di bawah ciuman panas Raxy, Putri Azura terengah-engah, tubuhnya bergetar dengan gairah yang tak tertahankan walau sebenarnya dirinya tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya ia hanya mengikuti nalurinya. Tangan kekar Raxy meremas gundukan kenyal di dadanya yang masih dibalut gaun sutra tipis nan lembut, membangkitkan rasa ingin lebih dan lebih dalam dirinya.

Raxy mencium lehernya, bahunya, dan turun ke dadanya, meninggalkan jejak cinta di setiap sentuhannya.

"Nnguhhh Raxyh," Putri Azura mengerang pelan, merasakan gairahnya semakin meningkat. Jemari putri Azura meremas rambut raxy lembut. Dia membuka ikatan jubahnya, memperlihatkan gaun tipisnya yang indah.

Raxy menatapnya dengan penuh kekaguman, matanya berkobar dengan nafsu. Dia membantu melepaskan gaun Putri Azura dengan sekali tarikan, membiarkannya jatuh ke lantai. Dia menegakkan tubuhnya sejenak, mengagumi kecantikan putri yang luar biasa. Putri Azura berbaring pasrah setengah telanjang di depannya, aroma tubuh yang mengguar serta kulitnya berkilau di ruangan yang remang.

Dengan penuh perasaan Raxy membuka kaki Putri Azura yang masih terbalut kain lembut dan menyelipkan tubuhnya diantara kaki putri azura. Kemudian menjatuhkan diri dan mengukung tubuh Putri Azura. Sedikit menindih ia kembali mencium bibir manis itu yang tidak pernah membuatnya ingin berhenti dengan penuh gairah dan candu, lalu mulai meremas menjelajahi tubuhnya dengan tangan kekarnya. Dia menyentuh setiap inci kulit putri Azura, merasakan kehangatan dan kelembutannya.

"Raxy" Putri Azura mengerang dengan tangan mencengkeram pakaian Raxy dengan erat. Dia ingin Raxy lebih dekat, ingin merasakan sesuatu yang lebih di dalam dirinya. Raxy tahu apa yang Putri Azura inginkan, dan dengan segera dia menuruti keinginannya.

"Ahh Raxy rasanya aku sangat menyukainya ahh geli tapi juga menyenangkan"
Raxy yang mendengar itu menunjukkan senyum senangnya, memasukkan salah satu benda kenyal putri azura ke dalam mulutnya dan menainkan putingnya dengan lidahnya. Sebelah tangannya mulai meraba menaikkan kain pada paha mulus putri Azura.

Namun, di tengah gairah yang membara, membuat Raxy lupa akan posisi dirinya. Raxy dengan bayang-bayang kutukan. Kutukan yang mengikat dirinya serta sisi malaikatnya Pangeran Narendra, sang malaikat suci yang penuh kasih, dan Raxy, sang iblis yang memikat dan mematikan.

Dia tahu bahwa ketika sisi malaikatnya yang memang pemilik kendali dari tubuh ini mengambil alih, maka Putri Azura tidak akan mengingat sisi Raxy saat itu juga. Dia akan melupakan semua kenangan tentang Raxy, tentang gairah yang mereka ciptakan bersama sampai ia melihat Raxy kembali.

Raxy menggeram mengingat ia benar-bebar tidak bisa menahannya lagi. Namun tertahan karena ia sudah berjanji dan harus tunduk, untuk bersanding dengan Putri Azura, walaupun ia bisa saja membrontak karena jiwa iblisnya lebih kuat.

Raxy melepaskan ciuman mereka dan menatap mata biru putri azura dibawahnya. Menyatukan dahi mereka sambil mengatur nafas.

"Maaf" ucap serak Raxy kemudian memeluk Putri Azura erat, menyembunyikan wajah rupawannya di leher putri.

Putri Azura tidak mengerti kenapa Raxy meminta maaf, walaupun kebingungan putri Azura tetap membiarkan Raxy memeluknya dengan tangan hangat pada punggungnya. Ia menaruh tangannya pada rambut raxy menghirup aroma tubuh Raxy yang sangat nyaman nan memabukkan untuknya.

Sedangkan Raxy, ia merasakan hatinya diiris rasa sakit, mengetahui bahwa cinta mereka belum bisa dipersatukan, dihantui oleh rasa takut yang tak terhindarkan.

Dengan hati yang sesak, Raxy mencium leher Putri Azura yang berisikan tanda penghubung mereka. Dia membisikkan kata-kata lembut yang tidak dapat dimengerti oleh putri azura.

Putri Azura "nguh Raxy..."gumaman kecil.

Seperti dihipnotis, Putri Azura memejamkan maranya tertidur, tak mengingat apa pun tentang gairah yang mereka bagikan. Raxy menatapnya dengan penuh kasih sayang, berjanji untuk selalu melindunginya, bahkan ketika dia tidak mengingatnya.

"Maaf, putri," bisik Raxy. "Belum waktunya kita melakukan hal ini. Aku berjanji akan memenuhi dan melakukannya setelah semuanya baik."

Raxy memeluk Putri Azura erat, merasakan kehangatan tubuhnya. Dia ingin sekali mengatakan apa yang dia rasakan, tapi dia tahu dia tidak bisa.

Raxy berbisik"Aku mencintaimu, Putri Azura."

Sebuah senyuman pahit terpatri pada wajah tampan Raxy. Dia tahu Putri Azura tidak mendengarnya.

Raxy berbisik "Aku akan menanti hari ketika kau bisa mengingatku sepenuhnya. Hari ketika kita bisa bersama tanpa rasa takut." Memperbaiki kain dan posisi tidur putri Azura dengan menyelimutinya dan mengusap lembut pipinya.

Raxy mencium kening Putri Azura dengan lembut, lalu dia bangkit dari tempat tidur. Raxy keluar dari Ruang peristirahatan Putri Azura.

----


Kltek"
"krieet" suara pintu terbuka.

Di depan ruangan peristirahatan putri Azura ada beberapa pengawal yang berjaga dan Letnan Baredix yang dengan setianya menantikan kabar dari pangeran. dengan seragam yang rapi dan pedang yang tersemat di pinggangnya, berdiri tegak di tengah lorong, mengawasi situasi dengan penuh kewaspadaan.

Ketika pintu terbuka, "Pangeran Na-" Letnan Baredix terkejut melihat sosok yang muncul. Tubuhnya menegang, dan jantungnya berdebar kencang. Mengetahui siapa dusuk yang tengah berdiri dihatapannya sekarang.

Sosok itu adalah Pangeran Raxy, sisi lain dari Pangeran Narendra. Dengan tegas, Pangeran Raxy melangkah keluar, membuat Letnan Baredix terkesiap sesaat. Meskipun demikian, Letnan Baredix berusaha menyembunyikan kegugupannya dan menjaga kehormatan dengan menundukkan kepalanya.

"Salam Pangeran Raxy!" seru Letnan Baredix, berusaha menormalkan suaranya. Dia menundukkan kepalanya dengan hormat, tak berani menatap mata merah tajam sang pangeran yang memperhatikannya.

Letnan Baredix bertanya dengan khawatir,
"Hm. Bagaimana keadaan Putri Azura, Pangeran?" tanya Letnan Baredix setelah Raxy keluar dari ruangan.

"Putri Azura sudah aman," jawab Raxy dengan wajah datar. "Racunnya sudah berhasil aku atasi" jawabnya dengan nada yang dingin. Raxy menyadari ketakutan dari lawan bicaranya.

Bersamaan setelah menjelaskan keadaan putri azura sesaat Pangeran Raxy memejamkan matanya seketika itu juga rambut merahnya berubah menjadi silver.

Letnan Baredix menatapnya dengan terpana sebelum menghela nafas lega, dalam hati iya bersorak bersyukur. lega karena Putri Azura berhasil diselamatkan.

"Salam Pangeran Narendra" ucap Letnan saat melihat wajah pangeran yang sudah melembut.

"Hamba telah melaksanakan perintah Anda, Pangeran. Dalang dibalik racun tersebut masih belum diketahui karena pelakunya adalah seorang pelayan yang hanya menjalankan perintah tanpa mengungkap identitas pemberinya. Pelayan tersebut kini telah ditangkap dan diamankan," lapor Letnan Baredix.

"Dan kami juga sudah mengatasi agar tidak terjadi kegaduhan dari warga desa."

Pangeran Narendra mengangguk "hm. tetap perketat pengamanan untuk putri Azura, agar dalang dari semua ini tidak bisa berulah lagi"

"Baik pangeran!" jawab Letnan Baredix.

"Baiklah lanjutkan penyelidikan ini besok pagi sekalian aku ingin menemui pelayan itu" jelas pangeran narendra karena hari sudah larut malam.















👸🏼👸🏼Cerita ini akan di percepat karena beda banget sama alur awalnya
Dan lebih 18++

+++++++++
Jangan lupa vote;)

Thank you

Putri Terkutuk Evlogia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang