👸🏼 28. Menyusun rencana ++

788 23 0
                                    

Happy Reading!

"Ini Untuk Putri Azura, dari Pangeran"

Putri Azura memandang takjup kearah Gio, yang kini tengah memeluk sebukat bunga besar nan indah untuknya.

Gambar~


"Wahh indah sekali,"

Warna-warni kelopaknya yang cerah dan keharumannya yang lembut membuat hatinya berdesir. Ia mengulurkan tangan dengan lembut, menerima buket itu dari Gio.
"Terima kasih, Gio. Bunga-bunga ini sangat indah," ujar Putri Azura dengan senyum manis

—— ____——

Tiga minggu sudah berlalu Putri dan pangeran Narendra berada di Desa perbukihan itu.  Sejauh ini semuanya berjalan dengan baik terlepas dari kejadian pembunuhan kemarin. Penjagaan terhadap mereka masih sangat ketat karena mengetahui pelaku belum ditemukan.

Kini pekerjaan pembangunan  waduk hampir selesai dikerjakan dengan gotong royong oleh warga desa dan pekerja kerajaan.  Beberapa rumah-rumah warga yang rusak juga telah diperbaiki.

Malam ini, bulan purnama bersinar lembut, menerangi ruang peristirahatan sang putri dengan cahaya keperakannya.

Malam ini putri Azura berada diruang peristirahatannya di desa Perbukihan. Pintu ruangan terbuka perlahan, menampakkan sosok gagah Pangeran Narendra. Di tangannya, sebuket bunga Gloxinia beraneka warna mekar indah, hasil petikannya dari daerah waduk. Pangeran Narendra mendatanginya dan membawakan Bunga Gloxinia seperti yang ia lakukan selama tiga hari belakangan ini.

"Putri Azura!" ucap Narendra dengan suara lembut, senyum hangat menghiasi wajahnya.

Mata Putri Azura berbinar takjub. Ia bangkit dari kursinya, gaun sutranya bergemerisik lembut saat ia melangkah mendekati sang pangeran.
"Wah, indah sekali," bisiknya penuh kekaguman. Jemarinya yang lentik menyentuh kelopak-kelopak bunga dengan hati-hati. "Terima kasih, Pangeran. Bunga-bunga ini sungguh menakjubkan."

Narendra mengulurkan buket itu, "Aku memetiknya di sekitar area pembangunan waduk. Setiap kali pulang dari pemantauan, aku selalu teringat betapa kau menyukai bunga."

Putri Azura menerima buket itu, menghirup aromanya yang manis. "Pangeran, ini indah sekali. Aku juga ingin pergi ke sana untuk melihat pembangunan waduk dan tumbuhan bunga liar yang cantik ini."

"Aku akan membawamu ke sana nanti, setelah semuanya sudah diselesaikan," janji Narendra, suaranya dalam dan penuh kasih sayang.

Putri Azura berterima kasih terharu, dan memeluk Pangeran Narendra erat. Sang pangeran, yang telah merindukan istrinya sejak pagi, membalas pelukan itu dengan penuh kehangatan. Ia menghirup aroma tubuh Putri Azura yang memenuhi inderanya sejak ia memasuki ruangan sang Putri.

"Aku merindukanmu," bisik Pangeran Narendra di telinga Putri Azura, suaranya serak oleh emosi.
"Aku juga merindukanmu," balas Azura lembut, menyamankan diri dalam dekapan sang pangeran.

Pangeran narendra menghirup rakus leher putri Azura yang seolah memulihkan energinya. Tidak lain putri Azura juga melakukan hal yang sama ia menyukai aroma tubuh pangeran narendra.

—————-

Sedangkan dilain tempat

Malam telah larut disebuah bangunan desa perbukitan. Amira de Ogres terkesiap saat mendengar suara gesekan pada pintu kamarnya yang terkunci. Jantungnya berdegup kencang ketika pintu itu terbuka perlahan, menampakkan sosok pria yaitu Rakar dalam pakaian pengawal palsunya yang membuatnya mendengus.

Putri Terkutuk Evlogia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang