03. Ingatan asing

3 1 0
                                        

Matahari mulai berada semakin tinggi, panasnya terik matahari mulai menyengat kulit Ash hingga membuatnya terbangun dari tidurnya.

Ash pun membuka kedua matanya dan melihat kearah sekitarnya. Matanya menangkap sosok Bri yang masih tertidur pulas di sebelahnya bagaikan bayi itu dengan wajah yang begitu damai. Ash hanya tersenyum kecil melihat Bri yang tertidur itu.

Namun karena matahari sudah tepat diatas kepala, Ash merasa ini bukan saat yang tepat untuk tidur karena itu akan membuat kulit terbakar.

Ash mengguncang perlahan tubuh Bri untuk menyuruhnya bangun.

"Bri bangun, sekarang bukan saat yang tepat untuk tidur" ujar Ash.

Bri tak merespon sedikitpun panggilan dari Ash dan tetap tertidur pulas, dan karenanya lah Ash mendapatkan sebuah ide jahil yang cocok untuk situasi seperti ini.

Merasa mendapatkan ide cemerlang Ash mengangkat salah satu sudut bibirnya dan menatap Bri yang akan menjadi korban kejahilannya ini.

Ash perlahan melepaskan Bri yang memeluknya dengan erat. Ia mulai berjalan menuju danau dan menceburkan dirinya kedalam danau dengan setengah badannya yang melayang ke permukaan.

Langsung saja Ash mengambil air dari dalam danau lalu disiramkannya pada Bri secara langsung, akibatnya Bri langsung terbangun dari tidurnya dengan rasa panik.

"Ash, hujan! Hujan!" teriak Bri dengan panik.

Ash tertawa terbahak-bahak melihat respon Bri yang sesuai dengan ekspetasinya, ia memukul-mukul air dan mengeluarkan suara tawa yang cukup kencang.

Bri yang melihat Ash tertawa dari dalam danau itu langsung sadar kalau tadi adalah ulah Ash.

"Kukira hujan beneran, kau ini" omel Bri dengan ekspresi kesal

"Ya habisnya kau tidak bangun-bangun, jadi cara ini yang lebih efektif" jelas Ash dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Bri yang geram dengan tingkah laku Ash itu langsung membalas serangan Ash tadi. Diambilnya air danau dari pinggir danau lalu disiramkannya pada Ash.

Tak mau kalah, Ash langsung menceburkan dirinya masuk kedalam danau untuk menghindari serangan Bri lalu muncul kembali ke permukaan saat dirasa sudah aman. Lagi-lagi ia mentertawakan Bri.

"Curang, Ash bisa berenang, Bri kan belum bisa" ujar Bri dengan ketus.

Ash memasang ekspresi penuh percaya diri dan mengangkat kedua bahunya. "Ya kalau usiamu sudah 12 mungkin kau akan bisa berenang"

Bri merasa benar-benar kesal dengan kelakuan Ash itu, diambilnya buah tadi lalu dilemparkannya kearah Ash yang tepat mengenai kepalanya.

"Ash jahat" dengus Bri sambil memalingkan pandangannya.

Ash mengusap kepalanya yang kesakitan karena dilempar buah oleh Bri barusan.

Ash mulai berenang ke tepian sambil tertawa kecil lalu duduk di sebelah Bri dengan bajunya yang basah.

"Jangan marah Bri, ayo kita jalan-jalan ke sekitar, kau kugendong" bujuk Ash.

Seperti di awal, Bri adalah gadis yang mudah dibujuk, dengan bujukan Ash yang mengarah pada hal kesukaan Bri itu langsung membuat Bri kembali ceria.

Bri langsung berdiri dari posisinya tanpa melihat ke sekitarnya, akibatnya kaki Bri tak sengaja terpleset yang membuat Bri seketika terjatuh ke danau tepat yang ada di sampingnya.

Ash yang melihat Bri tercebur ke danau itu pun terkejut dan tidak mempercayai apa yang barusan dilihatnya.

Setelah beberapa saat Bri tak kunjung muncul ke permukaan, Ash langsung menceburkan dirinya kembali kedalam danau. Jauh di kedalaman sana, Ash bisa melihat Bri yang sudah tak sadarkan diri dan perlahan mulai tenggelam.

Sekuat tenaga Ash mulai berenang mendekat kearah Bri sambil mengulurkan tangannya, berusaha menggapai Bri di kedalaman.

"Bertahanlah Bri" batin Ash berusaha meyakinkan dirinya.

Mata Ash mulai sakit karena terlalu lama berada didalam air, walaupun Ash bisa berenang namun dia bukanlah perenang handal.

Dengan segala rasa sakit yang dirasakannya itu, ia tetap berusaha menggapai Bri, ia tak akan melepaskan Bri sama sekali.

Ash menguatkan tekadnya dan berenang semakin cepat agar bisa menggapai Bri secepat mungkin hingga akhirnya ia berhasil menangkap pakaian yang dikenakan oleh Bri. Ash tersenyum kecil melihat dirinya berhasil menangkap Bri.

Saat dirinya hendak menarik Bri kedalam pelukannya, sekilas tiba-tiba muncul sebuah ingatan dalam kejadian yang sama, namun posisi Bri itu terlihat digantikan oleh sesosok anak kecil laki-laki yang dimana anak kecil itu adalah dirinya sendiri.

Ash yang terkejut dengan reflek membuka mulutnya dan melepaskan semua oksigen yang disimpannya.

Ash membelalakkan kedua matanya dengan apa yang baru saja ia lakukan tadi.

Ash kembali menutup mulutnya rapat-rapat, dengan Bri yang berhasil dipegangnya itu dia mulai berenang ke permukaan.

Disaat Ash berenang ini, samar-samar Ash kembali mendapatkan sebuah ingatan asing. Terlihat seperti sebuah kastil yang megah layaknya istana.

Ash menutup kedua matanya rapat-rapat dan hanya terus berenang, berharap ingatan ini hanyalah halusinasinya.

"Bertahanlah aku, sebentar lagi"

Namun karena tak adanya oksigen dalam diri Ash membuatnya merasa begitu sesak dan tersiksa. Ash tau, kalau seperti ini terus ia takkan berhasil berenang ke permukaan.

Ash pun mengambil ancang-ancang untuk melemparkan Bri sekuat tenaga sebelum dirinya kehabisan nafas.

Dilemparkannya Bri hingga kepala Bri mulai muncul ke permukaan dan mendarat tepat di pinggir danau untuk setidaknya menghirup udara.

Tubuh Ash pun melemas, rasa sesak yang dirasakannya pun semakin menyiksa dirinya.

Kesadaran Ash mulai menipis, perlahan rasa sesak ini mulai mengikis kesadarannya.

Ash memejamkan kedua matanya untuk bersiap akan apa yang terjadi selanjutnya.

Namun dalam kegelapan yang dilihatnya itu, muncul kembali sebuah ingatan dalam dirinya yang terputar dengan samar dan bagaikan sebuah kaset rusak.

Ash melihat seolah dirinya sedang dikepung oleh sekumpulan serigala lapar, sejauh mata memandang bisa terlihat adanya tumpukan salju bersamaan dengan kondisi dimana saya itu terjadi badai.

"Apa ini?" pikir Ash saat dirinya melihat adanya ingatan-ingatan asing menyembur pikirannya.

Belum sempat dirinya memproses soal ingatan asing yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya itu, saat itu juga Ash sudah kehilangan kesadarannya lalu tenggelam kedalam kegelapan danau.

ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang