04. Kebebasan dan Keabadian

3 0 0
                                    

"Tenang saja ibu, aku akan kembali bersama ayah"

Didepan Ash kini terlihat seorang pria dewasa yang mengenakan pakaian tebal sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya yang terbaring lemas diatas ranjang dengan selimut bulu.

"Berhati-hatilah Theo, diluar sedang ada badai"

Tepat setelah wanita paruh baya tadi selesai berbicara, tiba-tiba 'tubuh' Ash seolah ditarik untuk menjauh dari sana, dalam sekejap Ash sudah berada di tempat yang berbeda.

Ia seolah berada dalam tubuh pria bernama Theo tadi dengan kondisi dirinya yang sedang bersimpuh didepan tubuh seorang pria paruh baya yang berlumuran darah dan sudah tidak bernafas. Di sekelilingnya terdapat sekawanan serigala yang sedang kelaparan dan menatapnya sebagai buruan.

Ash tidak mengerti sama sekali tentang apa yang terjadi saat ini atau apa yang sedang dialaminya, ia hanya bisa terdiam dan tak bergeming.

Dalam benaknya, terdengar suara seseorang yang berbicara, suara itu adalah milik Theo ini.

"Kebebasan dan Keabadian"

Dan tepat setelah suara itu sekawanan serigala tadi langsung menyergap kearah Ash lalu mencabik-cabik tubuhnya dengan ganas.

Tepat sebelum Ash melihat apapun lagi, lagi-lagi Ash merasa seperti 'tubuhnya' kembali ditarik oleh sesuatu.

Ash menutup kedua matanya, tak sanggup akan apa yang terjadi selanjutnya.

Dalam diri Ash, ia berharap kalau ini semua hanyalah mimpi buruk semata.

"Yang Mulia, sekalipun anda yang meminta hamba tidak bisa mengizinkan anda memasuki perpustakaan gereja kami"

Mendengar sebuah suara yang asing memancing rasa penasaran Ash. Perlahan  Ash membuka kedua matanya untuk melihat apa yang terjadi.

"Kau berani melanggar perintah seorang ratu?!"

Ash bisa melihat seorang pria yang mengenakan pakaian layaknya pastur sedang berdiri di hadapannya dengan dirinya yang barusan berbicara layaknya seorang ratu dari sebuah kerajaan.

"Maafkan hamba Yang Mulia, tapi ini sudah merupakan peraturan yang sudah ada semenjak dahulu" ujar pria itu dengan penuh rasa hormat, bahkan menundukkan kepalanya.

Ash bisa merasakan adanya rasa resah dalam dirinya. Ash menyadarinya kalau perasaan ini bukanlah miliknya, melainkan 'ratu' ini.

"Penjaga, penggal kepala pastur ini!"

Ash terkejut bukan main saat mendengar sang ratu menyuruh untuk memenggal kepala seorang pastur. Walaupun Ash hidup didalam sebuah suku yang tidak masuk kedalam sebuah kerajaan, namun Ash mengerti peran seorang pastur.

Lalu Ash langsung ditarik kembali oleh sesuatu.

Setelahnya Ash bisa melihat pastur tadi yang sudah bersiap dibawah Guillotine. Dan beberapa saat kemudian Ash melihatnya dengan kedua matanya sendiri saat dimana kepala pastur itu terpenggal.

Ash membelalakkan matanya. Panik dan ketakutan memenuhi diri Ash saat melihat darah segar mengalir dari tubuh sang pastur yang sudah tidak memiliki kepala.

Belum selesai rasa takut Ash berakhir, untuk keempat kalinya tubuh Ash ditarik kembali.

Saat ini Ash melihat adanya keramaian orang di depannya bagaikan lautan manusia yang memandang kearahnya dengan tatapan menghina, marah, dan kepuasan tersendiri.

Ash memperhatikan sekelilingnya untuk melihat apa yang terjadi.

Dan saat itu, perhatian Ash tertuju kepada dirinya yang berada di tengah-tengah sebuah Guillotine raksasa dengan dua penjaga yang berada di sisi kanan kirinya, bersiap memotong tali untuk mata pisau yang siap memenggal kepalanya kapan saja.

Nafas Ash memburu, ia benar-benar ketakutan saat membayangkan apa yang akan terjadi padanya berikutnya.

Disaat diri Ash dipenuhi oleh ketakutan, Ash bisa mendengar suara ratu ini berbicara dalam benaknya.

"Kebebasan dan Keabadian"

Tepat setelahnya penjaga yang berdiri di sisi Ash itu langsung memotong tali dari mata pisau. Dengan cepat mata pisau itu jatuh yang tepat mengarah kearah Ash.

Ash yang ketakutan saat itu langsung berteriak sekencang-kencangnya sambil menutup kedua matanya.

°•°•°•°•°

"ASHER TRIBECA!"

Ash langsung membuka kedua matanya lebar-lebar dan memaksa kesadarannya untuk pulih seketika. Disaat yang bersamaan Ash langsung merasakan mual yang teramat sangat. Ia pun menengok kearah sampingnya dan langsung memuntahkan begitu banyak air dari dalam perutnya.

Setelah Ash memuntahkan semua air yang ada dalam dirinya itu pun ia langsung terbatuk-batuk dan merasakan rasa dingin yang begitu menusuk kulit dan tulangnya. Tubuh Ash bereaksi akan rasa dingin itu dan membuat seluruh tubuhnya menggigil kedinginan.

"Handuk lagi!" titah ayah Ash yang sedari tadi berdiri di sebelah Ash dengan wajah panik.

Ibu Ash yang ikut ada disitu itu pun mengambil handuk dari dalam tas yang dibawanya yang lalu dibalutkannya pada tubuh putranya yang sedang menggigil kedinginan itu.

"Ash, bisa dengar ayah?" tanya ayah Ash dengan wajah panik berharap putranya dapat meresponnya kali ini.

Ash yang masih sedikit syok karena beberapa hal itu mencoba menangkap apa yang baru saja ayahnya ucapkan tadi.

Dengan suara lirih Ash menjawab, "aku..dengar.....ayah"

Seketika itu juga secara bersamaan ayah dan ibu Ash menghela nafas panjang dengan lega saat mendengar putranya merespon ucapannya.

Merasa lega dengan putranya yang sudah berhasil sadar itu membuat ibu Ash tak bisa menahan air matanya lagi, akhirnya tangisannya pun pecah bersamaan dengan perasaan leganya saat melihat putra semata wayangnya sudah sadar.

Ibu Ash langsung menghampiri Ash dan mendekapnya kedalam pelukannya dengan erat sambil menangis.

"Syukurlah kau selamat Ash, ibu sempat ketakutan saat kau sudah tidak bernafas lagi" ujar ibunya dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

Ash yang baru siuman itu belum mengerti akan apa yang sedang terjadi pada dirinya, otaknya tidak bisa memproses kejadian yang terjadi pada dirinya sebelumnya.

Ibu Ash melepaskan Ash dari pelukannya dan melihat wajah Ash secara langsung. Saat dirinya melihat mata Ash yang terbuka dan terasa deru nafas Ash itu, dirinya langsung menangis sejadi-jadinya dan melepaskan semua ketakutannya sebelumnya.

"Jangan tinggalkan ibu Ash, ibu takut kehilanganmu, ibu benar-benar bersyukur kau masih hidup"

Ayah Ash yang melihat istrinya menangis terharu itu ikut tersenyum lega, ia juga merasa senang saat putranya akhirnya siuman.

Saat dimana dirinya tidak bisa merasakan detak jantung putranya itu berlalu bagaikan mimpi buruk, yang terpenting sekarang adalah putranya sudah sadar dan ada disini sekarang, ini adalah kebahagiaan yang tak pernah dirasakannya sebelumnya.

"Ash sayang, apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya ibu Ash dengan nada khawatir.

Ash yang belum mengerti dengan apa yang terjadi itu hanya diam dan tak menjawab, matanya bergerak untuk melihat sekelilingnya dan mencoba mengingat apa yang terjadi padanya sebelumnya.

Saat kedua mata Ash melihat danau besar terpampang di depannya, Ash langsung teringat akan apa yang terjadi sebelumnya.

"Aku tenggelam ya" pikir Ash.

Setelah Ash berhasil mengingat apa yang terjadi sebelumnya, Ash merasa sedikit lega juga.

Karena perasaan lega ini lah membuat Ash perlahan kehilangan kesadarannya.

Perlahan kesadaran Ash pun memudar dan kedua matanya mulai terpejam, bisa didengarnya suara panik dari ibunya yang terus memanggil-manggil namanya berulang kali. Namun Ash tak memiliki tenaga sama sekali untuk mempertahankan kesadarannya sendiri apalagi membalas panggilan ibunya.

Hingga akhirnya Ash pun tenggelam dalam kegelapan dan kesadarannya pun hilang.

ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang