10 Tahun Kemudian...
Jauh di sebelah Utara dari kota pusat yang bergabung dengan kerajaan, terdapat sebuah suku yang masih belum bergabung dengan kerajaan tinggal dengan populasi yang cukup besar, bisa dibilang tempat suku terbesar kedua yang tinggal.
Didalam sebuah bangunan rumah yang terbuat dari semen dan bata dimana tempat tinggal kepala suku itu, di dalam salah satu kamarnya terdapat seorang gadis muda yang terbaring di ranjangnya.
Cahaya matahari yang menerobos masuk dari jendela itu tepat menerangi kearah wajah sang gadis dan memperlihatkan kulit putih pucat.
Rambut merahnya terlihat bersinar saat diterpa cahaya matahari ditambah dengan wajah cantiknya itu membuatnya terlihat bagaikan putri tidur.
Walau dengan cahaya matahari yang menyinari wajahnya sekalipun, gadis itu tak merasa terusik sedikitpun dan masih tertidur dengan lelap.
Pintu kamar gadis itu pun terbuka, terlihat seorang wanita yang mengenakan pakaian layaknya seorang maid berjalan masuk dan tak lupa menutup pintunya kembali.
Wanita itu berjalan menghampiri jendela kamar gadis itu lalu menutup tirainya sebagian agar cahaya matahari tidak menusuk tepat ke wajah gadis yang tertidur dengan lelap itu.
Setelahnya wanita itu pun menarik sebuah kursi kecil dan duduk di pinggir ranjang tempat gadis tadi tertidur.
Wanita itu menatap sendu kearah gadis yang tertidur lelap dan tersenyum kecil.
"Nona Celyn, selamat ulang tahun yang ke-23 tahun, saya mengucapkan rasa bahagia yang sebesar-besarnya" ujar wanita itu.
Diraihnya tangan gadis itu dari dalam selimut lalu ia mengusapnya dengan lembut. Kulit putih pucatnya terasa halus sekaligus terasa dingin, seperti mayat.
"Sudah 5 tahun nona tak kunjung membuka mata, saya selalu menanti anda disini setiap harinya dan akan menjadi orang pertama yang menyambut anda. Saya yakin dari lubuk hati yang paling dalam Tuan Trey dan Nyonya Dorothy pasti menunggu nona juga"
Diletakkannya kembali tangan gadis yang dipanggil Celyn itu secara perlahan, seperti benda rapuh yang bisa rusak kapan saja.
"Nona jangan menyerah ya, saya siap berada di sisi anda kapanpun anda membutuhkan saya. Tak peduli orang berkata buruk tentang Nona Celyn, saya akan selalu mendukung anda apapun yang terjadi"
Wanita pelayan itu mendekat kearah kepala Celyn lalu diciumnya kening Celyn.
Dari dekat, bisa dirasakannya suara deru nafas Celyn yang mulai melemah bahkan hampir tak terasa, terutama detak jantungnya juga mulai melemah.
"Saya pamit undur diri dulu, saya akan menjenguk anda kembali malam nanti untuk memberikan anda asupan"
Setelahnya wanita pelayan itu beranjak dari kamar gadis bernama Celyn tadi dan pergi.
===××===
Hari berakhir dengan cepat, matahari sudah terbenam sepenuhnya yang membuat langit menjadi gelap. Bulan purnama bersinar dengan terang di langit yang gelap sebagai penerang di malam ini.
Sesuai janji wanita pelayan tadi siang, ia memasuki kamar gadis bernama Celyn tadi dengan membawa nampan berisikan beberapa cairan suntikan beserta sebuah suntikan dan wadah berisikan air hangat lengkap dengan sapu tangan.
Wanita itu meletakkan nampan yang dibawanya diatas nakas sebelah ranjang lalu ia berjalan menuju jendela dan menutup tirainya dengan rapat.
"Nona saya datang mengunjungi anda lagi, sesuai janji saya" ujar wanita itu.
Ia berjalan menuju lemari pakaian Celyn dan mengambil baju lengkap dengan dalamannya. Dihampirinya Celyn yang masih belum tersadar itu dan menggulung lengan bajunya sedikit.
"Anda pasti lapar bukan, saya sudah membawakan asupan gizi untuk anda. Kalau anda ingin makanan yang sesungguhnya, tolong untuk segera bangun dan cobalah masakan saya lagi" Wanita itu tersenyum lembut sambil tangannya sibuk mempersiapkan suntikannya.
Secara bertahap ia mulai menyuntikkan beberapa cairan kedalam tubuh Celyn melalui suntikan, cairan itu dalam vitamin dan gizi yang diberikan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh Celyn walau tidak sepenuhnya terpenuhi namun ini sudah cukup.
"Sudah selesai, sekarang izinkan saya membasuh tubuh anda"
Wanita itu meletakkan kembali suntikan di tangannya lalu membasahi sapu tangan tadi dengan air hangat didalam wadah tadi.
Dengan perlahan-lahan ia pun mulai membangunkan posisi Celyn dan membuka sedikit bajunya. Dengan penuh kelembutan layaknya seorang ibu, ia pun mulai mengelap tubuh Celyn dengan saputangan yang direndam air hangat tadi.
Setiap bagian tubuhnya itu pun mulai diusap dengan lembut dan penuh kehati-hatian seperti merawat barang yang sangat rapuh.
"Kulit anda sepertinya semakin halus, tapi kalau anda mandi yang sebenarnya mungkin kulit anda bisa lebih halus dari ini"
Setelah dirasa sudah selesai membasuh, lanjut ia mengganti pakaian Celyn dari atas hingga bawah.
Dirasa semuanya sudah selesai, ia pun kembali menutup tubuh Celyn dengan selimut hingga ke bagian lehernya dan menyisakan kepala Celyn.
"Saya izin pamit nona, besok saya akan datang lagi seperti biasa"
Wanita itu membawa kembali nampan miliknya lalu menunduk sedikit dan berjalan pergi, meninggalkan Celyn seorang diri lagi di ruangan kamarnya yang gelap sendirian.
Tak berselang lama setelah wanita itu pergi, gadis bernama Celyn yang terbaring di ranjangnya itu menghembuskan nafas terakhirnya bersamaan dengan detak jantungnya yang berhenti berdetak saat itu juga.
Namun, ini bukanlah akhir dari kehidupan Celyn.
Dari arah jendela muncul sebuah bola cahaya yang menerobos masuk dengan menembus jendela.
Bola cahaya itu berputar-putar diatas tubuh Celyn selama beberapa saat secara perlahan.
Tak berselang lama setelahnya bola cahaya itu berhenti, bola itu mulai bergerak perlahan lalu masuk kedalam tubuh Celyn yang sudah tiada itu.
Saat bola cahaya itu berhasil masuk sepenuhnya kedalam tubuh Celyn, Celyn yang sudah tak sadarkan diri selama 5 tahun itu mulai membuka kedua matanya.
Mata hijau bagaikan daun di musim semi yang baru saja tumbuh terlihat begitu Celyn membuka kedua matanya. Matanya terlihat berkilauan namun tatapannya begitu kosong menatap kearah langit-langit kamarnya seperti boneka hidup.
"Aku... dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal
Tajemnica / ThrillerEntah sudah berapa kali aku bereinkarnasi, aku sudah tidak bisa menghitungnya lagi. Berapa kali lagi aku harus reinkarnasi? Setiap kali aku reinkarnasi, rasanya aku hampir gila. Rasa sakit karena kematian sebelumnya masihlah terasa dan membekas di k...