07. Rantai Reinkarnasi

3 0 0
                                        

"Apakah masih jauh?" tanya ayah Ash sembari berlari melewati pepohonan di hutan dengan Brittany di punggungnya yang menangis

"Di depan sana paman" jawab Brittany sambil menahan isak tangisnya.

Dengan begitu cepat ayah Ash terus melesat melewati pepohonan sambil menghindari ranting pohon untuk mencegah dirinya terkena luka lecet, dirinya benar-benar mengkhawatirkan kondisi putranya saat ini.

Ia terkejut saat istrinya tiba-tiba datang bersama dengan Brittany yang sedang menangis ke tempat kerjanya langsung dengan membawa kabar kalau Ash tak sadarkan diri di hutan, karena itu ayah Ash langsung meninggalkan pekerjaannya dan menjemput Ash di tengah hutan.

Dengan kondisi matahari yang sudah sepenuhnya tenggelam, hal buruk bisa terjadi kapanpun juga.

Rasa cemas dan panik yang memenuhi diri ayah Ash itu membuatnya bisa berlari lebih cepat dari biasanya hingga tiba di tempat putranya terkapar tak sadarkan diri diatas tanah.

Ayah Ash mengatur nafasnya sesaat lalu berjongkok dan mengecek kondisi putranya itu.

Nafasnya terasa lemah, detak jantungnya masih terasa kuat, namun seluruh badannya terasa panas dan itu bukanlah pertanda baik sama sekali.

Ayah Ash menengok kearah Brittany yang masih menangis di belakang punggungnya dan mencoba menenangkannya.

"Brittany, tidak apa-apa. Daripada menangis, lebih baik bantu om ya" ujar ayah Ash dengan lembut.

Brittany yang masih sesegukan itu mengangguk sebagai jawaban.

Brittany turun dari punggung ayah Ash lalu membantu menaikkan Ash ke punggung ayahnya dengan pelan-pelan lalu setelahnya dilanjut Brittany yang digendong dari depan oleh ayah Ash.

Dengan kecepatan penuh dan kehati-hatian ekstra ayah Ash melesat berlari dengan cepat melewati pepohonan sambil menghindari setiap ranting yang dilaluinya untuk keluar dari hutan membawa Ash yang tak sadarkan diri dan Brittany yang mengusap setiap air matanya, berusaha tidak menangis lagi.

Tak butuh waktu lama ayah Ash tiba di rumahnya yang memang letaknya lumayan dekat dengan jalan keluar hutan, disana ibu dari Ash sudah menunggu dengan cemas di depan rumah.

Saat melihat suaminya tiba, perhatian ibu Ash langsung tertuju kearah Ash yang digendong di belakang suaminya.

Dirinya terkejut bukan main, reflek ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan membelalakkan kedua matanya.

"Cepat, bawa Ash ke kamar dan kompres dia" ujar ayah Ash dengan panik.

Ibu Ash pun langsung cepat tanggap. Ia mengambil Ash dari gendongan suaminya dan bergegas membawa Ash ke kamarnya lalu merebahkan dirinya diatas kasur, tak lupa seluruh tubuhnya ditutupi oleh selimut.

Ibu Ash pergi ke dapur lalu mengambil air beserta saputangan. Dibasahkan nya saputangan tersebut lalu digunakan untuk mengompres dahi Ash yang terasa begitu panas.

Jauh dalam lubuk hatinya, ibu Ash terus memanjatkan doa, berharap putranya baik-baik saja.

"Tuhan, kumohon jangan renggut nyawa putra kami, dialah satu-satunya anak yang bisa kudapatkan setelah pernikahanku selama 12 tahun ini"

•°•°•°•°•

"Dimana ini?" tanya Ash.

Ash menatap ke sekitarnya, berusaha mencari tau dimana dirinya saat ini.

Sejauh yang diingatnya adalah dirinya tadi sedang dalam perjalanan pulang, namun tiba-tiba dirinya masuk kedalam tempat yang begitu gelap ini.

Sejauh mata memandang hanya ada kegelapan yang terlihat. Sunyi dan senyap. Ash sendirian berdiri di tengah-tengah kegelapan itu.

ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang