19. Mereka

0 0 0
                                    

Aku tersenyum lembut lalu kuusap pelan kepala gadis itu.

"Aku mengerti soal kondisimu dan aku akan menyetujuinya"

Gadis itu mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar saat mendengar keputusanku barusan, tapi perkataanku belum selesai sampai disitu.

"Tapi..."

Saat mendengar kata 'tapi' keluar dari dalam mulutku ekspresi gadis itu langsung berubah menjadi cemberut.

"Aku harus ikut denganmu"

"Apa anda yakin?" tanya gadis itu.

Aku bergerak dari atas kasur dan duduk di pinggir kasur agar bisa dekat dengannya.

"Tentu saja, lagipula aku butuh sedikit udara segar" jawabku dengan suara yang penuh keyakinan dan nada yang lembut.

"Jean!"

Tanpa waktu lama Jean langsung masuk kedalam kamarku dan menundukkan kepalanya di hadapanku.

"Saya disini Nona Celyn" ujar Jean yang sudah siap siaga

"Aku akan pergi dengan gadis ini, tolong disiapkan perjalanannya" titahku

"Apa anda ingin menggunakan kereta kuda?" tanya Jean memastikan.

Aku mengerutkan alisku dan memiringkan kepalaku. "Memangnya kita punya kereta kuda?" tanyaku kebingungan

"Tentu saja, kalau begitu akan saya siapkan kereta kuda milik anda pribadi"

"Ya pokoknya tolong ya"

Jean perlahan berjalan mundur dan meninggalkanku bersama gadis ini.

Kalau dipikir-pikir rasanya tidak nyaman kalau aku memanggilnya gadis ini, gadis itu, sebaiknya aku menanyakan namanya.

"Ngomong-ngomong namamu siapa?" tanyaku padanya

"Brittany Clorinde"

Saat garis itu menyebutkan namanya, tiba-tiba saja ada sebuah suara yang meneriakkan sesuatu di kepalaku, suara seorang anak laki-laki.

Aku reflek mengucapkan kata yang diteriakkan didalam kepalaku. "Bri"

"Hah?"
"Eh"

Beberapa saat aku baru menyadari apa yang baru saja kukatakan.

"Boleh aku panggil kau Bri?" tanyaku dengan nada yang sedikit gelagapan.

Brittany tersenyum canggung melihatku yang gelagapan. "Kalau begitu bolehkan saya memanggil anda Celyn?"

"Tentu saja boleh, dan kau juga tidak perlu formal karena kau bukan rakyatku atau bawahanku jadi biasa saja"

"Baiklah"

Tak berselang lama kemudian Jean pun datang kembali ke kamarku dengan membawa kursi rodaku.

"Semuanya sudah siap nona"

"Terimakasih banyak" ujarku memuji pada Jean atas kerja kerasnya.

Jean membopong tubuhku dan meletakkan diriku diatas kursi roda secara perlahan agar aku tetap merasa anyaman. Setelahnya Jean mendorong kursi rodaku menuju halaman depan rumah dengan Bri yang mengekor di belakang, dirinya terus diam dan tidak berkomentar apapun, hanya menurutiku tanpa berucap sepatah katapun.

Setibanya di halaman depan rumah, aku cukup terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Bukan soal kereta kuda yang akan kunaiki, melainkan banyaknya penjaga dan pengawal yang ikut.

Ada sekitar sepuluh penjaga berkuda lengkap dengan zirah dan persenjataan lengkap serta dua puluh pengawal yang terbagi menjadi dua untuk dibagian depan dan belakang. Tak hanya itu, bahkan ksatria keluarga Sylvester ikut menjaga untuk bagian dalam kereta kuda.

ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang