Begitu aku memasuki bagian dalam gua, aku langsung disuguhkan pemandangan oleh beberapa orang yang terlihat sedang terduduk lemas pada sandaran gua. Sebagian besar orang tua, ada sekitar tiga anak kecil yang tertidur dalam damai.
Sebuah obor menjadi cahaya sekaligus penghangat bagi puluhan orang disini, satu-satunya penerang dalam gua yang gelap dan lembap.
Kondisi mereka cukup memperihatinkan, aku bisa mendengar suara perut keroncongan mereka yang menggema dalam gua bagaikan suara orang yang sudah tidak makan selama berhari-hari.
"Aku membawakan makanan" ujar Brittany dengan suara kecil yang menggema dalam gua.
Orang-orang yang tadinya terduduk lemas seketika bersemangat saat mendengar perkataan Brittany, bagaikan sebuah harapan baru bagi mereka.
Seorang pria paruh baya berjalan mendekati Brittany. Terlihat jelas kedua kakinya yang gemetaran karena kekurangan tenaga, jalannya yang begitu pelan sangat menjelaskan kondisinya.
"Apa pekerjaanmu berjalan lancar?" tanya pria paruh baya itu pada Brittany tepat di hadapannya
"Iya, semuanya sangat lancar"
Pandangan pria paruh baya itu beralih pada karung yang dibawa oleh Jean lalu bergantian melihat kearahku dari ujung kakiku hingga bagian atas kepalaku.
"Apa kalian teman Bri dari restoran?" tanya pria paruh baya itu setelah melihat-lihat diriku seolah sedang menilaiku.
Aku menoleh kearah Brittany seolah meminta penjelasan maksud dari ucapan pria ini, yang kudapatkan adalah ekspresi sekaligus tatapan yang seolah menyuruhku untuk ikut saja pada alurnya.
"Ya, Bri sangat membantu di restoran, dia anak yang baik dan penurut walau pendiam" elak ku dengan sedikit gugup.
Pria paruh baya itu mengulurkan tangannya seolah ingin berjabat tangan denganku, kuraih tangannya dan menjabat tangannya sambil tersenyum canggung karena aku tidak mengerti apa yang terjadi disini.
"Aku adalah ayah Bri, senang rasanya kalau putriku banyak membantu, kedepannya tolong bantu Bri di tempat kerja ya" Pria paruh baya itu memperkenalkan dirinya sebagai ayah Brittany dan berterimakasih kepadaku seolah aku benar-benar teman kerja Brittany.
Aku menoleh kearah Jean, menghadapkan bantuan untuk keluar dari situasi canggung yang tak kumengerti ini. Seperti yang diharapkan dari Jean, dia mengerti dengan tatapanku dan langsung bertindak.
"Brittany benar-benar membantu, dia inisiatif dalam bekerja. Pemilik restoran memberikan roti dan air ini sebagai hadiah" Jean mengalihkan pembicaraan agar fokus pria itu tertuju pada Jean.
Sesuai dugaan, pria itu beralih dariku menuju Jean dan membahas hal-hal lainnya bersama.
Aku bernafas lega saat akhirnya keluar dari situasi canggung yang bisa-bisa membunuhku part 2, sudah cukup aku terganggu dengan suasana didalam gua ini aku tidak ingin terganggu oleh suasana lainnya.
Mengingat aku sudah keluar dari situasi yang merepotkan, aku baru teringat ada yang ingin kubicarakan pada Brittany secara spontan setelah melihat situasi dan kondisi orang-orang yang ada disini.
Aku berjalan menghampiri Brittany dan menatapnya sesaat sebagai kode, Brittany yang mengikuti arti dari tatapanku itu membalasnya dengan anggukan semata. Kuraih tangan Brittany lalu membawanya sedikit menjauh dari orang lain lalu mengajaknya berbicara empat mata saja.
"Apa ini sudah semua?" tanyaku pada Brittany tanpa basa-basi
"Beginilah kondisinya, aku tidak akan berkomentar apapun. Sesuai perjanjian di awal, kau bebas melakukan apapun padaku setelah ini" Brittany menatapku serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal
Mystery / ThrillerEntah sudah berapa kali aku bereinkarnasi, aku sudah tidak bisa menghitungnya lagi. Berapa kali lagi aku harus reinkarnasi? Setiap kali aku reinkarnasi, rasanya aku hampir gila. Rasa sakit karena kematian sebelumnya masihlah terasa dan membekas di k...