17. Memulai Kehidupan

1 0 0
                                    

"Nona Celyn, ini sudah pagi, waktunya anda bangun"

Samar-samar aku mendengar suara seseorang yang berbicara padaku.

Dengan kesadaranku yang baru setengah pulih saat mendengar suara itu, aku membuka kedua mataku untuk melihat siapa yang memanggilku.

Sosok Jean mengenakan baju pelayan sedang berdiri di pinggir kasurku, sosoknya terlihat menyilaukan karena cahaya matahari dari jendela yang berada di belakangnya.

"5 menit lagi" ujarku dengan suara yang sedikit serak.

Jean tak mendengar perkataanku dan langsung menarik selimutku tanpa aba-aba apapun.

"Sarapan hari ini adalah roti isi dengan daging kelinci dan berbagai macam sayur seperti sawi, tomat dan timun. Seperti kemarin saya masih membuatkan anda susu hangat untuk memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan"

Mendengar Jean membicarakan makanan justru membuatku merasa semakin mengantuk, mungkin karena aku sedang tidak ingin makan ditambah semalam aku terlalu lama mengobrol dengan para makhluk kecil itu.

"Hari ini nona ingin jalan-jalan saja atau ada hal lain?" tanya Jean.

Dengan malas aku pun bangun dari posisi tidurku masih dengan kedua mata yang terpejam sambil memikirkan pertanyaan Jean barusan.

Kalau dipikir-pikir aku jadi teringat soal masalah yang diceritakan Jean, katanya wilayah disini sekarang sedang bermasalah tanpa adanya pemimpin, mungkin hari ini waktu yang tepat.

"Aku akan coba melihat-lihat kantor ayah terlebih dahulu dan melihat masalah yang terjadi" jawabku masih dengan kedua mata yang terpejam dan rasa kantuk yang berat

"Kalau begitu saya akan menyiapkan pakaian yang pas"

Setelahnya Jean benar-benar membantuku bersiap sepenuhnya, hari ini aku masih belum mandi karena kondisiku jadi Jean hanya membasuh tubuhku saja.

Jean adalah pelayan yang sangat bisa diandalkan, dia dengan cekatan memberikanku sarapan dan membantuku bersiap dalam waktu kurang dari setengah jam, ditambah dia ikut menata rambutku.

Jean mendorong kursi rodaku lalu membukakan pintu kamarku.

"Selamat pagi, Nona Celyn!"

Mataku langsung terpaku saat melihat pemandangan yang ada di hadapanku saat ini.

Para pelayan yang bekerja di rumahku berbaris rapih sambil menundukkan kepala mereka dan meletakkan tangan mereka di dada seolah ingin menyambutku.

Luar biasa. Aku bisa merasakan rasa hormat dan loyalitas mereka saat menunduk padaku bahkan memberikan salam padaku.

Aku menengok kearah Jean hendak bertanya tentang apa yang terjadi namun seperti sudah mengerti isi pikiranku Jean langsung berkata.

"Tenang saja nona, saya sudah menjelaskan kondisi anda saat ini ke seluruh pelayan di kediaman ini agar mereka bisa membantu anda kapanpun selain saya" jelas Jean sambil ikut menundukkan kepalanya dan meletakkan tangannya di depan dadanya memberikan hormat.

Pada awalnya aku sedikit syok, namun sepertinya aku sedikit mengerti akan sesuatu.

Keluarga Sylvester adalah keluarga hebat hingga ada begitu banyak orang yang menghormatinya.

===××===

Jean mengetuk pintu kayu di hadapannya lalu membukakannya untukku. Aku menggerakkan roda pada kursi rodaku dan berjalan masuk dengan sendirinya.

Di meja kerja ayah, aku melihat seorang pria muda berambut hitam yang mengenakan kacamata kotak sedang menulis sesuatu dengan mulutnya yang terus berkomat-kamit seperti sedang kesal.

"Ini adalah kantor Tuan Trey, Nona Celyn. Dan yang sedang mengutuk surat-surat dihadapannya adalah pelayan pribadi Tuan Trey, Albert" jelas Jean memperkenalkan pria yang duduk di kursi meja kerja ayah.

Pria yang tadinya sedang frustasi dengan tumpukan surat-surat di hadapannya kini beralih melihat kearahku, bisa kulihat kantung matanya yang membesar dan menghitam. Sepertinya dia kebanyakan begadang.

Pria itu bangkit dari posisi duduknya dan langsung bergerak secepat kilat kearahku lalu bersujud di hadapan kakiku dan merengek menangis layaknya bayi.

"Syukurlah Nona Celyn sudah sadar, saya sudah tidak sanggup" rengek pria bernama Albert itu dibawah kakiku.

Jean langsung cepat tanggap dan berusaha menyingkirkan Albert dari bawah kakiku. "Hei Albert, kau tidak sopan pada Nona Celyn"

"Kau tau sendiri bukan Jean sebanyak apa tugas-tugasnya" balas Albert

"Tapi tetap saja kau tidak boleh mengeluh, itu sudah tugasmu sebagai asisten Tuan Trey" omel Jean pada Albert.

Aku tertawa melihat tingkah laku konyol mereka saat mereka tidak terlalu formal seperti ini, ya mau bagaimanapun juga mereka tetap manusia.

Aku menunduk lalu mengangkat Albert agar tidak bersujud lagi, aku memandang kedua matanya dan tersenyum.

"Kau sudah berusaha dengan baik, beristirahatlah dulu, biar aku tangani sisanya"

Mata Albert langsung berkaca-kaca begitu mendengar perkataanku. Dia menutup wajahnya dan kembali menangis.

"Terimakasih banyak Nona Celyn, akan saya kenang jasa anda"

Aku menyuruh Jean untuk mengantarkan Albert pergi beristirahat di sofa ruang kerja ayah sementara, aku pergi menuju meja kerja ayah dan melihat apa saja yang sedang dikerjakan Albert sebelumnya.

Ada surat dari kerajaan, sepertinya Yang Mulia memberikan bantuan untuk menyelidiki kasus penyerangan di hari dimana perjanjian akan dibuat namun sepertinya belum membuahkan hasil.

Dan ada kertas yang berisikan laporan keuangan Sylvester, panen tahunan, gaji tenaga kerja, serta beberapa surat ancaman.

"Nona tidak perlu memusingkan surat ancamannya, akan saya buang" Jean yang tiba-tiba berada di sebelahku itu hendak meraih surat ancaman diatas meja kerja ayah, namun aku langsung mencegahnya.

"Tidak usah Jean, mungkin dengan surat ancaman ini aku bisa mengetahui suara rakyat" ujarku

"Baiklah nona"

Aku mengambil secarik kertas berisikan laporan panen tahunan dan membacanya.

Aku menaikkan salah satu alisku, keheranan saat melihat panen semakin tahun semakin menurun.

"Jean, kenapa panen semakin menurun?" tanyaku pada Jean yang ada di sebelahku

"Menurut laporan, ini semua dikarenakan curah hujan yang tidak merata, ditambah dengan kurangnya tenaga kerja membuat panen terus menurun" jelas Jean

"Kenapa tenaga kerja menurun?"tanyaku lagi

"Maafkan saya sebelumnya karena mengatakan ini, namun berdasarkan pemikiran saya dan setelah saya lihat kondisinya bersama Albert, saya merasa orang-orang merasa keluarga Sylvester sudah tamat dan begitu juga dengan hidup mereka, karena itu mereka berhenti bekerja dan ingin berpindah"

Aku menaikkan salah satu sudut bibirku, aku memiringkan kepalaku dan menyanggah kepalaku dengan tanganku yang kuletakkan pada pinggir kursi roda.

"Sepertinya Albert membutuhkan udara segar, bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar" ujarku memberi kode pada Jean.

Jean yang mengerti maksud sebenarnya dari ucapanku itu langsung menundukkan kepalanya. "Siap laksanakan Nona Celyn"

Dengan aku keluar rumah, aku bisa melihat-lihat kondisi diluar sesungguhnya ditambah aku bisa meyakinkan orang-orang.

Sambil menyelam dua pulau terlampaui.

ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang