Jean menuruti perkataanku dan mencari cara agar aku bisa tetap berinteraksi dengan orang lain bahkan dalam kondisiku yang belum sepenuhnya bisa berjalan.
Setelah waktu sarapan itu Jean memutuskan untuk mencari alat bantu agar aku bisa berjalan selama seharian penuh.
Dan benar saja, keesokan harinya saat Jean datang untuk membangunkan ku seperti biasa, dia sudah datang membawa alat yang katanya bisa membantuku berjalan bernama kursi roda.
Pagi ini Jean benar-benar disibukkan hanya dengan diriku semata.
Dia membawakan ku sarapan lalu menyiapkan baju ganti. Karena aku menolak untuk mandi hari ini, jadi Jean membawakan seember air hangat beserta saputangan, setidaknya untuk membasuh diriku.
Saat Jean sedang membantuku berganti baju, entah kenapa dadaku berdegup dengan kencang, rasanya begitu gugup karena aku ingin bertemu orang lain selain Jean. Aku takut karena aku benar-benar melupakan segalanya.
Namun seperti biasa Jean menyemangati ku dengan kata-katanya.
"Tenang saja Nona Celyn, saya yakin anda pasti mampu menghadapinya, saya juga yakin orang-orang akan mengerti dengan kondisi anda saat ini. Saya juga akan membantu menjelaskan kondisi anda pada orang-orang"
Mendengar Jean berkata seperti itu membuatku merasa sangat tenang hingga detak jantungku kembali berdetak seperti semula.
Untuk sentuhan terakhir Jean menata rambut merah panjangku dengan mengikat sedikit bagian rambutku di samping sambil menyisirnya berulang kali.
"Nah, anda sudah cantik sekarang"
Aku tersenyum begitu melihat pantulan diriku di cermin. Aku terlihat begitu cantik dan anggun, aku hampir tidak percaya kalau ini aku.
"Sini biar saya bantu anda"
Jean membopong tubuhku lalu meletakkannya diatas kursi roda secara perlahan-lahan agar aku tidak terjatuh dan tetap merasa nyaman.
Begitu duduk diatas kursi roda aku sedikit menatap rokku agar menutupi lutut ku, sejujurnya aku kurang nyaman saat Jean memilihkan rok selutut ini untukku, tapi menurutku ini tidak terlalu terbuka dan cocok sebagai pakaian kasual.
"Mungkin lebih baik saya mengantar anda berkeliling kediaman Sylvester sebelum berurusan dengan pekerjaan agar anda terbiasa terlebih dahulu" ujar Jean memberi saran
"Aku akan ikut kemanapun kau memanduku" ujarku pada akhirnya
"Siap laksanakan nona"
Jean membuka pintu kamarku lalu mendorong kursi rodaku untuk keluar dari dalam kamarku.
Baru saja keluar selama beberapa saat, para pelayan yang mondar-mandir di depan kamarku langsung menatap kearahku, perhatian mereka semua tertuju kepadaku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Saat semua mata tertuju kepadaku itu membuatku benar-benar merasa gugup. Aku menundukkan wajahku, berusaha menghindari tatapan mata mereka semua.
Lalu aku merasakan adanya tepukan di pundakku dari arah belakang dan terdengar suara yang berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal
Mystery / ThrillerEntah sudah berapa kali aku bereinkarnasi, aku sudah tidak bisa menghitungnya lagi. Berapa kali lagi aku harus reinkarnasi? Setiap kali aku reinkarnasi, rasanya aku hampir gila. Rasa sakit karena kematian sebelumnya masihlah terasa dan membekas di k...