Keesokan harinya, Ash akhirnya mulai sepenuhnya sembuh walau tubuhnya sendiri masih lemas karena selama ia terbaring di ranjang ia sedikit kesulitan untuk mengunyah makanan jadi nutrisi yang masuk pun sangat sedikit.
Walau begitu itu tidak menghalangi Ash untuk pergi kemanapun yang dia inginkan.
Di pagi harinya, tepat setelah sarapan, seperti biasa ayahnya akan berangkat mencari nafkah setelah dua hari tidak berangkat demi mengurus Ash.
"Ash, jangan pergi ke danau itu dulu, istirahatlah di rumah" ingat ayah Ash.
Ash langsung memasang ekspresi cemberut saat mendengar ayahnya melarangnya untuk pergi bermain.
"Kalau bukan di danau, dimana lagi aku bisa bermain?" tanya Ash dengan ketus
"Bermain saja di hutan, jangan coba dekati danau. Kalau ayah pulang nanti ayah belikan ayam goreng untuk kita makan"
Ash tersenyum lebar ketika mendengar makanan kesukaannya disebutkan, dan ya, dengan mudahnya Ash dibujuk oleh ayahnya hanya oleh makanan semata.
Tak lama berselang ayahnya pun langsung berangkat untuk mencari nafkah.
"Ayo Ash masuk kedalam, ibu bikinin minuman herbal lagi ya" bujuk ibu Ash.
Seketika itu juga otak Ash langsung bekerja, ia berpikir bagaimana caranya agar bisa pergi bermain tanpa diketahui ibunya atau dicegah oleh siapapun.
Dan tepat disaat otak Ash sedang berputar, terlihat dari kejauhan Brittany bersama ibunya sedang berjalan menuju kemari. Dan saat melihat sosok Brittany, sebuah ide langsung terlintas di kepala Ash.
"Aku pergi main dulu ya!" seru Ash sambil berlari menuju Brittany secepatnya.
Brittany yang melihat Ash berlari kearahnya itu tersenyum dan hendak melambaikan tangan, namun tindakannya itu langsung terhenti begitu Ash menarik tangannya dan membawanya ikut berlari.
"Bibi aku pinjam Bri sebentar!" seru Ash sembari terus berlari.
Bri yang tidak mengerti apapun itu hanya bisa diam dan mengikuti Ash saja sementara Ash tertawa bahagia karena berhasil mengecoh dua orang dewasa sekaligus.
Ash dan Brittany terus berlari hingga akhirnya tiba di hutan yang letaknya sendiri tak jauh dari danau tempat mereka biasa bermain.
Ash langsung mengatur nafasnya yang berantakan kembali begitu sampai disana, Brittany langsung terduduk lemas karena diajak berlari oleh Ash secara tiba-tiba tadi.
"Kenapa Ash berlari sampai segitunya?" tanya Brittany masih mencoba membenarkan nafasnya yang tersengal-sengal
"Kalau tidak begitu, aku tidak dibolehkan main dengan alasan aku belum sembuh" jawab Ash.
Mendengar Ash yang berbicara soal kesehatan langsung membuat Brittany mengingat kejadian tempo hari, rasa bersalah langsung memenuhi dirinya saat mengingatnya.
"Ash" panggil Brittany dengan suara lirih sambil memalingkan pandangannya.
Ash yang mendengar namanya dipanggil itu mendekat kearah Brittany lalu duduk di sebelahnya.
"Kenapa Bri?" tanya Ash dengan lembut.
Brittany langsung menggenggam kedua tangannya dengan erat karena rasa takut dan bersalah. Dengan segala keberanian yang dikumpulkannya, Brittany mulai angkat bicara.
"Maafkan aku" ujar Brittany dengan suara yang kecil dan lirih hingga samar.
Ash mengangkat salah satu alisnya kebingungan. "Untuk apa?"
"Seandainya Bri tidak terpleset, Ash pasti tidak perlu menyelamatkan Bri" ujar Brittany semakin menggenggam kedua tangannya dengan kuat hingga kulitnya mulai memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal
Mystery / ThrillerEntah sudah berapa kali aku bereinkarnasi, aku sudah tidak bisa menghitungnya lagi. Berapa kali lagi aku harus reinkarnasi? Setiap kali aku reinkarnasi, rasanya aku hampir gila. Rasa sakit karena kematian sebelumnya masihlah terasa dan membekas di k...