•>•>•>•>•>•
"Shofiyaa!!!"
"Azel? Delea?"
"Ya allahh, anti jauh banget sampai ke sini!" kata azel.
*anti adalah kata ganti untuk kamu bagi perempuan.
"Iya nih.. Aduh, sesak nafas begini nih." sahut Delea ngos ngosan.
"Kalian habis kenapa?" tanya Shofiya.
"Masih nanya, ya habis ngejar anri sama ukhti hana lah!"
"Eh? Ukhti hana mana?" tanya Delea."Ukhti hana mana?" ulang Delea.
"Astagaa! Gue malah beli satu doang es nya, bi bikinin satu lagi dong es nya buat temen saya." pinta Shofiya.
"Iya, neng." kata bi Maryam.
"Ukhti kita balik, yuk?" ajak Azel.
"Nanti lah gue masih mau ngadem di sini." tolak Shofiya.
"Setidak nya anti pake dulu lah kerudung nya, kalau misal anti di liat sama ustadz atau ustadzah.. Atau mungkin malah sama kak rara anti bisa kena hukum!" kesal delea.
"Del.. Yang sopan ngomong nya." tegur Azel.
"Mau dia anak baru mau dia anak lama.. Peraturan ya tetap peraturan dong, zel.. Kita ga boleh pilih kasih." sahut Delea.
"Ya tetep aja jaga sopan santun kamu ke temen baru mu." kata Azel.
"Ini lo yang emang terlalu baik apa gimana sih?!" ceplos Delea.
Shofiya mengerutkan kening. Dia mendengar kata kata yang sangat familiar dari mulut delea. Ya, delea menggunakan kosa kata "lo" tadi.
"Astaghfirullah, delea.. Mulut anti." tegur Azel sambil melotot.
"Nah marah, kan? Mereka juga harus nya di kasih tau dong." sahut Delea.
"Kita memang kasih tau tapi perlahan, del.. Mereka di sini belum juga sehari, masuk kelas aja belum.. Sabar del sabar." kata Azel.
"Ck!"
"Diem-diem napa." sahut Shofiya. Azel dan Delea serempak menoleh ke arah Shofiya.
"Ini lo berdua ngapain malah berantem gara-gara gue?" tanya Shofiya.
"Ya lo nya susah di atur." jawab Delea.
"Delea!" kesal Azel.
"Diem dulu lo, gue harus sesuain cara bicara gue sama orang yang keras kepala." kata Delea.
"Keras kepala? Maksud lo, gue?" tanya Shofiya.
"Pake nanya." jawab Delea.
"Maksud lo apa bilang gue keras kepala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-MUMTAZA •[END]•
Lãng mạnKisah nya kembali di buka setelah di selesaikan oleh ingatannya yang telah lenyap. - story to Hana Kesabaran menunggu adalah cara terbaik untuk mencintai. - story to Faiz Menikah bukan karena cinta, namun karena paksaan orang tua. - story to Shof...