Kisah nya kembali di buka setelah di selesaikan oleh ingatannya yang telah lenyap.
- story to Hana
Kesabaran menunggu adalah cara terbaik untuk mencintai.
- story to Faiz
Menikah bukan karena cinta, namun karena paksaan orang tua.
- story to Shof...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•>•>•>•>•>•
"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriak mereka semua.
Ke enam gadis itu berpelukan. Mereka bergandengan tangan lalu berloncat-loncat riang. Mereka saling melepas rindu yang sangat teramat setelah perpisahan yang cukup lama.
"Makin cantik kalian ini masya allah!" puji Nina.
"Kamu juga makin cantik, istri nya mas azzam." ledek Geisha.
"Inti nya kalo salah satu dari kami belum dapat jodoh kami belum mau nikah dulu." jawab Delea.
"Si paling bareng." sahut Shofiya.
Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama-sama sambil bercerita kehidupan masing-masing. Malam yang begitu indah dengan pertemuan mereka saat itu. Saking mereka asik mengobrol sampai-sampai tidak lagi melihat jam sudah menunjukan pukul berapa.
"Ayo pulang, zel.." ajak Azriel yang menghampiri meja para gadis di susul oleh tiga lelaki lainnya.
"Loh cepet banget sih, mas? Jam berapa ini?" tanya Azel sambil melihat jam tangannya.
"Astaghfirullah udah jam sebelas malam."
"Hah serius?" sahut yang lain ikut melihat jam tangan atau handphone milik mereka.
"Eh iya bener, dong."
"Makanya.. Kalian keasyikan ngobrol sampai ga inget waktu lagi." kata Faiz menghela nafas.
"Ya namanya juga rindu, mas.. Lama engga ketemu sama bestie." sahut Hana.
"Yaudah, ayo pulang, na." ajak Faiz berdiri di belakang kursi Hana.