Kisah nya kembali di buka setelah di selesaikan oleh ingatannya yang telah lenyap.
- story to Hana
Kesabaran menunggu adalah cara terbaik untuk mencintai.
- story to Faiz
Menikah bukan karena cinta, namun karena paksaan orang tua.
- story to Shof...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•>•>•>•>•>•
"Kamu tidur di sini aja, nanti tahajjud baru balik." kata Zayn. Shofiya hanya mengangguk.
"Kamu kenapa?"
"Saya kenapa?" tanya Shofiya balik.
"Biasanya kamu ngomong terus ga bisa diem, sekarang kenapa malah jadi pendiem?" tanya Zayn.
"Engga papa."
"Jujur sama saya, ning." bujuk Zayn.
"Saya lagi ngerasain perasaan ga enak aja." jawab Shofiya.
"Maksud kamu?"
"Ya saya ngerasa ga enak aja gitu.. Kaya merasa akan ada hal yang buruk terjadi."
"Sekarang, malah kepikiran sama mama papa.." lanjut Shofiya.
Zayn menatap Shofiya lalu duduk di samping nya serta memeluk nya erat.
"Buang perasaan ga enak kamu itu, insya allah ga akan ada hal buruk yang terjadi, insya allah." kata Zayn pelan.
"Tapi saya takut, gus.." kata Shofiya.
"Begini saja.. Kamu telfon mama atau papa kamu sekarang pakai handphone saya biar perasaan ga enak kamu itu hilang." kata Zayn merogoh saku jubah nya.
"Ini." kata Zayn menyodorkan heandphone nya. Shofiya masih diam.
"Pake aja, ning." ucap Zayn meletakan heandphone nya di tangan Shofiya.
Shofiya pun menerima heandphone itu dan langsung memasukan nomer papa nya kemudian mencoba menelfon nomer itu. Shofiya terus menunggu telfon dari nya di angkat.
"Engga aktif, gus." kata Shofiya.
"Nomer papa atau mama?" tanya Zayn.
"Papa."
"Coba telfon ke nomer mama." kata Zayn.
Shofiya mengangguk kemudian menelfon nomer nya. Namun tunggu punya tunggu hasil nya pun tetap sama.
"Ga bisa juga, gus." lirih Shofiya.
"Coba terus."
Shofiya terus menerus menelfon nomer mama atau papa nya. Selalu saja tidak di terima, diri nya mulai menunjukan ekspresi panik, gemetar, takut, semuanya.
"Ga bisa, gus.." getir Shofiya menahan air mata nya.
"Bisa, pasti bisa." yakin Zayn.
Shofiya terus menelfon, satu tangannya di genggam oleh Zayn. Zayn memusut tangan istri nya itu mengurangi getaran di tangan Shofiya.
"Assalamu'alaikum, siapa ya?"
Berhasil! Shofiya dapat mendengar suara mama nya di telfon. Ketakutan nya langsung sirna, dia tersenyum bahagia.