Talitha mengajak Ikha menaiki tangga menuju lantai dua dari bangunan cafe ini. Pandangan Talitha dengan cepat tertuju pada satu sudut di area balkon cafe. Satu meja dan dua kursi yang berada di dekat pembatas balkon sengaja didesain menghadap ke arah jalanan malam. Ikha mengangguk setuju ketika Talitha mengusulkan tempat yang ternyata juga menarik perhatiannya.
Posisi yang mereka pilih memang berada di sudut balkon, sedikit jauh dari para pelanggan. Meskipun begitu, harus Ikha akui bahwa justru dari sudut ini pemandangan malam dari kota kelahirannya tersaji dengan sangat apik, terlalu musykil untuk diabaikan. Tepat di hadapan Ikha dan Talitha, sebuah tugu setinggi lima belas meter berdiri tegak di tengah persimpangan jalan raya.
Bangunan ikonik yang sederhana namun sarat akan sejarah itu terlihat semakin cantik di tengah sorotan lampu di malam hari. Sebuah bangunan simbolik peninggalan dari Sri Sultan Hamengku Buwono pertama, tepatnya pada tahun 1756. Masyarakat dulu menyebutnya tugu golong gilig. Namun, sejak pembangunan kembali tugu pasca gempa tektonik yang melanda Yogyakarta di tahun 1867, tugu ini lebih dikenal dengan tugu pal putih.
Tugu golong gilig ini mengangkat filosofi Jawa yaitu Manunggaling Kawula Gusti ini tak hanya bermakna penyatuan rakyat dengan pemimpinnya. Namun, secara ukhrowi dimaknai dengan menyatunya hamba dengan kehendak Sang Pencipta. Menurut pendapat Sultan, filosofi yang dianut oleh Kesultanan dan masyarakat Yogyakarta adalah filosofi yang mempercayai bahwa hubungan antar pemimpin dan rakyatnya haruslah simetris. Setiap Raja membutuhkan rakyat, dan setiap rakyat membutuhkan Raja sebagai tempat pengayoman masyarakat.
"Tugunya cantik, ya? Rasanya syahdu banget."
Ikha menoleh dan tersenyum. Ia setuju dengan ungkapan Talitha. "Benar, sangat cantik. Filosofinya pun bagus, meski bentuknya berubah."
"Bukannya tugu jogja dari dulu seperti ini?" tanya Talitha.
"Ada perubahan bentuk sejak dibangun kembali pada masa kepemimpinan Sultan HB ke-VII. Bentuk awal tugu golong gilig aslinya seperti itu," Ikha menunjuk pada satu sudut yang menampilkan bentuk dan sejarah awal pembentukan tugu golong gilig.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Putih Untuk Zulaikha
Spiritual[SUDAH TERBIT, BAB MASIH LENGKAP] Anak perempuan yang sedang tertatih dalam upayanya untuk terus berusaha, bersabar dan beserah pada Sang Pencipta yang menulis alur kehidupannya. Di sisinya, ada pemuda yang mencintainya dengan hebat lalu diminta San...