2

449 42 474
                                    

Sherina yang sedang asyik menatap jalanan padat dari tempat dia duduk menoleh ketika mendengar sebuah deheman pelan. Perempuan itu tersenyum menyapa Sadam yang baru saja kembali setelah membayar pesanan mereka.

"Nanti dipanggil, kalau udah jadi pesenan kita." Sadam menunjukkan benda bulat pipih berwarna merah di tangannya membuat Sherina mengangguk.

Dan setelahnya keheningan itu kembali. Jarak yang sesungguhnya hanya dipisahkan oleh sebuah meja kecil diantara mereka kini terasa kian melebar.

"Kamu apa kabar/sibuk apa kamu sekarang?" Sherina dan Sadam membuka mulut secara bersamaan. Membuat keduanya terdiam untuk kemudian tertawa pelan menyadari betapa konyolnya situasi mereka saat ini.

"Kamu dulu." Kata Sherina di ujung tawanya.

"Ladies first." Balas Sadam yang entah kenapa merasa lebih nyaman setelah melihat senyum itu.

"Apa kabar kamu, Dam?"

"Ya seperti yang kamu liat." Kata Sadam tersenyum. "Kabar aku baik banget. Kamu apa kabar?"

"Aku baik. Oh iya, mami papi kamu gimana kabarnya?"

"Mereka sehat kok. Yaa, pas baru awal-awal pindah ke Sydney mami sempet nge-drop sih. Biasa soal cuaca. Tapi aman kok. Mereka sehat banget sekarang. Apalagi sejak.."

Kalimat Sadam terputus ketika benda bulat itu mengeluarkan suara yang cukup mengganggu. Membuat Sadam buru-buru menuju meja pesanan sambil mematikan bunyi yang memekakkan telinga itu. Tak lama pria itu kembali dengan sebuah nampan berisi minuman pesanan mereka.

 Tak lama pria itu kembali dengan sebuah nampan berisi minuman pesanan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya mereka nggak punya donat gula. Akhirnya aku ambil ini aja buat kamu. Masih suka kue coklat kan?" Canda Sadam meletakkan minuman dan kue potong itu di hadapan Sherina.

"Masih suka banget. Walaupun lebih suka donat gula sih." Balas Sherina setengah berbisik meraih garpunya. Keduanya sekali lagi tertawa pelan.

"Oh iya. Orang tua kamu apa kabar?" Kali ini giliran Sadam bertanya. Pria itu meraih cangkir minumannya.

"Ayah baik. Dia lagi sibuk banget sama hobi barunya."

"Hobi baru?" Sadam mengernyit bingung. Ya, Sadam ingat bahwa ayah Sherina itu memang punya banyak hobi. Kalau dipikir-pikir lagi, pria itu pasti punya hobi baru setiap minggunya.

Pernah suatu kali saat Sadam sedang berkunjung ke rumah Sherina untuk mengerjakan tugas, Pak Darmawan tiba-tiba muncul sambil membawa sebuah kantong kresek berwarna hitam yang sengaja dilubangi di beberapa bagian. Dan kau tahu apa isinya? Empat ekor anak ayam warna-warni. Masing-masing berwarna merah, kuning, ungu, dan hijau. Tentu saja ibunya Sherina mengomel tanpa henti mendapati kelakuan suaminya itu. Apalagi Bu Darmawan adalah tipe penakut pada hewan.

Kabar terakhir yang Sadam dengar waktu itu dari cerita Sherina adalah ayam-ayam itu berakhir diatas kompor ibunya waktu lebaran.

Dan kali ini Sadam penasaran tentang hobi apa lagi yang sedang digemari oleh pria paruh baya tersebut. "Hobi apa?"

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang