"Pokoknya Suri mau ikut!" Gadis berusia delapan tahun yang sesaat lalu terlihat berceloteh penuh semangat tentang apa yang akan dia lakukan dengan teman-teman sekolahnya nanti, kini justru duduk bersila di tengah tempat tidurnya sambil bersedekap kesal.
"Tapi kan ini waktunya Suri masuk sekolah, Naak." Pria itu menghampiri putrinya tersebut mencoba memberi pengertian. "Emangnya Suri nggak kangen sama temen-temen di sekolah?"
"Nggak. Suri nggak kangen. Suri bosen ketemu temen-temen tiap hari." Suri masih terdengar kesal.
"Tadi katanya mau pamer sama temen-temennya kalau liburan kemarin Suri liat kembang api sama papa."
"Nggak mau! Pokoknya Suri ikut papa sama Mama Sher! Ikuuuttt." Suri menghentakkan kakinya semakin merajuk membuat Sadam menghela nafas karena merasa ini akan jadi pagi tersulitnya selama delapan tahun terakhir.
Sadam menghampiri putrinya itu."Surii.."
"Suri ikut, Paa." Mata indah gadis kecil itu bahkan terlihat berkaca-kaca kali ini.
"Surii." Sherina yang dari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan ayah dan anak itu akhirnya bersuara. Perempuan itu menghampiri kemudian meletakkan baju seragam Suri di atas tempat tidur tersebut. "Kan kemarin udah jalan-jalan sama papa nya."
"Tapi kan mama nggak ikuut. Sekarang Suri mau nya jalan-jalan sama papa sama mama Sher jugaa."
"Princessnya papa kok gitu sih sekaraang?" Sadam terdengar lembut ketika mengusap ringan rambut putrinya itu. "Kan waktu itu pernah janji sama papa kalau mama Sher disini Suri bakalan jadi anak yang baik biar mama nggak sedih. Kalau Suri nya kayak gini kan mama Sher jadi sedih ya, Ma?" Katanya menatap Sherina.
Suri yang sesaat lalu tampak menunduk cemberut dan merajuk seketika menatap mama Sher nya. "Mama Sher sedih, Ma? Gara-gara Suri nakal?"
Sherina mengerutkan kening secara berlebihan menggoda Suri. "Kok nakal? Suri nggak nakal loh. Suri tuh cuma maanja." Katanya menyentuh ringan ujung hidung Suri dengan jari telunjuknya. Membuat gadis kecil itu tertawa geli. "Jadii kalau manjanya bikin Suri nggak nurut gini mama Sher jadi sedih."
Gadis kecil itu tiba-tiba memeluk leher Sherina. "Maaf, Mama. Karena udah bikin mama Sher sedih."
Sherina tertawa pelan saat ia mengelus sayang pundak gadis kecil itu. "Iyaa. Mama maafin. Tapi Suri mau ya nurut sama papa? Suri sekolah dulu ya?"
"Tapi papa sama Mama Sher perginya jangan lama-lama." Suri merajuk pelan.
"Iyaa." Sherina menenangkan. Ia kemudian melepaskan pelukan itu. "Sekarang ganti baju dulu yuk? Nanti ditinggal loh sama bis nya."
"Mama Sher yang pakein baju Suri ya, Ma? Sama sisirin rambutnya Suri ya, Ma? Pakai pita yang besar ya, Ma?"
Sherina tertawa gemas mendapati mood Suri yang berubah secepat itu. "Iyaa." Katanya meraih baju seragam itu. "Yuuk kita cepet-cepet ganti bajunya biar nggak kehabisan sarapan bikinan oma."
"Oma bikin sarapan apa, Ma? Nanti Suri jadi bawa bekal kan, Ma?" Suri terus bertanya. Bahkan ketika pintu kamar mandi itu kembali tertutup, Sadam masih bisa mendengar celoteh riang putrinya itu.
**********
"Enak makannya?" Sadam tersenyum memastikan ketika putrinya itu akhirnya menyelesaikan sarapannya.
Suri mengangguk senang setelah Sherina membersihkan ujung bibirnya yang belepotan. "Makasih, Oma. Suri suka pancake coklatnya. Nanti makan malam Suri mau yang ini lagi ya, Oma?"
Bu Ardiwilaga mengangkat sebelah alisnya dengan jenaka. "Makan malamnya harus beda dong biar Suri nggak bosen. Weekend aja oma bikinin pancake coklat tapi yang ada es krim di atasnya. Mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionJika kau mencintainya, lepaskan. Biarkan ia bahagia dengan hidupnya. Tapi jika ia kembali maka ia milikmu selamanya. Karena cinta selalu punya cara untuk menemukan jalan pulang DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless otherwise indicated, all...