"Loh, Ya. Itu mobil ada di rumah." Sherina menatap bingung ketika mobil Sadam berhenti di depan rumah mereka. Dari luar ia bisa melihat mobil Hilya terparkir rapi di dalam pagar. "Kata lo tadi mobilnya tiba-tiba mogok jadi harus nginep di bengkel sampai besok lusa."
"Emang gue ngomong gitu tadi?" Hilya tampak polos ketika ia berpura-pura mengingat alasan yang ia sampaikan pada Sherina tentang kenapa ia tak bisa membawa mobilnya hari ini.
"Hilyaa." Sherina menatap sepupunya itu seolah memberi kesempatan Hilya untuk menjelaskan.
"Masuk dulu, Dam." Hilya tersenyum sambil bergerak turun dari mobil. Mengabaikan Sherina.
"Tau gitu dari kemaren mepet Hilya dulu biar gampang deketin kamunya." Sadam mengulum senyum mengikuti Hilya menuju bagasi mobilnya.
Sherina hanya bisa menghela nafas pasrah ketika ia akhirnya ikut turun. Perempuan itu lantas menghampiri Sadam dan Hilya yang masih sibuk mengeluarkan belanjaan mereka di bagasi belakang. Membantu membawa beberapa ke dalam rumah lalu meletakkannya di meja makan tersebut.
"Kalian tinggal berdua aja disini?" Tanya Sadam yang masuk belakangan. Pria itu menatap sekeliling sambil meletakkan bawaannya di dekat Sherina dan Hilya.
"Maunya sih berempat sama suami, Dam. Tapi sayang belum ada yang mau sama kita. Iya nggak, Sher?" Canda Hilya. "Eh, tapi kalau berminat kamu bisa kok daftar jadi calon penghuni rumah ini dari sekarang."
"Hilya." Sherina setengah berbisik memperingatkan supaya sepupunya itu tak banyak bicara.
"Loh bener dong." Hilya bersikeras. Berpura-pura seolah dia tak mengerti isyarat Sherina. "Kan kalau Sadam mau jadi penghuni tetap disini nanti rumah ini bakalan makin rame. Apalagi kalau nanti anaknya Sadam juga mau tinggal disini. Pasti nggak sepi-sepi amat ini rumah."
"Hilyaa.""Coba deh nanti aku bilangin ke Suri kalau dia mau." Sadam membalas candaan Hilya. "Tapi aku bilangnya gimana ya nanti ke dia? Pindah ke rumah temen papanya atau pindah ke rumah mama barunya?" Godanya melirik Sherina yang seketika terdiam mendengarnya. Ya Tuhan, semburat kemerahan yang perlahan menjalari wajah perempuan itu terlihat begitu cantik. Membuat Sadam hampir saja tak mampu menahan diri untuk tak menciumnya.
"Mama baru banget nih?" Goda Hilya menyenggol pelan lengan sepupunya yang tampak sibuk sendiri mengeluarkan beberapa barang belanjaannya. Oh, ingin sekali Hilya memotret wajah Sherina yang bersemu merah lalu mencetaknya dalam ukuran besar dan memajangnya di tembok supaya siapapun yang bertamu ke rumah ini bisa melihat bahwa Sherina saat ini sedang terjebak nostalgia sekaligus terbelit angan-angan masa depan bersama Sadam.
"Eh, tapi emang siapa mama barunya Suri?" Hilya menambahkan. Sekali lagi berpura-pura berpikir keras. "Kalau gue, nggak mungkin banget ya kaan? Kita aja baru ketemu hari ini. Yakali langsung mau jadi mama barunya Suri. Sherina kali nih berminat."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionJika kau mencintainya, lepaskan. Biarkan ia bahagia dengan hidupnya. Tapi jika ia kembali maka ia milikmu selamanya. Karena cinta selalu punya cara untuk menemukan jalan pulang DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless otherwise indicated, all...