20

379 35 354
                                    

Storyline by setefitutut

Seperti byasaaa bahasa Indonesia baku = bahasa asing

===========================

Hangat itu memenuhi hatinya yang bahkan sudah tak sanggup menampung bahagia ketika ia melangkah menghampiri Sadam. Matanya memanas ketika kini ia berdiri berhadapan dengan kekasihnya itu.

"Hai." Sadam menyapa pelan. Terlihat sekali bagaimana pria itu mencoba tersenyum menutupi rasa gugupnya. "Kamu.. cantik banget."

Sherina tertawa pelan sambil menahan air mata yang nyatanya terus memaksa jatuh. "Kamu juga ganteng banget hari ini. Siapa yang pilih bajunya? Mami?"

"Dibantu sama Hilya juga." Sadam menjawab jujur membuat keduanya tertawa pelan bersama.

Pria itu sekali lagi terlihat canggung dan bingung ketika ia meraih kedua tangan kekasihnya lalu melepasnya untuk kemudian dia genggam lagi. "Sayang."

"Ya?" Sherina menjawab cepat. Terlalu cepat sampai membuat perempuan itu diam-diam merutuki dirinya sendiri karena ia terlihat terlalu berharap pada apa yang akan disampaikan pria itu selanjutnya.

Sadam sekali lagi tertawa pelan dan canggung sebelum kemudian ia melepaskan salah satu genggamannya kemudian merogoh saku celananya. "Aku punya.. punya ini buat kamu." Pria itu berlutut dengan satu kakinya ketika ia membuka sebuah kotak mungil berwarna tiffany blue dan mempersembahkannya pada sang kekasih. Membuat Sherina semakin tak bisa menahan rasa harunya.

"Sherina."

Pria itu memberi jeda sebentar. Sekedar menenangkan resah yang tergambar jelas dari gestur tubuhnya.

"Sayang."

Jeda sekali lagi. Kali ini diiringi oleh tawa pelan keduanya.

Sadam kembali menarik nafas lalu menghembuskannya pelan lewat mulut. Pria itu sekali lagi meyakinkan dirinya ketika ia menatap Sherina. "Will you.. will you do me the honor of.. of being my wife?"

Sherina meraih tangan yang terlihat gemetar itu. Berusaha menenangkan ketika ia mencium kening Sadam lalu mengangguk yakin. " Ya, Sayang. Yes, i do."

Seolah beban berat yang sejak tadi dia tanggung terangkat dari pundaknya, Sadam tak bisa menyembunyikan kelegaan di balik senyumannya yang lebar. Pria itu lantas memakaikan cincin tersebut ke jari manis Sherina. Ia kemudian berdiri dan memeluk kekasihnya itu. Maaf, maksudku calon istrinya, sambil membisikkan kata cinta tanpa jeda.

Sherina membalas pelukan itu dengan erat. Menumpahkan tangis haru sekaligus rasa cintanya yang ia tahu, semakin besar untuk Sadam. "Makasih, Sayang. Makasih."

Entah kenapa Sherina berterima kasih. Perempuan itu hanya merasa perlu mengatakannya. Berterima kasih bukan hanya tentang hari ini. Tapi juga tentang semua hal yang dihadirkan Sadam sejak pria itu kembali ke kehidupannya. Cinta, pembuktian, dan.. Suri.

Ya, Suri yang sebentar lagi juga akan menjadi miliknya seutuhnya.

Sadam sudah bergerak menangkup wajah basah yang cantik itu dan bersiap menyatukan bibir mereka ketika ia mendengar beberapa suara familiar mencegahnya dari kejauhan.

"Ada anak kecil woy!" Arif yang sedang berdiri di dekat Hilya kini menatap kesal sambil menutupi kedua mata Suri dengan telapak tangannya.

"Yayang. Nggak sopan ada ayahnya Sherina." Bu Ardiwilaga yang kini juga sudah berdiri di dekat Arif terdengar galak.

"Loh ayah kok bisa disini?" Sherina tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika ia melihat pak Darmawan dan papanya Hilya kini menghampiri mereka.

"Sheer, Sher. Kita ini tinggalnya di Bandung. Kepleset juga sampai kalau ke Jakarta doang mah." Om Harinata menanggapi.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang