12

414 33 382
                                    

a/n : Bahasa Indonesia baku = Bahasa Inggris/ bahasa asing lainnya

=========================================================

Sherina mempererat genggamannya di lengan Sadam saat mereka melewati pintu tersebut. Ia perlahan menarik nafas sebelum menghembuskannya pelan. Membuat Sadam tersenyum geli menanggapinya.

"Kenapa ketawa?" Sherina menatap sebal.

"Hmm? Nggaak. Cuma geli aja liat kamu."

Perempuan itu seketika berhenti. "Maksud kamu?" Sherina terdengar ketus. "Kamu ngetawain aku karena aku keliatan pantes diketawain? Kamu mau bully aku?"

"Kok gitu mikirnyaa." Sadam menatap kekasihnya itu dengan sabar. "Aku tuh cuma.."

Kalimat pria itu terhenti ketika ia merasa ponsel yang sesaat lalu baru saja dia ganti mode nya bergetar menandakan sebuah telepon masuk. Sadam tersenyum lembut melihat nama peneleponnya.

"Papa!" Suara manis yang sangat dirindukan oleh Sadam membuat pria itu semakin tersenyum lebar.

"Ya, Princess?"

"Papa udah sampai mana? Kata oma udah turun dari pesawat tapi dari tadi Suri liatin kok nggak ada pesawat di halaman belakang?"

Sadam tertawa pelan menanggapi. "Pesawatnya nggak turun di rumah kita dong, Sayang. Kan pesawat punya rumahnya sendiri. Ini papa baru mau keluar dari rumahnya pesawat."

Suri membulatkan matanya dengan lucu. "Papa lagi di rumahnya pesawat?"

"Iyaa. Sama mama Sher nya Suri nih. Suri mau ngomong?"

Gadis kecil itu menggeleng kuat sebelum tiba-tiba ia memutus sambungan teleponnya. Membuat Sadam menatap ponselnya sambil mengernyit geli.

"Kenapa, Dam?" Sherina bertanya khawatir. "Suri baik-baik aja kan?"

Sadam tersenyum sambil mengangguk. "Teleponnya tiba-tiba dia matiin pas aku nawarin mau ngobrol sama kamu atau nggak?"

Sherina terlihat kecewa. "Apa itu artinya dia nggak mau ketemu sama aku ya, Dam?"

"Heey." Sadam meraih pundak kekasihnya itu dengan lembut. "Jangan gitu dong mikirnyaa. Suri tuh paling semangat loh pas tahu kamu mau ikut kesini."

"Ya tapi dia tanggapannya gitu, Yaang." Sherina semakin tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. "Aku takut dia nanti malah terganggu sama kehadiran aku di rumah kalian."

Ya, Sadam tahu betapa Sherina sangat mengkhawatirkan tentang tanggapan Suri tentangnya. Perempuan itu takut kalau gadis kecil itu akan menolaknya. Yang lebih parah adalah Sherina takut bahwa tuan puteri itu akan membencinya karena menganggap Sherina sudah merebut papanya. Tapi Sadam tahu Suri nya tidak seperti itu.

Gadis kesayangannya itu hanya sedang malu saja. Karena jika Suri tidak suka dia pasti akan langsung mengatakannya dari awal. Demi Tuhan, Suri nya tersayang bahkan akan langsung menolak untuk bertemu jika ia tidak menyukai seseorang tersebut.

"Gini deh. Mendingan sekarang kita cari taksi biar bisa cepet sampai rumah. Biar kamu lihat sendiri gimana responnya Suri."

Memang harusnya seperti itu. Lebih cepat mereka bertemu lebih cepat pula Sherina mengetahui bagaimana respon Suri tentangnya secara langsung. Paling tidak kalau dia menolak, Sherina bisa langsung pulang saja tanpa rasa khawatir berlebihan seperti sekarang.

**********

**********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang