part of ⊰⁠⊹ 37

339 32 1
                                    

"Maaf ya Ra, gue udah maksa lo buat cerita" jawab Raden, "Iya gakpapa" balas Gralind, "Kalo lo mau nangis, nangis aja, keluarin semua unek unek lo selama ini" ucap Raden yang melihat mata Gralind berkaca kaca, Gralind yang mendengar itu pun langsung menatap Raden, dan perlahan air matanya jatuh, dan akhirnya Gralind menangis di hadapan Raden

"M-maaf g-gue nangis di h-hadapan lo, hikss" ucap Gralind sesenggukan karena sudah tak mampu menahan air matanya, "Gakpapa Ra, keluarin aja" jawab Raden

Raden yang melihat Gralind menangis, langsung membawa Gralind ke pelukannya, lalu mengusap punggung Gralind lembut, Gralind yang merasa Raden memeluk nya sempat terkejut, namun bukannya menolak, Gralind malah membalas pelukan Raden, dan berakhir membasahi pundak Raden karena air matanya

setelah beberapa menit mereka berpelukan, kini Gralind mengurai pelukannya, "Makasih ya Den, maaf kalo gue cengeng" ucap Gralind saat melepaskan pelukannya, "Gakpapa Ra, nangis karena hal yang sakit itu wajar, lo gak cengeng kok di mata gue" jawab Raden sambil merapih kan anak rambut Gralind yang sedikit berantakan, "Lo tetap jadi Gralind yang kuat karena udah bertahan sejauh ini" lanjutnya

Gralind yang mendengar tutur kata Raden pun tersenyum kecil, menurutnya Raden berbeda, tak tahu bagaimana untuk Gralind mendeskripsikan sikap Raden yang selalu mencoba untuk membuatnya luluh, dan ntah mengapa, disinilah Gralind merasa ada kenyamanan bila ia di dekat Raden

"Nah gitu dong senyum, udah jangan nangis lagi" ucap Raden yang melihat Gralind sedikit tersenyum sambil menghapus air mata di pipi Gralind dengan jemari nya, lagi lagi, Gralind yang melihat tingkah Raden pun tersenyum lagi, iya benar benar merasakan kenyamanan di dekat Raden

setelah mereka berdua berbincang, kini bel masuk pun berbunyi, akhirnya Gralind dan Raden pun kembali ke kelas, namun sebelum Raden kembali ke kelasnya, ia mengantarkan Gralind terlebih dahulu ke kelasnya, lalu ia kembali ke lantai bawah dan masuk ke kelasnya juga

"Cieee ada yang abis nangis, terus di peluk sama Raden, uuuuuu cup cup cup" ledek Adara, Atmira yang melihat itu hanya tertawa di bangkunya, "Lo ngintipin gue?" tanya Gralind datar, "Nggak tuh, kita cuman ngeliat doang dari lantai dua" jawab Atmira lalu mengalihkan pandangannya, "SAMA AJA" tekan Gralind lalu membalikkan badannya kesal dengan merotasi kan bola matanya, lalu berujung di tertawakan oleh Adara dan Atmira

dan tak lama Bu Ani pun masuk, sang guru yang di kenal killer, mendadak kelas menjadi hening, lalu semuanya pun mulai belajar, Gralind langsung mengambil buku cetaknya yang masih berada di dalam tas, jujur, Gralind juga takut pada Bu Ani, ia sempat di hukum lari di lapangan karena terlambat masuk ke pelajarannya

SKIP

kini saatnya semua murid state 3 pulang, Gralind yang mendengar bel pulang berbunyi, langsung merapihkan barang barangnya lalu turun menuju parkiran, di lobby sekolah, ia berpisah dengan Adara dan Atmira, lalu Gralind pun langsung menuju ke tempat motornya di simpan

saat sudah sampai di parkiran, Gralind segera mengambil helm nya yang berada di setir, lalu segera memakainya, saat hendak menaiki motornya, tiba tiba ada yang memanggil nya

"RA TUNGGU" teriak seseorang dengan suara beratnya, Gralind yang merasa di panggil pun menoleh, dan ternyata yang memanggil nya itu Raden, Raden yang merasa dirinya di notice oleh Gralind langsung berlari kecil menuju Gralind

Gralind yang melihat Raden berlari ke arahnya, langsung membatalkan niatnya untuk menaiki motornya, dan kembali berdiri di samping motor itu, "Kenapa Den?" tanya Gralind saat Raden sudah berada di sebelah nya

"Pulangnya bareng lagi yah, gue awas in lo dari belakang" ucap Raden, mendengar itu, Gralind sontak membulatkan matanya, "Nggak usah Den, gak perlu repot-repot, gue bisa jaga diri" jawab Gralind, "Lagi pula rumah kita berlawanan arah, nanti lo jadinya muter balik kalo ngawasin gue" lanjutnya

"Iya sih, tapi serius gakpapa?" tanya Raden ragu, "Iya gakpapa" jawab Gralind, "Gue temenin deh sampe persimpangan sana" tawar Raden, "Gak perlu Raden, makasih tawarannya, tapi gue gak perlu, sorry" jelas Gralind

"Gak usah minta maaf, seharusnya gue yang minta maaf karena maksa, sorry ya Ra" jawab Raden, "Iya gakpapa, ya udah gue duluan ya" pamit Gralind, lalu Raden pun mengangguk "Iya hati hati" balas Raden, lalu Gralind pun segera memundurkan motornya, dan mulai melajukan motornya menuju rumahnya

————

Kini Gralind telah berada di kamarnya, sambil memainkan heandphonenya dan membuka beberapa aplikasi, karena merasa bosan bolak balik aplikasi, ia memutus kan ke kamar kakaknya yang kebetulan baru pulang, ia segera bangkit dan mulai berjalan menuju kamar Chereena

tok tok tok

"KAK GUE MASUK YA" teriak Gralind dari luar kamar Chereena, "IYA MASUK AJA" balas Chereena, lalu Gralind pun membuka pintu kamar tersebut, lalu masuk kedalam ruangan, saat masuk, pandangan Gralind langsung tertuju pada paper bag yang berada di atas kasur Chereena

"Wih abis belanja lo?" tanya GRALIND yang langsung duduk di kasur Chereena dan mengambil paper bag tersebut untuk di lihat isinya

Chereena yang mengetahui Gralind ingin membuka isi paper bag itu, segera merampasnya dari Gralind

"Loh kok?" tanya Gralind bingung

"Nggak usah di liat, rahasia!" ucap Chereena, lalu menyimpan paper bag itu di dalam lemarinya

"Dih orang cuman mau liat aja" gerutu Gralind

"Ngapain kesini?" tanya Chereena saat kembali ke kasurnya

"Nggak" singkat Gralind yang langsung merebahkan dirinya, "Gabut" lanjutnya

"Idih, mending balik deh lo, kesini cuman buang gabut doang" kesal Chereena

"Entaran, udah pw" jawab Gralind santai

"Gak gak, balik balik" usir Chereena, "Gak nerima tamu gabut" lanjutnya

lalu Gralind pun bangkit dari tidurnya, "Jahat bener" ucapnya, lalu berdiri dan berjalan keluar dari kamar Chereena dengan kaki yang di hentakan kesal

—————

Udah up yaa, btw guys aku minta penghargaan kalian selama membaca cerita aku, dengan cara spam coment, setidaknya kalian utarakan kritik dan saran kalian di kolom coment okee.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT

Untuk perempuan yang sedang di pelukan (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang