"Buna," panggil Jiel pada Nala yang tampak sibuk memeriksa kitchen set di depannya.
"Kenapa?" tanya Nala menoleh sebentar.
"Sini," balas Jiel memberi isyarat agar Nala mendekatkan telinganya pada Jiel.
"Aku laper Buna," bisik anak laki-laki itu.
Sudah cukup lama mereka berada di sini. Bahkan mereka sudah melihat semua bagian rumah dan setiap sudut di luar rumah. Dan selama itu mereka belum makan sama sekali.
"Astaga, kasiannya anak kecik kelaparan."
"Mau makan apa?" tanya Nala mensejajarkan dirinya dengan Jiel.
"Apa aja, asal jangan pedas."
"Soto mau?"
"Mau mau," jawab Jiel kegirangan. Anak itu suka sekali makanan berkuah tapi tidak pedas.
"Oke, kalau gitu Jiel ngomong ke om Dikta."
"Om Dikta?" tanya Jiel menaikan alisnya.
"Ayah, Buna," sambung anak itu mengoreksi ucapan Nala.
"Ah, iya ayah Dikta maksudnya." Nala jadi geli sendiri saat menyebut Dikta dengan sebutan ayah. Aneh tapi lucu, hehehe.
"Ayah!" panggil Jiel pada Dikta yang sedang berada di taman. Laki-laki itu segera menghampiri Jiel yang menunggunya di teras.
"Buna mau soto," bisik anak laki-laki itu.
"Buna atau kamu yang mau?" tanya Dikta menoel hidung Jiel.
"Aku juga, hehehe."
"Yaudah, kita cari soto yang paling enak."
"Buna ayo! Ayah udah acc nih," seru Jiel membuat Dikta dan Nala tertawa gemas.
Akhirnya Dikta dan Nala mencari referensi tempat makan soto enak dari internet. Mereka tidak punya langganan, warung soto yang sering dikunjungi Jiel bersama orangtuanya cukup jauh. Jadi, mereka memilih yang dekat saja karena sudah lapar.
Hingga akhirnya mereka menemukan satu warung soto yang sedang banyak digandrungi. Ulasannya pun cukup bagus dan memuaskan. Lokasinya pun tidak jauh dari tempat mereka.
"Gimana? Enak?" tanya Dikta pada Jiel. Kini semangkuk soto sudah berada di depan mereka masing-masing.
"Enak, Jiel suka," jawab anak laki-laki itu memberikan dua jempol miliknya. Kemudian Dikta beralih pada Nala yang berada di sampingnya.
"Toge nya kasih aku aja."
"Hem?" Nala tidak konek dengan ucapan Dikta.
"Kamu nggak suka toge kan, sini aku pisahin." Dikta mengambil mangkuk milik Nala, kemudian memisahkan toge milik gadis itu ke dalam mangkuk miliknya.
"Eh, nggak gitu juga Dik," protes Nala saat Dikta kini sudah memindahkan ayak miliknya pada mangkuk milik Nala.
"Gapapa, aku lebih suka toge."
"Tapi, itu ayamnya dikasih ke aku semua."
"Buruan makan, nanti keburu dingin," balas Dikta tidak menggubris ucapan Nala.
"Jadi Buna nggak suka toge?"
"Nggak, Buna kamu itu nggak suka toge sama daging."
"Oh ya? Kok Buna nggak pernah cerita ke Jiel."
"Ya, kan Jiel nggak nanya," ujar Nala menimpali.
"Berarti ayah nanya Buna? Ayah tanya apa lagi tentang Buna?" Tanya Jiel tiba-tiba excited ingin mendengar cerita Dikta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Harus Bersama
Random"Disatukan karena persahabatan, berpisah setelah pacaran dan kembali ditakdirkan dalam ikatan pernikahan" Nala tidak pernah berpikir bahwa ia akan kembali terikat dalam sebuah hubungan dengan Dikta. Setelah lima tahun mereka memilih jalan masing-mas...