Terimakasih Mas Dikta

1K 81 8
                                    

"Astaghfirullah, punya suami kebiasaan bikin orang kesal. Handuk basah malah ditaro di kasur."

Pagi Nala dimulai dengan omelan akibat ulah sang suami. Rasanya setiap hari Nala mengingatkan Dikta untuk menaruh handuk di tempat yang benar. Tapi, tetap saja kebiasaan itu akan muncul kembali.

"Orangnya mana lagi?" tanya Nala saat tidak melihat keberadaan Dikta. Akhirnya perempuan itu memutuskan untuk mencari Dikta di luar kamar.

"Hai, sayang," sapa Dikta yang ternyata sedang memanaskan mobil miliknya.

"Han-"

"Astaghfirullah, iya maaf ya aku ceroboh lagi," potong Dikta cepat sebelum semuanya menjadi panjang.

"Sarapan dulu," balas Nala tidak jadi mengeluarkan ceramah paginya.

Dengan segera Dikta mengikuti langkah istrinya itu. Kemudian duduk bersama di meja makan untuk menikmati masakan sang istri.

"Kamu mau ikut ke kantor?"

"Eum, ga bisa di butik lagi hectic. Ada pesanan kebaya yang kliennya minta dimajuin."

"Loh, emang bisa begitu?"

"Acaranya dimajuin, jadi bajunya juga harus cepat siap."

"Yang awalnya harus dikerjain dalam waktu sebulan jadi 3 minggu."

"Berarti kamu harus lembur?"

"Iya," jawab Nala.

"Kalau kamu ga sanggup mending cancel aja pesanannya."

"Jangan dong, kan udah deal di awal. Aku harus profesional."

"Aku khawatir kamu kecapean apalagi sampai sakit."

"Ga akan, kan aku ga sendirian. Ada team di butik yang bakal bantu."

"Pokoknya kesehatan kamu tetap prioritas. Aku ga mau istri aku kerja keras sampai sakit."

"Nggak, semua akan aman dan terkendali," balas Nala dengan senyum meyakinkan.

Setelah selesai sarapan, kini keduanya akan beranjak menuju pekerjaan masing-masing. Kali ini Dikta tidak mengantar Nala, karena laki-laki itu harus segera ke kantor.

"Aku berangkat dulu. Ingat ya kerja sewajarnya aja," ujar Dikta mengulurkan tangannya yang kemudian dicium Nala.

"Iya-iya," balas Nala yang sudah diberi hadiah kecupan oleh Dikta.

"Hati-hati," sambung Nala.

"Hati-hati siapa?"

"Kamu," jawab Nala singkat.

"Iya, sapaannya siapa. Sama suami harus yang sopan loh."

Ah sial, Dikta masih mengingat masalah panggilan kemaren. Sepertinya Nala harus benar-benar membiasakan diri.

"Hati-hati mas Dikta," ujar Nala dengan nada mengeja penuh kecanggungan.

"Pinter istri aku," balas Dikta mengusap puncak kepala Nala sebelum benar-benar beranjak pergi.

***

Kini Nala sudah berada di depan butik. Hari ini dan seterusnya mungkin akan menjadi hari yang cukup melelahkan bagi Nala. Karena ia dan tim harus bekerja ekstra.

"Loh, Dirga?" sapa Nala kaget melihat keberadaan laki-laki di depannya.

"Eh, hai," balas Dirga.

"Ngapain di sini?"

"Oh ini, nganterin mama."

"Mbak, klien kita udah di dalem," ujar karyawan Nala datang menghampiri.

"Jadi tante Ane mama lo?" tanya Nala sembari memasuki butiknya bersama Dirga.

Ketika Harus Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang