Jangan lupa vote dan komen sengkuh ❤️
***
"Kita mau kemana sih Buna?" tanya Jiel kini sudah rapi dengan baju santai miliknya.
"Ada deh," jawab Nala.
"Kamu aman kan?" tanya Dikta memastikan kondisi Nala terlebih dahulu.
"Aman mas Dikta," ujar Nala mengerti dengan kekhawatiran Dikta.
"Ayo berangkat."
Ketiganya pergi menggunakan mobil milik Dikta. Diantara mereka bertiga, hanya Jiel yang tidak tau tujuan mereka saat ini. Sejak tadi anak laki-laki itu sudah bertanya namun Nala dan Dikta tidak menjawab.
Kini Jiel memilih duduk di kursi belakang dengan cemberut. Membuang pandangan ke luar jendela. Anak itu merasa kesal, hingga celotehannya sama sekali tidak terdengar.
Nala hanya senyum-senyum sendiri melihat Jiel yang sama sekali tidak mengajak dirinya berbicara. Bahkan melihat Nala saja Jiel tidak mau. Dia benar-benar sedang merajuk.
Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu karena jarak dan kemacetan, akhirnya mereka sampai. Jiel menegakkan tubuhnya saat ia menyadari tempat yang mereka datangi.
"Buna," panggil Jiel saat Dikta memarkirkan mobil miliknya.
"Iya," balas Nala singkat.
"Ke bandara ngapain?"
"Jemput teman Buna," jawab Nala tersenyum.
"Ayo turun!" perintah Dikta membukakan pintu untuk keduanya.
Mereka segera memasuki bandara. Menuju tempat keluar para penumpang. Mereka akan menyambut orang yang dimaksud oleh Nala.
"Teman Buna yang mana?" tanya Jiel masih penasaran.
Tepat saat mereka sampai di sana, dua orang yang Nala tunggu keluar. Nala segera melambaikan tangannya agar mereka bisa menemukan posisi Nala.
"Itu mereka," ujar Nala pada Jiel.
"MAMA, PAPA" teriak Jiel kaget melihat dua orang yang ditunjuk Nala.
"Jiel!" teriak keduanya berlari dan segera membawa Jiel ke dalam pelukan mereka.
Tepat saat Jiel berada di pelukan mereka anak laki-laki itu menitikan air mata. Ia menangis namun tanpa suara.
"Mama kangen banget sama anak ganteng mama," ujar Kaila mencium Jiel berkali-kali.
"Sini peluk papa lagi."
"Maaf ya, papa sama mama perginya lama."
"Jangan nangis dong," haru Kaila ikut meneteskan air mata.
"Jiel kangen," ucap anak itu bergetar.
"Mama sama papa juga kangen sayang." Keduanya kembali membawa Jiel ke dalam pelukan mereka.
"Aku jadi ikutan sedih," ujar Nala mengusap air mata di sudut matanya.
"Aduh sampai lupa," Kaila berdiri menghampiri Nala. Kemudian segera memeluk perempuan itu sama eratnya dengan Jiel.
"Sahabat gue hebat banget," bisik Nala pada Kaila.
"Peluk-pelukannya pending dulu ya. Mending kita cari tempat makan buat sekalian ngobrol."
"Ide bagus mas Dikta."
"Aduh-aduh, udah mas nih panggilannya," ledek Kaila menggoda Nala.
"Oh iya, emang lo aja yang bisa," balas Nala tidak lagi malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Harus Bersama
Random"Disatukan karena persahabatan, berpisah setelah pacaran dan kembali ditakdirkan dalam ikatan pernikahan" Nala tidak pernah berpikir bahwa ia akan kembali terikat dalam sebuah hubungan dengan Dikta. Setelah lima tahun mereka memilih jalan masing-mas...