Vote dan komen ya sengkuh!
Dua minggu sudah Nala melewati hari-hari yang cukup sibuk. Hal tersebut membuat waktu Nala bersama Dikta berkurang. Karena keduanya sama-sama sedang mengejar deadline masing-masing.
Nala dengan pesanan di butik yang Alhamdulillah sedang ramai. Ditambah deadline kebaya dari ibu Dirga. Sementara Dikta yang mengurus kerjasama untuk konser. Membuat keduanya banyak menghabiskan waktu di tempat kerja masing-masing.
"Mbak Nala kenapa?" tanya perempuan dengan seragam pegawai butik. Nala tampak meringis sambil memegangi kepalanya.
"Sedikit pusing," jawab Nala mengubah posisinya menjadi duduk.
"Mbak pucat sekali," ujar perempuan itu khawatir.
Baru saja Nala mendudukkan diri, tubuh Nala terasa lemas. Ia tidak bisa menopang tubuhnya. Hingga tidak butuh waktu lama Nala kehilangan kesadarannya.
"Astaga, mbak Nala. Mbak, mbak Nala," seru sang pegawai semakin panik.
***
Nadin bergegas menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari keberadaan Nala. Saat mendapat telpon dari orang butik, Nadin segera menyusul kakaknya ke rumah sakit.
"Kak Nala," panggil Nadin.
"Atur napas dulu dek," ujar Nala yang terbaring di atas brankar.
"Gimana bisa atur napas kak, udah keburu panik aku."
"Saya permisi, mbak," ujar pegawai Nala pamit undur diri.
"Ah iya, makasih ya mbak Lila." Perempuan itu mengangguk kemudian beranjak pergi.
"Dokter bilang apa kak? Astaga aku khawatir banget, ga biasanya kak Nala pingsan kaya gini."
"Kecapean aja, sama asam lambungnya naik."
"Padahal kakak ga punya riwayat asam lambung loh."
"Mungkin karena belakangan ini kurang istirahat dan makan juga ga teratur."
"Kakak sih, ibu kan udah bilang juga kalau kerja jangan terlalu dipaksa."
"Iya-iya, minta maaf deh. Jangan ngomel terus, udah kaya ibu aja."
"Yaudah kak Nala dirawat aja dulu, biar bisa istirahat juga."
"Anjuran dokter sih gitu, tapi kayaknya di rumah aja deh."
"No!" seru Nadin menolak keras.
"Dokternya bilang rawat ya harus nurut."
"Bang Dikta pasti ga bakal izinin juga."
"Jangan kasih tau Dikta dulu, nanti aja di jam makan siang."
"Udah aku kasih tau, hehehe."
"Nadin," ujar Nala menghela napasnya.
"Ya maaf kak."
"Yaudah gapapa, kakak cuma takut ganggu pikiran dia. Karena Dikta juga lagi banyak kerjaan."
Sementara di tempat lain, Dikta tampak sedang bergegas.
"Aska, tolong handel meeting."
"Lo mau kemana?" tanya Aska kaget melihat raut wajah Dikta yang terlihat cemas.
"Nala masuk rumah sakit," jawab Dikta cepat kemudian berlalu pergi.
"Dikta kenapa?" tanya Ara yang baru saja datang.
"Istrinya masuk rumah sakit," jawab Aska sebelum masuk ke dalam ruangan meeting.
Dengan kecepatan tinggi Dikta mengemudikan mobilnya. Pikirannya saat ini hanya dipenuhi oleh Nala. Ia harus segera sampai dan melihat sendiri kondisi istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Harus Bersama
De Todo"Disatukan karena persahabatan, berpisah setelah pacaran dan kembali ditakdirkan dalam ikatan pernikahan" Nala tidak pernah berpikir bahwa ia akan kembali terikat dalam sebuah hubungan dengan Dikta. Setelah lima tahun mereka memilih jalan masing-mas...