Masih Dingin

568 61 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen sengkuh ❤️

***

"Jadi Ara cerita hal bodoh ke Nala?"

Kini Dikta sedang berada di kantor. Lebih tepatnya berada di ruang kerjanya. Ia sudah menceritakan semuanya pada Aska. Laki-laki itu sedang butuh bantuan dan solusi.

"Nala kayaknya masih belum percaya sama gue," ujar Dikta frustasi.

"Ara harus tanggung jawab, suruh dia jelasin yang sebenarnya."

"Gue udah hubungin dia, nomor gue diblok."

"Nala juga," sambung Dikta.

"Gue coba hubungin," ujar Aska segera membuka ponsel miliknya. Sama saja, panggilan tidak dapat tersambung.

"Kayaknya dia sengaja menghindar."

"Gue butuh bantuan lo buat nemuin dia."

"Bakal gue cari sampai ketemu. Tuh anak nggak mungkin pergi jauh."

"Coba cari ke rumahnya dulu."

"Nggak mungkin dia pulang ke rumah, Dik. Semenjak nyokapnya meninggal dia udah tinggal sendiri."

"Terserah lo mau cari dimana, pokoknya dia harus jelasin semuanya ke Nala."

"Tenang, gue bakal bawa dia."

***

Hari ini Dikta pulang lebih cepat. Nadin bilang Nala ingin martabak manis rasa tiramisu. Dikta berniat untuk membelikannya untuk Nala.

Dalam perjalanan Dikta melihat toko bunga. Ia jadi tertarik untuk mampir terlebih dahulu. Melihat bunga-bunga dalam pot membuat Dikta teringat dengan istrinya.

Kini Dikta sudah bersama martabak dan dua bibit bunga matahari dalam pot. Laki-laki itu tidak berhenti tersenyum karena tidak sabar sampai di rumah untuk bertemu Nala.

"Assalamualaikum," salam Dikta memasuki rumah.

Dikta segera mencari keberadaan Nala. Biasanya perempuan itu sudah menyambut Dikta di depan pintu.

"Sayang," panggil Dikta menuju ruang keluarga.

Dikta mendapati Nala yang sedang tertidur di atas sofa. Laki-laki itu mendekat, diperhatikannya wajah Nala cukup lama. Dikta kemudian merapikan anak rambut Nala ke belakang telinganya. Tidak lupa dikecupnya kening Nala lama dan penuh cinta.

Dikta melirik jam dinding. Sudah menunjukkan jam empat sore. Tidak baik jika masih tertidur di jam segini.

"Sayang," panggil Dikta lembut ditelinga Nala.

"Bangun sayang," sambung Dikta mengelus-elus pipi Nala dengan telunjuknya.

Nala menggeliat karena merasa tidurnya terusik. Dengan malas Nala membuka matanya.

"Maaf ya tidurnya jadi keganggu," ujar Dikta saat Nala berhasil membuka matanya.

"Jam berapa?" tanya Nala.

"Astaga udah jam segini." Nala terlihat kaget saat menatap jam dinding.

"Ayo bangun, aku bawain martabak pesanan kamu." Nala beranjak dari posisi tidurnya. Duduk menghadap Dikta.

"Kenapa kamu yang bawain?"

"Emangnya kenapa?" ujar Dikta balik bertanya.

"Kan aku minta Nadin yang belikan." Dikta menjadi tidak bersemangat saat mendengar ucapan Nala. Namun, dengan cepat Dikta merubah ekspresinya.

Ketika Harus Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang