Permen Kapas

642 69 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen sengkuh ❤️

***

"Pagi sayang," sapa Dikta pada Nala yang tampak sibuk dengan bunga-bunga di taman miliknya.

Nala terlihat semakin suka dengan kegiatan merawat bunga yang kini sudah menjadi rutinitasnya. Seperti saat ini, perempuan dengan aura ibu hamil yang terpancar itu sedang tersenyum sumringah. Memperhatikan setiap tangkai bunga yang kini tumbuh.

"Pagi mas Dikta," balas Nala.

Berhubung hari ini adalah hari Sabtu, maka Dikta akan menghabiskan waktunya bersama Nala tanpa ke kantor.

"Asik banget kayaknya."

"Liat deh, bunga matahari yang kamu kasih mulai muncul bunga yang baru." Dikta memperhatikan bunga yang ditunjuk Nala.

"Bunganya tumbuh karena kamu yang rawat," ujar Dikta mengusap puncak kepala Nala.

"Kalau gitu sekarang kita sarapan."

"Oke, selesai sarapan aku mau ajak kamu keluar."

"Kemana?"

"Ada deh," jawab Dikta menggenggam tangan Nala dan membawa perempuannya itu untuk masuk.

***

Nala tampak sudah cantik dan rapi. Sementara Dikta sudah siap dengan setelan santainya. Menggunakan kaos hitam dan celana hitam. Serba hitam memang, tapi Nala suka. Kegantengan suaminya itu seperti bertambah saat mengenakan kaos hitam polos miliknya.

"Mas Dikta, mau permen kapas," ujar Nala menunjuk ke arah tepi jalan.

"Mana?" tanya Dikta mencari keberadaan penjual permen kapas yang dimaksud Nala.

"Itu di sana," Nala menunjuk ke arah bangku taman. Dikta meminggirkan mobilnya, kemudian turun bersama Nala.

"Aku nggak liat yang jual permen kapas sayang," ujar Dikta bingung.

"Itu yang dipegang anak kecil," balas Nala memberitahu Dikta.

Ternyata permen kapas yang Nala maksud adalah milik seorang anak kecil. Dikta kira Nala melihat penjual permen kapas, tapi ternyata Nala ingin permen kapas yang sedang dipegang seorang anak perempuan yang sedang bersama ibunya.

"Kita cari penjualnya ya."

"Nggak mau, pengennya yang itu," rengek Nala membuat Dikta harus berpikir.

"Tapi itu punya dia, sayang. Kita beli yang sama persis, mau?"

"Nggak mau mas. Yaudah nggak usah, padahal aku maunya yang itu," jawab Nala memasang wajah menyedihkan sembari mengelus perutnya.

Dikta yang melihat hal tersebut tentu saja menjadi tidak tega. Jika ia menolak, maka ia mengecewakan dua hati. Yang pertama hati istrinya, dan yang kedua tentunya dedek bayi yang ada dalam perut Nala.

Dikta menghela napas mencoba berpikir sejenak. Dikta mencari cara yang baik untuk bisa memiliki permen kapas milik anak itu.

"Kita coba samperin, ya," ajak Dikta membawa Nala mendekat pada ibu dan anak itu.

"Permisi Bu," ujar Dikta dengan sopan. Keduanya memberikan senyuman.

"Ah iya," balas ibu itu agak kaget.

"Ini anak ibuk?" tanya Dikta jelas sekali basa-basi.

"Kenapa ya?" tanya ibu itu mungkin mulai tidak nyaman.

"Aduh, maaf ya Bu sebelumnya," ucap Dikta menggantung.

"Jadi begini Bu, istri saya ini lagi hamil. Tadi dia ngeliat permen kapas punya anak ibu," sambung Dikta menatap permen kapas yang masih terbungkus itu.

Ketika Harus Bersama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang