"Rasa itu tidak dirawat, tapi juga tidak dibiarkan mati"
***
Jangan lupa vote dan komen!
Setelah perbincangan panjang, akhirnya kedua orangtua Dikta pamit undur diri. Belum ada keputusan tentang hari pernikahan. Namun yang pasti, pernikahan akan digelar dalam waktu dekat. Karena hal baik lebih baik disegerakan.
"Lo bisa nggak pulang dulu?" tanya Nala pada Dikta yang hendak beranjak keluar.
"Ada apa, La?"
"Ada yang mau ketemu," jawab Nala ragu.
"Siapa?" tanya Dikta tiba-tiba diserang rasa takut. Apa Nala akan mempertemukan dirinya dengan kekasih gadis itu.
"Buna!" teriakan anak laki-laki mengalihkan perhatian keduanya.
"Orangnya udah datang," ujar Nala kemudian menyambut Jiel dalam pelukannya.
"Hai Dikta," sapa Kaila tersenyum ramah.
"Jadi ini yang mau ketemu?" tanya Dikta.
"Kita mah sering ketemu, Dik. Emang kalian berdua, asing," ujar Kaila menyindir keduanya.
"Hai Jiel," sapa Dikta terlihat akrab.
"Loh, udah kenal?" tanya Nala menyerngit bingung.
"Jiel udah kenal?" tanya Nala kembali memastikan.
"Kan om Dikta teman mama." Kaila tertawa mendengar jawaban Jiel.
"Gue sama Dikta masih sering ketemu, La."
"Kita kan udah temenan dari SMA. Tempat tinggal kita juga masih satu komplek."
Kaila adalah sahabat Nala dari SMP. Saat menginjak bangku SMA pun mereka masih bersama dalam satu sekolah. Jika Dikta adalah sahabat laki-laki Nala maka Kaila adalah versi perempuannya.
Tentu saja Kaila mengetahui semua yang terjadi antara Dikta dan Nala. Bahkan Kaila juga menjadi akrab dengan Dikta. Karena laki-laki itu pernah menjadi pacar sahabatnya. Oleh karena itu, sampai sekarang mereka masih berhubungan baik. Hanya Nala saja yang menjadi asing dengan Dikta.
"Calon ayahnya mana Buna?" tanya anak laki-laki itu kembali menjadi atensi.
"Ha? Eum-" Nala tiba-tiba gugup, tidak tau harus menjawab apa.
"Ya ini sayang," ujar Kaila membantu.
"Om Dikta?" tanya anak laki-laki itu mengerjapkan matanya.
"Iya," jawab Kaila tersenyum.
"Om sini," perintah Jiel meminta Dikta mendekatkan telinganya pada bibir anak laki-laki itu.
"Om Dikta lolos," bisik Jiel membuat Dikta tersenyum.
"Terimakasih," balas Dikta kemudian mengarahkan jempolnya pada Jiel.
"Apaan bisik-bisik," ujar Nala kesal.
"Urusan anak laki-laki, Buna," balas Jiel membuat Kaila dan Dikta tertawa.
***
Hari senin adalah hari dimana manusia-manusia di bumi kembali memulai rutinitas kerjanya. Sama halnya dengan Dikta yang harus kembali bekerja di kantornya.
"Bro, laporan kemaren udah belom?"
"Udah gue kasih ke bokap."
"Alhamdulillah, gue nggak jadi diomelin pakbos."
"Untuk selanjutnya lo urus semuanya sendiri dulu, gue mau fokus."
"Fokus ngapain? Mau lamar Ara?"
"Ngurus nikahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Harus Bersama
De Todo"Disatukan karena persahabatan, berpisah setelah pacaran dan kembali ditakdirkan dalam ikatan pernikahan" Nala tidak pernah berpikir bahwa ia akan kembali terikat dalam sebuah hubungan dengan Dikta. Setelah lima tahun mereka memilih jalan masing-mas...