Jangan lupa vote dan komen smart readers ku❤️
***
"Loh, udah selesai?" tanya Dikta saat Nala sudah keluar dari ruangannya.
"Diurus Lila," jawab Nala menyebutkan nama pegawai kepercayaannya itu.
"Ayo pulang!" ajak Nala menggenggam tangan Dikta.
Dengan senyum sumringah keduanya memasuki mobil hitam milik Dikta.
"Mau beli sesuatu dulu?" tanya Dikta melajukan mobil miliknya.
"Mau beli risol," jawab Nala dengan mata berbinar.
"Itu aja? Nggak mau ke supermarket dulu, aku liat cemilan di kulkas udah menipis."
"Astaga iya! Kan udah jadwal belanja bulanan."
"Yaudah kamu list dulu yang mau dibeli, biar nanti tinggal cari yang udah ada di list."
"Siap komandan." Nala segera membuka catatan di ponsel miliknya. Membuat list belanjaan yang diperintahkan oleh Dikta.
Dikta memilih supermarket. Hal tersebut bukan tanpa alasan, jika hanya untuk membeli kebutuhan dapur maka itu tempat yang tepat. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu ramai, jadi tidak memakan banyak energi untuk Nala.
"Biar aku yang dorong keranjangnya."
Mereka sudah sampai di supermarket terdekat."Kalo capek naik aja, biar aku dorong."
"Emang aku anak kecil," cibir Nala sembari terus menelusuri rak demi rak di depannya.
"Yaudah, anak kita aja nanti yang aku dorong." Nala sedikit tersentak mendengar ucapan Dikta.
"Hmm," gumam Nala tidak lagi membalas ucapan Dikta.
"Sayang," panggil Dikta kemudian menggenggam tangan Nala.
"Gandengan biar romantis," cengir Dikta saat Nala menatapnya. Perempuan itu tidak membalas ucapan Dikta, namun juga tidak melepas genggaman suaminya itu.
Keduanya berjalan beriringan, tidak lupa tangan yang saling menggenggam. Nuansa pengantin baru begitu terasa bagi siapapun yang melihat mereka saat ini.
"Capek nggak?" tanya Dikta kembali. Mungkin pertanyaan itu selalu keluar setiap lima menit sekali.
"Nggak Dikta, kalo capek aku bilang."
"Masih lama nggak sayang?"
"Nggak, ini beberapa barang lagi." Kadang Dikta dibuat takjub dengan kekuatan perempuan saat berbelanja. Mereka bisa berkeliling seharian tanpa kelelahan.
"Dikta, tolongin yang itu," tunjuk Nala.
"Samyang?" tanya Dikta mengikuti arah tunjuk Nala.
"Iya, hehehe."
"Nggak boleh ya," ujar Dikta tentu saja melarang.
"Tapi pengen," rengek Nala tak mau kalah.
"Jangan ya sayang," bujuk Dikta berhasil meruntuhkan pertahanan Nala.
"Kita belajar hidup sehat," ujar Dikta mengecup puncak kepala Nala.
"Ini belanjaannya udah?" Nala mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah, ayo kita bayar."
***
Setelah belanja bulanan Dikta mengantar Nala pulang terlebih dahulu. Kini mereka sudah sampai. Namun, keinginan Dikta untuk segera ke kantor jadi tertunda. Karena ternyata sudah ada orang yang menunggu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Harus Bersama
Acak"Disatukan karena persahabatan, berpisah setelah pacaran dan kembali ditakdirkan dalam ikatan pernikahan" Nala tidak pernah berpikir bahwa ia akan kembali terikat dalam sebuah hubungan dengan Dikta. Setelah lima tahun mereka memilih jalan masing-mas...