17

290 18 2
                                    

06.20 AM

Setengah jam yang lalu Haruto sudah berada di ruangan Junghwan, Haruto menunggu Junghwan terbangun.

Adiknya itu tetidur pulas, tak seperti biasanya. Biasanya jam enam Junghwan sudah terbangun.

"Bunda, tadi malem Bintang tidur jam berapa?" Tanya Haruto.

Jisoo berada di sebelah kiri sisi brangkar, sedang membenahi peralatan di nakas.

"Jam sembilanan." Jawab Jisoo.

"Lho biasanya jam setengah sembilan?" Ujar Haruto.

"Tadi malem daddy kesini, terus Bintang diajak ngobrol sama nemenin Bintang tidur disini, sama bunda juga." Papar Jisoo.

Haruto tersenyum, ada rasa sedikit iri pada Junghwan. Haruto merindukan sosok ayah.

Haruto mengelus rambut Junghwan.

"Kamu pantes dapetin itu Bintang, kakak harap luka dimasa kecil kamu terobati dengan kehadiran orang-orang yang lebih baik."

Jisoo tersenyum melihat sikap lembut Haruto.

"Bunda, tadi malem disini hujan petir gak?" Tanya Haruto.

"Iya, tapi Langit jangan khawatir, kemarin bunda ngalihin fokusnya Bintang ke bunda, jadi Bintang gak terlalu dengerin suara petir ataupun hujan." Jawab Jisoo.

Netra mata coklat hazel itu terbuka perlahan, bibirnya terangkat ke atas melihat seseorang yang berada di sampingnya.

"Kakak udah sembuh?" Tanyanya sembari bangkit untuk duduk, lalu tangan satunya mengusap kasar kelopak matanya.

"Jangan dikucek matanya." Tangan Haruto mencekal tangan Junghwan.

"Gatel."

"Meremin matanya."

Junghwan memejamkan matanya, ibu jari Haruto mengusap perlahan kelopak mata Junghwan.

"Kak, nanti kakak pulang langsung kesini kan?" Tanya Junghwan yang matanya masih terpejam.

"Iya." Jawab Haruto sembari membersihkan pinggir mata Junghwan.

"Pulangnya beliin roti bakar yang deket sekolah." Ucap Junghwan.

"Iya." Balas Haruto.

Junghwan tersenyum penuh kemenangan. "Yes! Akhirnya bisa makan roti bakar lagi."

Haruto menurunkan tangannya dari mata Junghwan.

"Udah."

Junghwan membuka kelopak matanya.

"Kak, kemarin kata Ni-ki nanti di sekolah ada pensi."

"Iya."

"Kakak ikut apa?"

"Gak ikut apa-apa."

"Jadi penonton dong."

"Engga."

"Terus ngapain?"

"Ke rumah sakit, jagain bocil."

Junghwan mengeram marah saat Haruto mencubit pipinya.

"Bintang gak bakal lama juga disini, lagian juga pensinya masih lama."

Haruto melihat jam tangannya.

"Kakak berangkat ya."

Wajah Junghwan murung, lalu berubah menjadi merengut kesal.

"Yaudah sana berangkat!"

"Yaudah, bye!"

Haruto bangkit dari duduknya.

"Hati-hati."

Langit & Bintang | HaruHwan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang