12

303 28 1
                                    

Sudah berhari-hari Haruto menunggu Junghwan bangun, tiga hari yang lalu Junghwan sempat dinyatakan koma. Haruto selalu absen di sekolahnya. Hidupnya benar-benar berantakan, ia tak tenang jika Junghwan belum siuman.

Kini Haruto sedang duduk disebelah brankar Junghwan, menunggu Junghwan siuman.

"Tidurnya lama banget, Bintang gak kangen kakak ya?"

Junkyu berdiri diambang pintu, melihat Haruto yang tengah mengobrol dengan Junghwan, sesekali Haruto mendongakkan kepalanya agar air matanya tak jatuh namun akhirnya jatuh.

Junkyu melangkah menghampiri Haruto.

"Haruto."

Haruto menyeka air matanya yang lolos jatuh ke pipinya, lalu ia menoleh mendapati Junkyu di sampingnya.

"Yoshi siuman, dia mau ketemu sama lo."

Haruto bangkit dari duduknya.

Junkyu mengantar Haruto ke ruang ICU sampai depan pintu ruangan, saat Haruto masuk. Hawanya sangat dingin, hanya ada suara dari alat-alat rumah sakit yang menempel pada tubuh pemuda berusia dua puluh satu tahun itu, di brankar sana Yoshi terbaring lemah, wajah tampannya dibalut oleh perban, napasnya dibantu ventilator. Mata sayu itu menangkap Haruto yang sedang mendekatinya.

Haruto menarik kursi, ia duduk disamping brankar Yoshi, Haruto menatap nanar keadaan pemuda itu. Yoshi menarik bibirnya ke atas dengan pelan, untuk pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan Haruto setelah sekian lama.

"Langit."

Haruto menatap mata sayu itu, tangan Yoshi bergerak ingin menyentuh sesuatu. Haruto langsung menggenggam tangan dingin itu.

Seingat Haruto, Yoshi adalah kakak sepupunya.

"Kenapa kak?"

"Jaga, diri, kamu, baik-baik. Kakak, juga, minta, tolong.. "

Haruto menunggu ucapan Yoshi selanjutnya.

"Tolong, jagain, Bintang."

Haruto mengangguk dengan mata terpejam.

"Iya kak."

Hatinya berdenyut sakit melihat kondisi Yoshi yang nanar. Tangan kurus Yoshi menggenggam erat tangan Haruto. Haruto menatap mulut Yoshi yang bergerak yang dibalik masker oksigen.

"Maaf. Kakak, minta, maaf."

Kedua tangan Haruto mengenggam tangan dingin itu. Rasanya dejavu mengingat sang mama yang pernah berbaring diruangan ICU. Haruto menepis pikiran buruknya, ia tak mau kejadian itu terulang.

"Kakak, sayang kalian."

Setelah mengucapkan itu, Yoshi memejamkan matanya. Haruto merasakan genggaman tangan Yoshi melemas.

"Kak?"

Alat Elektrokardiogram disampingnya berbunyi dengan nyaring, di layar monitor garis intonasi jantung itu merendah.

"Kak?! Kak Yoshi!"

Haruto menekan tombol darurat yang berada dibalik brankar. Dokter yang menangani Yoshi datang bersama dua perawat.

Haruto dibantu berjalan keluar dari ruangan ICU oleh perawat, kakinya tiba-tiba lemas saat tangan kurus itu semakin melemah dan dingin.

Dokter dan perawat itu saling memberi instruksi, perawat yang bertugas mengawasi mesin EKG (Elektrokardiogram) itu memberi instruksi kepada dokter, lalu dokter itu menitahkan salah satu perawat untuk menyiapkan AED (Automated External Defibrillator).

Haruto mendengar suara monitor EKG dari luar ruangan Yoshi dengan jelas, tiba-tiba benda itu mengeluarkan suara yang cukup nyaring dan intonasinya panjang, suara itu terdengar jelas di telinga Haruto, air matanya meluncur deras begitu saja.

Langit & Bintang | HaruHwan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang